JAKARTA, Berita HUKUM - Pengamat Politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro mengatakan pemimpin Indonesia tidak dipandang dari usianya, melainkan dipandang dari kemampuannya dalam memimpin negara. Sebab, usia tidak menjadi relevan saat seseorang memiliki kecakapan mengelola negara.
Usia tidak masalah. Yang utama adalah kemampuan dan kecakapan orang tersebut apakah pantas duduk di kursi RI 1 dan RI 2. Ingat ya, presiden dan wakil presiden harus mampu membawa Indonesia ke level internasional, harus mampu meredam konflik dan menggiring demokrasi ke depan. Nah, sosok tua atau muda tidak masalah," ujar dia saat dihubungi, Sabtu (15/3)
Siti tidak sepakat jika Joko Widodo ( Jokowi ) disebut sebagai tokoh muda. Karena saat ini usia Jokowi memasuki usia 51 tahun, dan ini tidak dapat dikatakan muda. Maksud muda tersebut, kemungkinan langkah Jokowi yang baru masuk ke dunia politik.
"Dia termasuk muda ya 51 tahun ya? Di atas 60 tahun dianggap tua. Yang lalu kan kita pesimis dan kecewa karena banyak politisi muda terjerat korupsi. Dan tiba-tiba muncul Jokowi yang dianggap jujur, memang itu realitanya," jelas dia.
Dia menambahkan, saat ini masyarakat cenderung mencari pemimpin bebas dari indikasi korupsi. Sebab banyak partai politik menggunakan sosok muda sebagai icon yang bebas dari korupsi, namun malah berujung ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
"Tapi kan kita cari pemimpin yang tidak terindikasi korupsi. Yang tidak akan memperkaya dirinya dan membangun dinastinya kan," kata dia.
Siti mengingatkan, masyarakat harus berpikir jernih dalam pemilihan presiden mendatang. Karena, Jokowi belum memiliki pengalaman apapun sebagai pemimpin. Bahkan saat menjabat sebagai wali kota Surakarta pun tidak ada hal berarti yang Jokowi lakukan.
"Pengalamannya belum banyak. Kita akui ya memang ada sisi-sisi lain yang sepertinya sesuai dengan harapan kita. Jokowi nggak neko-neko. Tapi jam terbangnya gimana? Mudanya itu adalah muda sebagai politisi saja," pungkas dia.(merdeka/bhc/sya) |