JAKARTA, Berita HUKUM - “Diprediksi curah hujan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) masih akan tinggi dalam 3 hari ke depan. Karena itu, warga di kawasan Jabodetabek, terutama di DKI Jakarta, harus waspada terhadap ancaman banjir hingga Jumat, 18 Januari 2013,” ungkap peneliti Meteorologi Tropis dari Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Tri Handoko Seto, Selasa (15/01).
Menurut Tri, curah hujan harian rata-rata wilayah di Jabodetabek hingga Jumat (18/01) diperkirakan masih akan berkisar antara 30-40 mm per hari. “Bandingkan dengan curah hujan bulanan untuk Januari dan Februari yang berkisar 300-400 mm per bulan," jelasnya.
Dalam kondisi tanah di kawasan Jabodetabek yang sudah jenuh seperti saat ini, maka hujan yang turun ke permukaan tanah akan dengan segera dan dengan porsi yang besar menjadi aliran yang berkontribusi menambah genangan.
"Oleh karena itu, kewaspadaan perlu ditingkatkan baik oleh masyarakat maupun instansi pemerintah. Peringatan dini banjir harus terus dimutakhirkan dan disampaikan ke masyarakat dengan bantuan media baik cetak maupun elektronik bahkan media sosial yang relatif cepat dan selalu termutakhirkan," imbaunya.
Tadi malam warga Jakarta bersiaga menghadapi banjir kiriman karena tinggi air di bendung katulampa pada pukul 07.30 WIB mencapai 210 centimeter, siaga I. Meski saat ini, Katulampa turun menjadi siaga III tapi potensi banjir tetap tinggi karena di wilayah Bogor masih terjadi hujan.
Berkaitan dengan persoalan banjir di Jakarta, sebenarnya sejumlah kajian untuk mengatasinya sudah dilakukan pemerintah provinsi DKI Jakarta dengan para ahli. Sayangnya beragam kajian termasuk pembangunan infrastruktur Banjir Kanal Barat dan Banjir Kanal Timur mengatasi luapan air sungai belum bisa maksimal tekan jumlah titik banjir.
Karena itu pada musim penghujan tahun ini Pemprov DKI Jakarta bekerjasama dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menerapkan teknologi modifikasi cuaca. Teknologi ini memanfaatkan radar hujan dipadu dengan teknologi hujan buatan untuk mengurangi debit air hujan di Ibu kota.
Direktur Pusat Teknologi Lahan Wilayah dan Mitigasi Bencana (PTLWB) BPPT, Isman Justanto mengatakan bahwa pihaknya telah bekerjasama dengan BNPB. Dengan melihat potensi banjir Jakarta cukup besar maka berinisiatif untuk melakukan pemasangan radar di Monas.
“Bekerjasama dengan BNPB, kami berupaya untuk mengatasi banjir dengan mengurangi curah hujan di Jakarta. Rencananya Radar Hujan akan segera dipasang di Monas hari ini,” katanya.
Dipilihnya Tugu Monas sebagai tempat pasang radar karena lokasinya strategis. Cara kerja teknologi ini memanfaatkan radar yang menjangkau hingga 150 Kilometer untuk menerima informasi pergerakan awan. Jika ada awan yang berpotensi hujan besar masuk ke langit Jakarta, maka BPPT segera menurunkan hujan diluar Jakarta dengan teknologi hujan buatan.
“Jadi hujan sebelum masuk Jakarta kita turunkan misalnya di daerah laut dengan menaburkan garam menggunakan pesawat terbang, tapi kalau sudah terlanjur masuk Jakarta, maka curah hujan akan kami pecah,” imbuh Isman.
Ada tiga cara membuat hujan buatan dengan model flash, liquid dan powder semuanya manual dengan pesawat terbang. Modifikasi cuaca ini nyaris 100 persen manjur karena sudah terbukti di sejumlah tempat. Biasanya dipakai untuk mengisi air waduk di seluruh Indonesia, menanggulangi kebakaran hutan, maupun event Pekan Olahraga Nasional (PON) di Riau dan Sea Games di Palembang.
Isman menambahkan, sejauh ini BPPT memiliki dua unit radar hujan, harga per unitnya Rp20 miliar. Satu unit telah dipasang di Serpong Tangerang dan satu lagi bekerja mobile yang dalam waktu dekat akan ditancapkan di Monas. bhc/(hms/rat)
|