ACEH, Berita HUKUM - Aksi kriminalitas dan berbagai aksi lainnya di Aceh, seperti halnya insiden penculikan terhadap pekerja asing asal Inggris, Malcolm Primrose (61) Blade Engeener PT Medco E&P Malaka, di Kabupaten Aceh Timur, yang menjadi sorotan publik nasional bahkan internasional dapat mengancam keamanan di Aceh.
"Kita sangat mengecam keras terhadap aksi kriminalitas bersenjata dan kriminal lainya yang sering terjadi akhir-akhir ini, karena dapat mengancam keamanan dan perdamaian di Aceh," demikian kata Tgk Hasnawi Ilyas alias Awi Juli, Koordinator Forum Aneuk Nanggroe Peduli Damai (FANPD), kepada pewarta BeritaHUKUM.com, Jum'at (14/6).
Selain mengancam keamanan dan wujud perdamaian yang telah tercipta di Aceh, katanya, peristiwa ini juga akan berdampak pada pembangunan Aceh, sebagaimana yang saat ini pemerintah tengah gencar-gencarnya mengundang investor asing untuk berinvestasi ke Aceh. "Jika aksi seperti ini terus terjadi, maka tidak menutup kemungkinan para penanam modal asing enggan menanamkan modalnya ke Aceh," jelas Awi.
Menurut dia, pemerintah Aceh dinilai sudah gagal dalam memimpin terutama untuk memberikan kenyamanan dan keamanan terhadap masyarakat. Itu terlihat setelah Aceh ditampuk kepemimpinan Zikir (Zaini-Muzakir, gubernur Aceh sekarang,red) justru aksi teror semakin meningkat mulai dari ancaman terhadap para kader politisi, serta ancaman teror lainya.
"Keadaan ini tidak bisa didiamkan begitu saja, langkah kongkritnya Zikir harus mundur dari jabatan gubernur, mengingat kian hari aksi kekerasan, ancaman kian merajalela," Awi Juli menandaskan.
Pun begitu, dia meminta kepada TNI/Polri agar menindak tegas dan segera menangkap para pelaku penculikan warga Inggris, serta mengungkap hingga tuntas siapa yang bermain di belakang layar terhadap insiden ini. "Sebab, dengan kejadian ini, Aceh di mata dunia sudah tercoreng," tutup Awi Juli, yang juga mantan Tentara Nasional Aceh (TNA) Wilayah Batee Iliek.(bhc/sul)
|