JAKARTA, Berita HUKUM - Badan Meteorologi Dunia atau World Meteorological Organization (WMO) menunjuk Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai pilot proyek percontohan untuk sistem peringatan dini (early warning system) bencana banjir bandang bagi kawasan Asia Tenggara dan Pasifik.
Indonesia dan negara-negara di kawasan Asia Tenggara dan Pasifik, dinilai sering mengalami bencana alam hidrometeorologi. Salah satunya, kejadian banjir bandang yang sering melanda. Disampaikan saat konferensi pers di gedung A Kantor BMKG Jakarta, Rabu (12/7).
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Yunus S Swarinoto mengatakan, dengan sistem yang dikembangkan diharapkan dapat memprediksi banjir bandang kurang dari tiga jam sebelum kejadian. Sebab, tatkala curah hujan ekstrem terjadinya, dalam waktu tiga jam kemudian banjir bandang bisa datang menyapu dan menyebabkan banyak korban dan kerugian.
"Model yang dikembangkan ini didesain internasional dan hasil akurasinya akan tinggi. Sistem yang ada di BMKG akan diintegrasikan dengan sistem ini," katanya..
Yunus juga menjelaskan "BMKG oleh WMO sudah ditunjuk sebagai regional center untuk sistem peringatan dini banjir bandang," ujarnya.
Sistem yang dinamakan Flash Flood Guidance System Projek (FFGSP) diharapkan akan memberikan informasi yang lebih akurat dan cepat terkait kejadian banjir bandang karena mengintegrasikan berbagai informasi baik dari satelit, radar maupun data lainnya.
Melalui sistem tersebut akan memberikan panduan kepada prakirawan untuk memberikan peringatan dini banjir dengan menggunakan model hydrometeorologi, menggabungkan hydrometeorologi lokal dan global, geomorfologi, data topografi seperti data satelit, Numeric Weather Prediction (NWP) dan Quantitative Precipitation Forecast yang dapat diakses oleh pengguna data dan informasi cuaca.
"Biasanya data cuaca harian, bulanan maupun mingguan yang kita informasikan, tapi dengan sistem ini paling tidak tiga jam sebelum kejadian kita sudah dapatkan informasinya sehingga bisa diteruskan ke instansi terkait dan masyarakat agar bersiap siaga," tambah dia.
Pada kesempatan yang sama Peneliti hidrologi badan meteorologi dunia (WMO) Ayhan Sayin mengatakan BMKG dinilai cukup layak dan punya kemampuan untuk memberikan informasi cuaca numeric yang berstandar internasional, merupakan salah satu alasan BMKG ditunjuk sebagai regional center untuk FFGSP.
"Sudah ada 16 negara yang menggunakan sistem ini termasuk negara-negara Asia," ucapnya.
Menurutnya, BMKG dipilih menjadi pilot project karena dinilai sangat baik dalam memberikan informasi cuaca numerik yang telah berstandar internasional. BMKG pun memenuhi syarat menjadi regional center di kawasan Asia Pasifik.
"Ditargetkan beberapa tahun ke depan sistem ini bisa dimanfaatkan," ujarnya.
"Terkait dengan bencana banjir bandang, BMKG benar-benar memenuhi syarat untuk penyampaian informasi berstandar internasional," katanya.
FFGSP mencakup wilayah Amerika Serikat, Haiti, Republik Dominika, Afrika Selatan, Laut Hitam dan Timur Tengah, Eropa Tenggara, Asia Tengah, Asia Selatan, Sungai Mekong dan Asia Tenggara Oceania.
Tahun ini Indonesia diwakili BMKG menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan para ahli Southeastern Asia- Oceania Flash Flood Guidance 10-12 Juli 2017. Para ahli yang hadir dalam pertemuan itu antara lain berasal dari Indonesia, Filipina, Malaysia, Papua Nugini, Timor Leste dan Brunei Darussalam.(bh/yun)
|