Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Selebriti    
Film
Peran Film Cleopatra Gal Gadot Picu Perdebatan tentang 'Whitewashing'
2020-10-19 14:04:24
 

Gal Gadot.(Foto: Istimewa)
 
AMERIKA SERIKAT, Berita HUKUM - Rencana pembuatan film baru tentang sosok Cleopatra memicu kontroversi karena sosok penguasa Mesir kuno itu akan diperankan aktor keturunan Israel, Gal Gadot.

Rencana pembuatan film itu memicu kritik di media sosial bahwa budaya whitewashing di Hollywood tak kunjung hilang. Terminologi whitewashing merujuk pada kebiasaan menempatkan aktor kulit putih pada peran non-kulit putih.

Sekelompok warganet menyebut karakter Cleopatra semestinya diperankan aktor keturunan Arab atau Afrika.

Cleopatra diyakini berasal dari keluarga penguasa era Yunani kuno, yaitu Dinasti Ptolemaik.

Lahir di Mesir pada tahun 69 Sebelum Masehi, Cleopatra memimpin kerajaan Nil saat wilayah itu dikuasai Romawi.

Gal Gadot, yang selama ini meraup popularitas setelah memerankan karakter Wonder Woman, adalah penggagas film Cleopatra ini. Selain menjadi bintang utama, Gadot juga akan menjadi asisten produser.






Elizabeth Taylor famously played Cleopatra in a 1963 production



Keterangan gambar,


Elizabeth Taylor memerankan karakter Cleopatra pada film yang diproduksi tahun 1963.





Kontroversi ini mengungkap perdebatan tentang bagaimana studio film di Hollywood mengartikan sebuah identitas dan menyeleksi sebuah peran.

Apakah seorang aktor dapat memerankan karakter yang miliki perbedaan etnis dengan mereka hingga kini masih menjadi pertanyaan yang terus dibahas.

Seorang penulis isu Afrika, James Hall, menyebut karakter Cleopatra semestinya diperankan aktor berdarah Afrika, apapun rasnya.

Sementara penulis film yang berbasis di Amerika Serikat, Morgan Jerkins, menyebut Cleopatra seharusnya diperankan aktor 'yang kulitnya lebih coklat dibandingkan kertas belanja'.

Menurut Jerkins, kriteria itu akan menghasilkan karya yang lebih akurat jika merujuk temuan sejarah yang ada.

Adapun seorang warganet berkomentar, "Gal Gadot adalah aktor yang hebat, tapi ada banyak aktor dari Afrika Utara yang bisa dipilih."

"Berhentilah menggunakan perspektif kulit putih terhadap sejarah bangsa saya," tuturnya.

Namun ada pula warganet yang menilai Cleopatra semestinya lebih dipandang sebagai keturunan Yunani atau Makedonia, bukan Arab atau Afrika.

2px presentational grey line


Analisis Tom Bateman, koresponden Timur Tengah BBC News

Perdebatan tentang Gal Gadot sebagai Cleopatra menunjukkan perdebatan lama tentang budaya nasional, agama, dan politik gender.

Namun Timur Tengah kuno sebenarnya tidak dapat dipandang dengan pemahaman modern tentang identitas.

Cleopatra menjadi penguasa sebelum kekristenan muncul dan beberapa abad sebelum Arab menguasai Afrika Utara.

Cleopatra adalah penguasa terakhir dari Dinasti Ptolemaik. Dia lahir di Mesir dari keluarga keturunan Yunani kuno yang didominasi Romawi.

Ada banyak banyak persoalan tentang bagaimana Ratu Nil itu digambarkan oleh masyarakat modern. Dia sering ditampilkan sebagai sosok penggoda yang mempercayai hal-hal mistis.

Citra itu, termasuk yang muncul setelah Elizabeth Taylor memerankan sosok ini dalam film tahun 1963, kemungkinan besar merupakan mitos yang diturunkan kepada kita oleh penyair romantis Amerika Latin, bertahun-tahun setelah kematian Cleopatra.

Ribuan penggambaran sosok Cleopatra selama berabad-abad didasarkan pada serangkaian kesimpulan lemah dari bukti yang terpecah-pecah dan sangat tidak dapat diandalkan.

Pendapat itu dikatakan sejarawan, Inggris Mary Beard.

Saking sedikitnya hal yang benar-benar diketahui, Beard menambahkan, Cleopatra seharusnya tampil di hadapan kita sebagai 'ratu tanpa wajah'.







Head of Cleopatra



Keterangan gambar,


Patung Cleopatra berusia ribuan tahun terus dirawat, tapi sejarawan hingga kini tak dapat memastikan bagaimana rupa penguasa Nil itu.





Namun sejumlah pengamat dari Israel menyebut kritik terhadap rencana pembuatan film baru ini lebih didasarkan pada gerakan anti-Yahudi atau antisemitisme.

Wartawan Jerusalem Post, Seth Franzman menyebut sangat tidak masuk akal mengesampingkan aktor berdarah Yahudi pada peran-peran yang bernuansa Timur Tengah.

Apalagi, kata Franzman, orang Yahudi pada dasarnya adalah orang-orang dari Timur Tengah, baik yang dengan akar keturunan yang jauh maupun dekat.

"Gagasan bahwa seleksi aktor harus mengecualikan orang Yahudi memalukan dan menunjukkan para pengamat tidak memiliki cukup pengetahuan," katanya.

Kedutaan Besar Israel di Amerika Serikat Washington mengunggah cuitan, "Seorang ikon memainkan ikon yang lain! Sangat tertarik melihat pendekatan baru terhadap Cleopatra!"

Juru Bicara Gal Gadot menolak berkomentar tentang perselisihan tersebut.(BBC/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Film
 
  Hayya 2: Dream, Hope & Reality, Film tentang Isu Kemanusiaan dan Kesehatan Mental
  Sinopsis Film Cita-citaku Setinggi Balon Karya LSBO PP Muhamadiyah Bersama NA, Malvocs, dan Mixpro
  Hiburan Jelang Lebaran, Nonton Bareng Film Jejak Langkah Dua Ulama
  Saksikan Gala Premiere Sisterlillah, Presiden PKS: Ini Kado Istimewa bagi Insan Film
  'Rekah' Film Karya Anak Muhammadiyah yang Jadi Juara Kompetisi Film Nasional
 
ads1

  Berita Utama
Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

Kapan Idul Fitri 2024? Muhammadiyah Tetapkan 1 Syawal 10 April, Ini Versi NU dan Pemerintah

Refly Harun: 6 Ahli yang Disodorkan Pihak Terkait di MK Rontok Semua

PKB soal AHY Sebut Hancur di Koalisi Anies: Salah Analisa, Kaget Masuk Kabinet

 

ads2

  Berita Terkini
 
Apresiasi Menlu RI Tidak Akan Normalisasi Hubungan dengan Israel

Selain Megawati, Habib Rizieq dan Din Syamsuddin Juga Ajukan Amicus Curiae

TNI-Polri Mulai Kerahkan Pasukan, OPM: Paniai Kini Jadi Zona Perang

RUU Perampasan Aset Sangat Penting sebagai Instrument Hukum 'Palu Godam' Pemberantasan Korupsi

Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2