OSLO (BeritaHUKUM.com) - Nobel Perdamaian tahun ini diraih oleh Tokoh prodemokrasi Myanmar Aung San Suu Kyi. Dalam raihan itu, Aung San Suu Kyi pun menyampaikan pidatonya di depan keluarga kerajaan Norwegia.
Seperti diketahui, bahwa dirinya pernah meraih nobel yang sama saat masih ditahan, 21 tahun yang lalu. Dalam pidatonya, dia menyampaikan, ketika menjadi tahanan rumah, dia merasa tidak seperti manusia-manusia biasanya yang hidup seperti di dunia nyata, melainkan ada batasan yang sangat memengaruhi dirinya. Seperti ada di planet yang berbeda, demikian Aung San Suu Kyi mematoforiskan. Bahkan, ketika masih di dalam tahanan, perempuan berusia 66 tahun itu menyatakan bahwa setiap orang adalah sosok pemimpin moral.
"Penghargaan Nobel Perdamaian menarik saya keluar dari keterasingan serta membangkitkan akal sehat terhadap realita. Nobel ini juga akan menarik perhatian dunia dalam perjuangan demokrasi di Myanmar," paparnya dalam pidato tersebut, seperti dikutip Associated Press, Minggu (17/6).
Pemimpin oposisi Myanmar itu pun mengakhiri pidatonya dengan senyuman, dan mendapat tepuk tangan yang meriah. Dia pun meninggalkan Balai Kota Oslo, yang menjadi Pusat Nobel Perdamaian. Sementara itu, para seniman membuat biografi Suu Kyi dalam sebuah layar interaktif, yang dapat dikatakan sebagai kreasi-pujian. (ap/bhc/frd)
|