JAKARTA, Berita HUKUM - Rizal Izal atau yang biasa akrab disapa bung ijal selaku Ketua Umum Komando Barisan Rakyat (KOBAR) mengatakan tak bisa dipungkiri memang sulit menyamakan persamaan itu, maka itu dituangkan dalam pembentukan Aksi Bersama Rakyat (AKBAR) bersama Aliansi Gelora Bung Karno (AGBK) yang dimotori Fahri Lubis dan Aliansi Masyarakat Jakarta Utara (AMJU) dengan koordinatornya, Jamran yang melakukan acara Buka Bersama (Bukber) bertema AKBAR: Rakyat Jakarta Melawan, Partai yang Menolak adalah Penghianat dan Penipu Rakyat.
"Kami sudah sepakat untuk kembali ke UUD'45, baik secara sosial media sudah disuarakan. "bullshit' jika tidak kembali ke UUD'45," ujar ketum KOBAR, menceritakan pembentukan basis massa berawal dari masyarakat pesisir wilayah Jakarta Utara, hingga timbul 'Dari Utara kita Melawan' ungkap bung Ijal, saat acara Bukber AKBAR, para aktivis dan warga Ibukota Jakarta yang dipelopori oleh Aliansi Gerakan Bung Karno (AGBK) di kawasan Cikajang, Jakarta Selatan, Selasa (21/6).
Ketum KOBAR bung Ijal, pun menyuarakan untuk agenda kedepan yang mau dengan aksi murah, "silahkan saja dimulai baik dari 'penggulingan' Gubernur DKI Jakarta yang mulai terasa sarat dan nampak otoriter, serta haus kekuasaannya ini, maka itu terus digulirkan ke 'Jakarta', ke sisi Ahok, Intinya, dengan merajut kekuatan kembali dan nantinya akan melakukan 'bombardir' ke DPR RI. Soalnya, terbangkit 'euforia' masyarakat bila bisa menjatuhkan Ahok. Itulah yang kita harapkan, dan kita samakan persepsi. Kembali ke UUD'45, !!," serunya menyampaikan.
Kemudian, lebih lanjut Bang Daud salah seorang aktivis yang hadir dari Bamus Betawi, menceritakan kisah gerakan perjuangan ketika usianya agak muda, dimana melawan perekonomian terhadap produk-produk bermerk 'Jepang' dimana melawan 'Tanaka' di masa perlawanan itu timbullah peristiwa Malari 15/16 Januari 1974 itu," tutur aktivis yang diperkirakan berusia 61 tahun itu menuturkan.
Lalu, tak lama berseleng peristiwa Malari kemudian munculah gerakan melawan China yang notabene ditujukan pada sosok salah seorang pengusaha China, 'Liem', timbullah peristiwa Priok tahun 1984 dan 'indikasinya' ditembaki atas perintah Beni Murdani yang menjabat selaku Panglima ABRI, panglima Kopkamtib ketika itu.
"Bahkan ketika itu Sjafrie Syam juga mengajak dan meminta mengosongkan gedung MPR hanya dengan 7 orang saja. Dimana pasukan saya sedikit, yang mana saya akan datang dengan Isbanda, 'Islam Banteng Juanda'. Kemudian terbentuklah Pam Swakarsa dan saya diminta menjadi Panglima Tinggi," ucapnya seraya menjelaskan.
Namun, untuk kondisinya terkini menurut bang Daud, "carut marut dan pro kontra di masa Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) ini berkah bagi kaum muslim, khususnya di Jakarta. Islam, dimana bahwa penolakan Ahok ini bukan dari kebutuhan melawan, namun, arogansi yang timbul dari Ahok sendiri," celetuknya lagi.
Sementara, Ketua umum Gerakan HMS (Hidupkan Masyarakat Sejahtera), HM Sasmito Hadinegoro yang turut hadir menyampaikan kecanggungannya, dimana sekarang ada konsep yang didengungkan 'Teman Ahok' itu bila dianalogikan pas'98. Dimana issue yang dibangun menjatuhkan Rezim Presiden Soeharto, yang diangkat tema tentang 'KKN'.
"Kadang Ahok kasar, kita lihat orang kasar dan sewenang-wenang, namun hari ini faktanya Gub. DKI Jakarta, atau kepala daerah yang mestinya menjadi pengayom, dimana tidak boleh sewenang-wenang." ujarnya.
"Masyarakat di Luar Batang itu yang Solider (setia kawan) yah, sampai saat ini. Ibukota direbut oleh para pejuang dengan bertumpah darah, namun, tanpa yang perlu membuat dikotomi dengan sebut SARA. namun, bila berbicara fakta, dimana sebagian besar pejuang kita, dimana 80% penduduk mayoritas islam (muslim). Dimana, konkritnya Imamnya mestinya muslim," jelas Sasmito Hadinegoro.
"Gubernur, mestinya menganyomi. Dimana konkritnya masalah di Jakarta adalah Luar Batang. Saya, Rahma, Bu Lili Wahid, Jend Soeharto, Dr Nasir (anak luar batang asli). Saya terharu, dimana apa yang diungkapkan oleh Pak nasir sendiri. Kita tidak bole ada yang perlu ditakuti dalam menghadapi manusia, siapa saja, hanya boleh takut pada Allah. Dimana sudah lebih dari 7 tahun HMS demo ke KPK, namun perisitiwa 20 Mai itu gak sabar. Padahal, kalau mau sabar menunggu saya dan Ibu Rahma Pidato, bisa akan lebih meledak," lirihnya, seraya menerawang kejadian 20 Mei 2016 lalu, dimana timbul insiden kericuhan di depan gedung KPK, saat aksi demonstrasi antara pihak pendemo dan aparat Kepolisian yang berjaga.
"Orkes dan sebagainya jadi 'batal' semua. Padahal kalau demo hingga jam 5 sore akan dibongkar dan beberkan semua. Bangun Luar Batang itu gak sampe 60 T, namun keuangan Republik ini secara sistemik, dimana mantan Menkeu era 720 triliun skandalnya. Urusan Luar Batang, bukan persoalan kecil, namun bisa menjadi 'pintu masuk' ada persoalan apa di Republik ini," pungkasnya.(bh/mnd) |