JAKARTA, Berita HUKUM - Psikolog Arijani Lasmawati sekaligus founder Lembaga Psikologi Laksita mengatakan pola didik atau pengasuhan orang tua terhadap anak dapat menentukan terbebasnya anak dari paham radikal.
"Saya selalu mengedepankan peran keluarga dan orang Tua, Apa yang terjadi pada anak pada keluarga pasti ada pengaruh kuat disana orang tua," katanya di kawasan Kebayoran, Jakarta, Senin (27/8).
Dijelaskannya, anak dengan sendirinya akan bersikap intoleran ketika dewasa jika orang tua mengajarkan gaya pengasuhan yang intoleran seperti membatasi diri dengan lingkungan, tertutup dan menanggap dia sebagai orang yang eksklusif.
"Ini kadang orang tua menanggap 'saya tidak mengajarkan mereka untuk radikal untuk melakukan sesuatu yg berkaitan dengan jihad, teror' Tapi (pola asuh mereka) sebetulnya mereka sedang menanamkan bibit-bibit intoleran," ucapnya.
Apabila anak tersebut dididik untuk membuka diri, menurutnya, rasa saling toleransi dan tidak menganggap dirinya eksklusif tentu anak tersebut akan menerima masukan dan perubahan dilingkungannya.
"Ketika mereka beranjak remaja pasti mereka mencari kelompok dalam rangka mengembangkan diri bersosialisasi dengan lingkungan dan sebayanya. Mereka otomatis akan memilih kelompoknya seperti apa yang diajarkan orang tuanya," katanya.
Hal tersebut didasarkan pada hasil penelitiannya, dimana gaya intoleransi yang dibawa anak remaja sejatinya terpatri ketika dia masih dididik oleh keluarganya saat usia berkembang.
"Dalam penelitian saya menunjukan aktifitas yang intoleran dan radikal itu sumbernya dari keluarga. Ketika dia di guide (pandu) dalam tahap-tahap masa perkembangannya," paparnya.
Oleh sebab itu, semestinya orang tua tak boleh kaget ketika anaknya sudah dewasa bersikap intoleran. "Jadi itu perlunya orang tua membekali anak sejak dari awal," pungkasnya.(bh/mos) |