ADONARA, Berita HUKUM - Pertikaian memperebutkan lahan perkebunan yang terjadi di Desa Sandosi Kecamata Witihama, Pulau Adonara, Kabupaten Flores Timur (Flotim), provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Kamis (4/3) yang menewaskan 6 Orang, Situasi Kini Kondusif Aman Terkendali ungkap Mayor Infantri Ignasius Sogen sebagai Danramil 02 Adonara.
Danramil Adonara Mayor Infantri Ignasius Sogen, kepada pewarta BeritaHUKUM melalui pesan WhatsApp pada, Jumat (6/3) mengungkapkan bahwa, bentrokan antar suku di desa Sandosi pada, Kamis (5/3) antara keluarga Moses dari Suku Kwaelaga dengan pihak keluarga Hendrik dari suku Lamatokan di lokasi kebun Wulewata Desa Sandosi Kecamatan Witihama.
Pada Kamis (5/3) sekitar pukul 10.45 Wita pagi keluarga dari Hendrik mendatangi lokasi dengan maksud akan mencabut tananman kelapa yang ditanam oleh pihak Moses, dengan alasan bahwa lokasi tersebut adalah lokasi milik pihak Hendrik. Sehingga tindakan Moses menanam pohon Kelapa adalah penyerobotan. Apalagi masalah ini sudah dilaporkan ke Polsek Adonara beberapa minggu yang lalu, terang Danramil.
Mendengar informasi tersebut pihak keluarga Moses juga datang ke lokasi Wulewata, sehingga keributan tidak bisa dibendung sampai terjadi bentrokan antara kedua kelompok tersebut.
Dalam perang antar kelompok dua suku tersebut menyebabkan dari Suku Kwaelaga 4 orang meninggal dan 1 orang melarikan diri, sedangkan dari Suku Lamatokan 2 orang dinyatakan meninggal dunia, terang Danramil Ignatius Sogen.
Danramil 02 Adonara juga mengatakan bahwa, "setelah menerima laporan kejadian jajaran TNI dan Kepolusian langsung terjun kelokasi kejadian untuk mengamankan situasi dan hingga malam tadi masih berada di lokasi bersama jajarannya," jelas Danramil Adonara Mayor Infantri Ignasius Sogen.
Mayor Infantri Ignasius Sogen juga mengatakan, dari ke 6 korban yang meninggal dunia teridentifikasi adalah, 4 orang meninggal dunia diri suku Kwaelaga dan 2 orang dari Suku Lamatokan.
Dari dari ke 6 korban meninggal tersebut, inisial MKK (80) warga dudun 1 desa Sandodi, YMS (70) warga dusun 1 desa Sandosi, YOT (56) warga dusun 1 desa Sandodi, SR (68) juga dari desa Sandosi, suku Kwaelaga. Sedang korban dari Suku Lamatokan teridentifikasi 2 orang, berinisial WKO (80) dan YHW (80) keduanya dari dusun 2 desa Sandosi.
Danramil Adonara Ignasius juga mengatakan bahwa tindakan yang diambil untuk meredam dan mengamankan situasi yaitu melakukan koordinasi dengan Polsek serta Kepala Desa Sandosi untuk meredam situasi, mendatangi lokasi kejadian dan melakukan lokalisir lokasi, melakukan evakuasi para korban ke rumah adat masing-masing di desa Sandosi.
Danramil menegaskan bahwa, keterangan yang diperoleh dari korban yang selamat dan melarikan diri, ST (69) dari suku Kwaelaga, menyebutkan bahwa kejadian dimulai ketika Thomas Rafael Helu dan keluarga dari suku Lamatokan datang untuk menemui saudara Moses Kopong Keda dan keluarganya di lokasi kebun untuk meminta agar saudara Moses Kopong Keda dan keluarga agar mencabut Pohon kelapa yang sudah ditanam. Namun, Moses Kopong Keda dan keluarga tidak mau mencabut sehingga pada saat itu terjadi perang mulut dan bentrokan tak dapat dihindarkan hingga pertumpahan darah, pungkas Danramil Adonara Mayor Infantri Ignasius Sogen.(bh/gaj) |