JAKARTA, Berita HUKUM - Banyaknya para pelaku teroris memanfaatkan dunia maya sebagai jalur propaganda membuat Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) merintis program antisipasi. Program yang diberi nama 'Tahun Damai di Dunia Maya' tersebut dilakukan guna menahan gempuran propaganda teroris melalui internet.
“Kita lihat masalah krusial saat ini adalah propaganda teroris melalui dunia maya, sehingga kita gagas program nasional ‘Tahun Damai di Dunia Maya’. Saat ini perkembangan website teroris dari tahun 1998 berkembang pesat dan menyasar generasi muda,” kata Deputi 1 Bidang Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT, Mayjen TNI Agus Surya Bakti dalam pernyataannya, pada Dialog Damai Pencegahan Terorisme Dalam Dunia Maya, di Warung Daun Cikini, Jakarta, Kamis(5/3).
Menurut data BNPT, pada tahun 2013 ada 2.650 website yang lakukan propaganda terorisme. Setahun kemudian sudah bertambah menjadi 9.800 website dan sebagian besar sulit diketahui identitasnya.
"Mereka (teroris) menjadikan internet untuk propaganda karena mudah diakses, tidak ada kontrol, punya audience yang luas, serta tidak bisa diketahui identitasnya. Internet bisa jadi source pemberitaan para jurnalis. Inilah yang akan kita lawan dengan membangun suasana damai di dunia maya,” kata Agus.
BNPT lanjut Agus sudah mempunyai website sendiri untuk mencegah aksi terorisme di internet yakni damailahindonesiaku.com dan jalandamai.org.
Lebih jauh, Agus menjelaskan contoh nyata teroris di dunia maya adalah langkah teroris baru Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang menjadikan dunia maya sebagai alat utama dalam menyebarkan ajaran dan merekrut anggota dari kalangan anak muda dan terpelajar. Data dari Studi Agama Universitas Surya, yang menemukan bahwa 78 persen mahasiswa sains dan teknologi mengikuti akun beridentitas Islam.
Menurutnya, masuknya teroris di dunia internet ini bisa membahayakan, karena banyak anak muda yang jiwanya masih labil bisa disusupi pemikiran-pemikiran anarkis. Maraknya smartphone yang ada makin mempermudah teroris menjangkau anak muda yang mayoritas telah memiliki gadget.
"Kenapa media online, karena mudah diakses, tidak ada kontrol, audience nya luas, kecepatan informasi. Inilah yang saat ini dimanfaatkan para teroris," jelasnya.
Dia berharap, untuk mengantisipasi adanya pengembangan jaringan teroris di Indonesia, sebaiknya pemerintah melalui Kemenkominfo harus bekerja lebih keras lagi, untuk menguatkan peran cyber police dan cyber army harus di dunia maya.
"Penutupan akun dapat dilakukan oleh Youtube, Twitter, Facebook, terhadap aktivitas terorisme global oleh pemerintah," pungkasnya.
Selain menyerukan pencegahan di dunia internet. Agus menjelaskan telah membuat beberapa program pencegahan agar Indonesia tidak menjadi sarang teroris.(bhc/yun) |