JAKARTA, Berita HUKUM - Sulistina Sutomo, istri mendiang Pahlawan Nasional Sutomo yang lebih dikenal dengan sapaan akrab Bung Tomo, Meninggal dunia dalam usia 91 tahun, Rabu (31/8) sekira pukul 01.42 WIB. Sebelum meninggal, almarhumah sempat dirawat di rumah sakit di Jakarta.
Almarhumah meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto di Jakarta karena sakit menderita radang paru-paru dan sudah tua, kemudian disemayamkan di rumah duka di Jalan Haji Muhasyim Buntu 45, Tarogong, Fatmawati, Cilandak Barat.
Almarhumah diberangkatkan dari Jakarta ke Surabaya pukul 11.30 WIB dari Bandara Halim Perdanakusuma, kemudian disalatkan di Masjid Nasional Al-Akbar Surabaya.
Almarhumah akan dimakamkan tepat di samping makam suaminya, Bung Tomo, di Tempat Pemakaman Umum Ngagel Surabaya pada Rabu (31/8) sore.
Bung Tomo pernah menjadi seorang jurnalis yang sukses. Kemudian ia bergabung dengan sejumlah kelompok politik dan sosial. Ia merupakan sosok yang menggelorakan semangat perlawanan pada niat Belanda dan Sekutu untuk kembali menjajah Indonesia pasca kemerdekaan Indonesia.
Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI) adalah laskar pejuang rakyat yang didirikan oleh Bung Tomo bersama rakyat di Surabaya pada tanggal 12 Oktober 1945. BPRI bertujuan mewujudkan dan mempertahankan Proklamasi 17 Agustus 1945.
Latar belakang istilah "Barisan Pemberontakan", bukan 'Barisan Pejuang' atau yang semisalnya terjadi karena situasinya secara faktual Belanda sebagai pemegang kekuasaan sedangkan penduduk lokal sebagai rakyat biasa. BPRI menghimpun perlawanan rakyat terhadap Belanda yang ingin berkuasa kembali di Indonesia setelah kekalahan Jepang atas sekutu.
Peranan BPRI yang paling menonjol adalah keterlibatannya dalam Peristiwa 10 November. Ketika itu, Bung Tomo menyampaikan orasi melalui siaran radio yang membakar semangat rakyat di Surabaya melawan arogansi pasukan Sekutu.
Puncaknya adalah pidato Bung Tomo di RRI yang berujung pada peristiwa pertempuran satu hari pada 10 November 1945 di Surabaya, yang ditetapkan menjadi Hari Pahlawan pun Surabaya disebut menjadi Kota Pahlawan.
Belakangan, TNI AL mengabadikan nama Bung Tomo sebagai nama kapal perang mereka, KRI Bung Tomo-357. Dia adalah kapal perang dari kelas korvet ringan multifungsi buatan galangan kapal BAE Systems Marine, Inggris.
Pantauan di lokasi, personel-personel TNI AD dari Garnisun Surabaya hadir dalam persiapan pemakaman istri pahlawan nasional yang selalu setia menemani Bung Tomo pada masa perang kemerdekaan RI, yang juga sebagai wanita pejuang di saat suka dan duka.
Persiapan pemakaman istri pahlawan nasional itu juga meliputi penyiapan batu nisan bertuliskan nama almarhumah juga sedang dalam proses pembuatan oleh petugas setempat. Sementara Bung Tomo telah wafat dalam ibadah hajinya di Tanah Suci, bertahun lalu.
Karangan bunga ucapan turut duka cita dari sejumlah pejabat maupun komunitas telah memenuhi depan tempat pemakaman, dan tenda pemakaman sudah terpasang lengkap dengan kursi yang disiapkan untuk peziarah.
Karangan bunga itu sudah berdiri di sandarannya, di antaranya dari Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, Menteri Sosial, Khofifah Indar Parawansa, Wakil Gubernur Jawa Timur, Saifullah Yusuf, serta dan Wakil Wali Kota Surabaya, Whisnu Sakti Buana.(dbs/wiki/Antara/tribunnews/bh/sya)
|