HOLLYWOOD, Berita HUKUM - Pilihan bacaan terbaik dalam bidang seni dan budaya pekan ini, antara lain tentang foto terbaik sepanjang masa, Hollywood masuk ke Cina, dan bagaimana mencari nafkah dari puisi. Musik pop: Bagaimana rock indie mengubah dunia
Musik indie dimulai dengan Sonic Youth -yang mencapai puncak komersial bersama Nirvana- dan kemudian memudar. Namun bukan tanpa bekas. Warisan Indie lebih dari sekedar reuni nostalgia dan juga lebih dari arus utama yang berwujud tato atau jin ketat.
Indie menemukan tempat ketika setiap orang bisa menjadi produser seni dan budaya, yang semakin menjauh dari pusat maka semakin baik pula, dan kini menjadi bahan penting bagi media baru dalam era informasi saat ini.
Gerakan ini lahir di ruang bawah tanah dan didorong oleh kaum muda yang culun yang belajar sendiri. (Baca dalam bahasa Inggris How indie rock changed the world - Deborah Cohen, Atlantic, 4.870 kata)
Mode: Alexander McQueen di V&A
Lima tahun setelah kematiannya, perancang mode Alexander McQueen masuk dalam bagian pascakehidupan tempat Marilyn Monroe, Amy Winehouse, Janis Joplin, Kurt Cobain, dan Peacher Geldof berkumpul: indah, terkutuk, dan masih menyala.
Sebuah pameran karya-karyanya di Museum Victoria dan Albert di London menghadirkan sensasi yang tidak biasa dan menggelisahkan.
Ruang pameran yang berkilauan diisi dengan baju pelindung dan barang-barang lain, yang banyak di antaranya dekat dengan perwujudan dari penyiksaan. (Artikel dalam Bahasa Inggris: At the V&A - Marina Warner, London Review of Books, 2.900 kata)
Sastra : Mencari nafkah lewat puisi
Simon Armitage mungkin merupakan penyair Inggris yang paling populer setelah Philip Larkin. Dia disebut-sebut sebagai penyair yang kelak akan meraih Nobel dan akan menjadi guru besar puisi di Universitas Oxford.
Namun yang paling mengesankan adalah dia mencari nafkah sebagai penyair serius: roman klasik Gawain and the Green Knight yang dia terjemahkan menjadi karya modern terjual sampai 35.000 eksemplar.
Dia menulis, tampil di panggung, menyiar, dan mengajar. “Puisi adalah paket lengkap.” (Silahkan baca artikel dalam Bahasa Inggris: Simon Armitage; Making poetry pay - Aida Edemariam, Guardian, 5.475 kata)
Film: Hollywood di Cina
Pasar film Cina segera akan menjadi yang terbesar di dunia. Hollywood sudah menyesuaikan film larisnya untuk para penonton di Cina. Film-film Amerika menguasai setengah pasar Cina walaupun ada kebijakan untuk melindungi film buatan dalam negeri.
Kenapa produser film Cina tidak lebih baik? Karena mereka ditekan untuk memuja Cina dan nilai-nilai Cina sementara Hollywood menjual aspirasi universal dan kisah kemenangan individu, yang laku, di Cina sekalipun. (Artikel dalam Bahasa Inggris: Hollywood in China: Selling Out or Cashing In? - Stanley Rosen, Diplomat, 1.512 kata)
Fotografi: Muhammad Ali lawan Sonny Liston
Kisah di balik ‘foto terbaik sepanjang masa’ adalah ketika Neil Leifer memotret Muhammad Ali yang menjatuhkan Sonny Liston pada 25 Mei 1965. Leifer membidik satu kali saja dan langsung mendapatkan momen terbaik.
Namun foto itu belum menceritakan semuanya. Kita melihat Ali menang. Namun Ali frustrasi dan meminta Liston bangkit lagi.
Dia pikir Liston pura-pura jatuh dan menyerah kalah. Mungkin saja memang begitu. Kalaupun ada pukulan yang menjatuhkan Liston, tak ada yang melihatnya secara pasti. (Lihat artikel dalam Bahasa Inggris How Things Break- Dave Mondy, Slate, 4.600 kata)
Teater: Hard Problems karya Tom Stoppard
Ahli evolusi biologi, David Sloan Wilson, mengenang diskusinya tentang altruism -atau sikap mementingkan orang lain dari diri sendiri- dengan Tom Stoppard. Buku Sloan Wilson menjadi rujukan dari teater Stoppard, The Hard Problems.
Namun Stoppard berpendapat bahwa altruisme adalah spiritualitas dan bukan ilmiah.
“Bahkan jika sains bisa menjelaskan bentuk dari altruismen secara instinktif ada dalam lebah dan cacing otak, sains tidak bisa atau belum menjelaskan kesadaran yang dimotivasi oleh altruisme dalam umat manusia. (Baca artikel dalam Bahasa Inggris: Tom Stoppard’s Hard Problems / David Sloan Wilson, Evolution Institute, 1.690 kata)
Film | Persneling tinggi
Mad Max: Fury Road adalah film ‘liar yang tidak ada hentinya’ yang dikuasai ‘puisi aneh’ yang berada jauh, jauh di atas Mad Max Beyond Thunderdome dan menandai salah satu dari hanya sedikit film ketika seri terakhir justru lebih baik dari yang sebelumnya.
Tom Hardy, yang mengambil alih peran utama Mel Gibson, lebih membumi dari Gibson dan lebih kurang energi, dan jelas kurang gila. Ciri Mad Max tidak membuat kita melihat kekerasan sebagai sebuah kekerasan semata.
Sebaliknya kekerasan tampak seperti kebrutalan yang pasrah seperti tidak ada cara lain untuk hidup. (Anda bisa membaca artikel dalam Bahasa Inggris: High Gear - Anthony Lane, New Yorker, 1.740 kata).(BBC/bh/sya) |