JAKARTA, Berita HUKUM - Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengingatkan kalau tradisi orator adalah tradisi para pemimpin Indonesia. Indonesia ini adalah negara yang lahir dalam krisis perang perundingan dan perang di tengah-tengah panggung yang bergolak, bulan panggung yang tenang.
"Itulah sebabnya agak sulit bagi orang Indonesia sebetulnya kalau pemimpinnya bukan orator, sulit bagi orang Indonesia. karena kita tumbuh dan lahir dengan tradisi panggung," ungkap Fahri saat menjadi narasumber di acara Bintang Orator Radio Parlemen di Loby Nusantara II Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta, Senin (5/2).
Menurut dia, pemimpin-pemimpin kita bukan hanya Bung Karno saja, kalau mendengar atau membaca dokumentasi tentang rapat-rapat BPUPKI, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), maupun Konstituante. Apalagi dalam tradisi parlementer dulu, itu orator-orator semua didalamnya.
"Maka Indonesia tumbuh tanpa pemimpin orasi, itu kurang top. Dan juga pemimpin itu, harusnya hari-hari dia berorasi kepada bangsanya untuk meyakinkan arah dari bangsa itu. Itu yang didalam istilah yang ditemukannya di zaman Roosevelt dulu itu," terangnya.
Roosevelt, tambah politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, adalah pemimpin Amerika Serikat yang melahirkan istilah Bullypulpit dimana dia bisa menggunakan panggung orasi podium Presiden AS untuk meyakinkan bangsanya tentang satu arah yang besar. Roosevelt saat itu bisa meyakinkan bangsanya supaya mau bergotongroyong, ketika akan membangun infrastruktur lintas Amerika.
"Itu orasi. Pemimpin itu harus setiap hari lahir dia. Apalagi sekarang. Kalau dulu kan chanel media itu sedikit, sehingga orang bisa melihat pemimpinnya melalui panggung, melalui televisi dan radio. Tapi sekarang, kita di DPR ini punya chanel TV dan Radio Parlemen, yang sedang kita usahakan agar mempunyai chanel khusus, sehingga di publik itu tahu ada dua chanel, yakni satu yang melaksanan, satunya mengawasi (Parlemen). Itu sama-sama ditonton oleh publik nanti. Jangan cuma satu chanel," katanya lagi.
Karena itu lah, Fahri Hamzah menyambut positif kegiatan Bintang Orator yang diselenggarakan oleh Pemberitaan Parlemen Kesetjenan DPR RI, dengan harapan dibuat secara rutin. Bila perlu didalam pidatonya itu, juga digambarkan sejarah bagaimana orang Indonesia belajar pidato, dan menjelaskan bagaimana Bung Karno berlatih di depan cermin, sampai cerminnya pecah.
"Itu semua kita gambarkan, karena pusat atau salah satu medium dari heroisme baru bangsa Indonesia adalah para pemimpinnya yang orator-orator ini. Karena itu, saya mengucapkan selamat kepada yang menjadi finalis. Anda adalah orator-orator masa depan dan jangan berhenti menjadi orator," harap anggota DPR dari daerah pemilihan Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.(skr/sc/DPR/bh/sya)
|