SAMARINDA, Berita HUKUM - Situs Sengkreaaq yang berada di kampung Jelemuq yang saat ini masuk wilayah Kecamatan Tering Kabupaten Kutai Barat (Kubar) Kalimantan Timur (Kaltim) yang dari turun temurun dikenal sebagai tempat pemujaan oleh leluhur, yang hingga saat ini memiliki nilai sejarah dan menjadikan tempat tersebut sebagai suatu tempat atau obyek wisata yang berada di wilayah Kubar.
Berbicara mengenai Sengkreaaq dan perjalanan sejarahnya, menurut Yurnalis Ngayoh, mantan Gubernur Kalimantan Timur kepada BeritaHUKUM.com dikediaman, Jumat (31/1) malam mengatakan, ungkapan yang dilontarkan Bupati Kutai Barat, Ismail Thomas, dalam acara Ritual Adat Beliatn Nalitn Tautn pada tempat situs Ancur / pancuran Sengkreaaq beberapa waktu lalu yang menjelaskan silsila adat Kubar masih ada kekurangan dari keturunan Sengreaak yang menguasai tanah Dayak, sebut Yurnalis Ngayoh.
"Dari kisah situs sentawar Aji Tulur menikah dengan Mook Manaar Bulatn dan melahirkan 5 keturunan yang menguasai ke 5 etnis, yaitu Etnis Tunjung, Etnis Benuaq, Etnis Bahau dan Puncan, Etnis Modang dan Etnis Kutai," ujar Ngayoh.
Mantan Gubernur Kaltim juga memaparkan bahwa, Situs Sengkreaaq yang berada di kampung Jelemuq yang saat ini dijadikan obyek wisata, mulanya hanya ditempat 8 orang yang salah satunya seorang perempuan bernama Sengkreaaq Lacaq. Dari Sengkreaaq Lacaq menurunkan seorang pria bernama Aji Tulur Jejangkat.
Dalam kisahnya dikatakan Aji Tulur Jajangkat menikah dengan Mook Manaar Bulatn, dari perkawinannya melahirkan 5 orang anak yang menguasai etnis Kutai dan Dayak.
Anak ke- 1, yang diberi nama Swalas Gunaq, diserahi mandat kerajaan untuk etnis Tunjung, anak ke-2 yang diberi nama Naras Gunaq untuk etnis Benuaq, anak ke-3 yang diberi nama Jelivan Benaq menguasai Etnis Bahau, anak ke -4 Tatan Gunaq untuk etis Modang, dan anak ke- 5 Puncan Karnaq untuk wilayah etnis Kutai, sebut Yurnalis Ngayoh.
"Jadi bukan hanya 4 anak keturunanan dari Aji Tulur Jejangkat dan Mook Manaar Bulatn, namun ada 5 anak yang tersebar di kelima etis dayak dan Kutai," ujar Nyayoh.
Yurnalis Ngayoh menambahkan, apa yang dikatan Ismail Thomas Bupati Kutai Barat mungkin ada benarnya, dari kelima orang anak tersebut, ada satu anak yang selalu tertinggal dalam sejarah sebagaimana kisah sejarah yang berada di Jawa, kalau di Majapahit ada Kudungga, di sejarah kerajaan Sendawar juga dikenal dengan nama Kudungan. Hal tersebut tentunya kita dapat mengikuti dengan saksama perjalanan sejarah dan silsilah bagi Etnis Tunjung dan Etnis Benuaq, Etnis Bahau di Kutai Barat, Etnis Modang di Kutai Timur serta Etnis Kutai di kutai Kartanegara, pungkas Yurnalis Ngayoh.(bhc/gaj) |