JAKARTA, Berita HUKUM - Masinton Pasaribu sebagai Anggota DPR RI mengatakan demokrasi merupakan alat, dalam kaitan mencari pemimpin yang sesuai visi dan misi keinginan rakyat dan bangsa Indonesia, ungkapnya saat diskusi bertema 'Menyongsong Pilpres Berkelas dan Berkualitas' yang digelar organisasi Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) di Jakarta pada, Jumat (14/9).
Masinton mengatakan bahwa, "Demokrasi mesti kita optimalkan, soalnya Politik itu ide dan gagasan. Mari perdebatkan ruang demokrasi yang berbeda tadi," tukasnya, saat sesi Diskusi Three-Ngo (Ngopi, Ngobrol. Ngolah) yang berlokasi di Sekretariat LIRA.
Menurut Masinton, kualitas demokrasi dipandang dari bagaimana kita hormati perbedaan, baik ide, pandangan politik, gagasan. "Sebaiknya demokrasi kini bila sudah berkelas dan berkualitas mesti kesampingkan politik uang, maupun SARA, baik dengan intimidasi, soalnya Indonesia ini bangsa majemuk," ujarnya.
"Demokrasi mesti 'fair play', sesuai empat (4) Pilar; baik dalam berpolitik dan bermasyarakat sesuai Pancasila. Pancasila konstruksi berdasarkan nilai-nilai yang tumbuh di masyarakat kita," ujar Anggota DPR RI dari fraksi PDIP Dapil DKI Jakarta itu.
Sementara, Rijal 'Ijal' KOBAR sebagai aktivis menyampaikan bahwa sosmed menjadi corong pertama. Lalu harapannya, bagaimana bisa menjadikan Pilpres yang berkualitas. berkelasnya Pilpres sedari penyelenggara (KPU) yang menentukan berkualitasnya Pemilu ini.
Kemudian, kemuka Rijal bahwa seibaratnya ormas juga mestinya peran LIRA, KOBAR memberikan wacana itu pada masyarakat. Seperti bagaimana masyarakat, penyelenggara Pemilu serta aparat (yang mengayomi).
Rijal yang mencalonkan diri sebagai Senator RI untuk dapil DKI Jakarta pada Pileg 2019 mendatang itu menambahkan, "Penyelenggaraan pemilu, aparat keamanan dan masyarakat, Politik uang harus diberikan kesadaran pada masyarakat dan calon, agar dapat menciptakan pemilu yang berkelas dan berkualitas. Hindari politik uang dan diberikan tindakan tegas," ucap Rijal Kobar.
Sebelumnya, Adam Irham sebagai Ketua Umum Pemuda LIRA yang membuka sesi dengan ngopi bareng ini mengatakan, Pilpres mencari pemimpin, dimana Indonesia sekali lagi diuji kedewasaannya. Bahwa sesungguhnya arti kata 'Ngolah', adalah sebuah seni dari bahan mentah menjadi bahan makan.
"Harapannya membuat sinergi kita lebih solid dan kami akan berupaya mendukung aktivis dengan segenap upaya, dimana aktivis mesti berperan bukan baperan," cetus Adam Irham.
Bukan dari hal negatif, namun mencari hal positif dan kapabilitas calon kita ini.
Dua pasangan Capres-Cawapres Indonesia pada peserta Pilpres 2019 mendatang yakni pasangan Joko Widodo atau Jokowi - Ma'ruf Amin, serta pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno adalah memang mereka 2 pasangan yang terbaik.
"Saya yakin dan percaya kedua (2) pasangan ini ialah 'best of the best'. Acapkali bertanya sedari calon bukan dari parpol, terkait kelebihan dan kontribusinya pada bangsa dan negara ini," ujarnya.
"Bahwa spontan mampu mereduksi penyerangan dari sisi agama. Kini nampak teredam. Yang nentuin sekarang bukan calon Presidennya, tapi nampak seperti saat main kartu 'ngecak'," katanya.
Secangkir kopi, mengibaratkan lebih optimis agar Pileg dan Pilpres damai. Mesti percaya pada pemangku dan berikan dukungan serta berikan virus-virus positif. "Jangan Golput, pilih yang terbaik dari yang terbaik, dikaji kapabilitas dan kompetensi masing masing," tandasnya.
Nampak turut hadir pada diskusi; Masinton Pasaribu (DPR RI/ Aktivis), Rizal Kobar (penggiat Sosmed/ Aktivis), Akmal Dicky, SPd, Msi (Pres BEM UNJ 06/Pemuda LIRA), Haris Pertama (Ketua Kamera/ Aktivis Muda), Hika Transisia, AP (Ketum KIM) dan AKBP Effendi Sirait perwakilan Polda Metro Jaya.(bh/mnd) |