JAKARTA, Berita HUKUM - Bandara Halim Perdanakusuma saat ini dinilai sudah terlalu padat, semrawut dan over capacity, untuk itu Pangkoopsau I Marsekal Muda Yuyu Sutisna, SE., MM. berinisiatif mengundang para pengelola yang terlibat dalam operasional Bandara Halim Perdanakusuma untuk membahas permasalahan operasional Bandara yang sudah padat dan mulai mengkhawatirkan safety penerbangan, bertempat di ruang rapat Suryadara Makoopsau I, Jakarta, Rabu (25/5).
Pangkoopsau I MArsekal Muda Yuyu Sutisna, memimpin langsung rapat koordinasi Bandara Halim ini. Rapat dihadiri oleh para Pejabat Makoopsau I, Pejabat Lanud Halim Perdanakusuma, otoritas bandara, Angkasa Pura II, air navigation, para operator penerbangan seperti Batik Air, Citylink, Sriwijaya air dan operator penerbangan sipil lainnya baik yang reguler maupun charter.
Pangkoopsau I mengatakan, "bahwa rapat koordinasi yang dilaksanakan adalah untuk membahas permasalahan yang terjadi saat ini di Banadara Halim Perdanakusuma, khususnya untuk keselamatan penerbangan/savety. Noffence, No Personal Interest, It only about savety", ujar alumnus AAU 86 yang saat ini menjabat Panglima KOOPSAU I.
Selanjutnya masing-masing operator yang terlibat di Halim Perdanakusuma Airport diberikan kesempatan untuk paparan yang terkait dibidangnya dalam pengelolaan bandara. Setelah itu baru dilaksanakan diskusi membahas persoalan Bandara Halim, yang intinya untuk mencari solusi dengan prioritas savety, security dan pelayanan.
Dari pihak TNI-AU dalam hal ini Lanud Halim Perdana Kusuma menyampaikan data dan fakta tentang kegiatan operasional Skuadron Udara TNI-AU, operasional penerbangan reguler, serta operator penerbagngan charter/cargo dikaitkan dengan kesiapan infra struktur yang ada di bandara, serta kaitan dengan slot jadwal penerbangan. Dari paparan tersebut bahwa, kegiatan penerbangan di bandara Halim sudah sangat padat dan pengelolaan parkir, ruang tunggu dan chekin sudah tidak kondusif lagi.
"Satu hal yang sangat penting akibat dari semua hal tersebut menyebabkan latihan penerbangan TNI-AU menjadi terganggu, seperti dari 7 flight yang direncanakan, hanya mampu dilaksanakan 3-4 shorti saja. Kondisi ini menyebabkan frekwensi para penerbang mengalami degradasi", ujar Kadis Ops Lanud Halim Kolonel Penerbang Damanik.
Selanjutnya, dari pihak Angkasapura II menyampaikan bahwa, operasional Bandara Halim memang sudah over capacity. Untuk itu pihak anakasaoura menyampaikan agar dilakukan reschedule dan penataan infrastruktur yang saat ini tidak memadai lagi. Kemudian dari air navigation mengakui kepadatan yang terjadi dalam pengaturan penerbangan baik penerbangan militer maupun sipil, berdasarkan kondisi saat ini agar tidak ada lagi slot penambahan jadwal penerbangan. Pihak ATC secara tegas mengakui sudah kewalahan dalam melayani penerbangan dan kondisi ini apabila dibiarkan akan dapat berakibat fatal bagi operator ATC dan keselamatan penerbangan.
Dari semua yang terlibat pengelolaan bandara semuanya mengakui bahwa, operasi di bandara Halim saat ini sudah over capacity dan semua pihak sepakat untuk melakukan penataan dan penambahan infrastruktur, serta re schedule jadwal penerbangan reguler selama kondisi bandara masih seperti saat ini, maka tidak ada penambahan jadwal penerbangan dan penembahan operator penerbangan baru.
Pangkoopsau I selaku penguasa wilayah dan bertanggung jawab terhadap keselamtan penerbangan secara tegas mengatakan bahwa, "saat ini dengan melihat kondisi padatnya jadwal penerbangan dan keterbatasan infrastruktur pendukung, maka harus dilakukan penataan kembali pengelolaan bandara halim untuk keselamatan penerbangan, baik penataan jadwal penerbangan dan fasilitas pendukung seperti pengaturan lalulintas udara, pengaturan ground handling pesawat, kapasitas bandara, pengaturan parkir dan traffic schedule. Kejadian-kejadian yang terjadi dibandara seperti accident Batik Air dengan Trans Nusa merupakan suatu warning bagi kita semua untuk tidak main-main dengan masalah savety atau keselamatan penerbangan, TNI_AU menyadari penggunaan bandara halim sebagai airport sipil juga bermanfaat bagi masyarakat luas dan menopang padatnya bandara soekarno hatta, namun hal tesebut tidak boleh mengabaikan faktor keselamatan penerbangan."(rls/bh/yun) |