Venezuela Bagaimana Venezuela yang Kaya Minyak Mata Uangnya Ambruk 2018-08-23 07:45:31
Satu kilogram daging berharga 9.500.000 Bolivar -berapa kilogram uangnya sendiri kalau ditimbang?.(Foto: Istimewa)
VENEZUELA, Berita HUKUM - Pada hari Senin, Presiden Venezuela Nicolas Maduro menerbitkan mata uang baru untuk mengendalikan inflasi negara itu, yang tahun ini menurut perkiraan IMF akan mencapai 1.000.000% (satu juta persen!).
Mata uang Bolivar Venezuela begitu ambruk nilainya jadi hampir tidak berharga, menyusul kemerosotan ekonomi yang parah. Nilai US$1 kini bisa setara lebih dari 6,3 juta Bolivar (sekali lagi: itu untuk hanya satu dolar AS, yang setara paling mahal Rp14.500).
Nilai yang mata uang rendahnya gila-gilaan itu mungkin hanya bisa dibandingkan dengan mata uang dolar Zimbabwe pada masa Robert Mugabe -yang di saat puncak hiperinflasi pada 8 November 2008, bahkan nilai tukar US$1 sama dengan 669miliar Dolar Zimbabwe. Jadi mungkin orang Venezuela masih bisa mengatakan, bahwa nilai mata uang mereka masih 1000 kali lebih tinggi dibanding mata uang Zimbabwe di saat terburuk ekonomi negeri itu.
Betapa pun, nilai Bolivar Venezuela yang begitu rendah itu akan membuat Anda jika misalnya sekadar hendak membeli daging ayam atau telor, harus mengangkut uang Anda dengan gembolan (disarankan uang kertas saja, bukan uang logam). Itu karena Venezuela belum mencetak uang kertas dengan nilai miliar atau triliun seperti Zimbabwe masa itu.
Untuk menunjukkan sejauh hiperinflasi telah mencengkeram negara ini, fotografer Reuters Carlos Garcia Rawlins membuat berbagai foto, seperti makanan sehari-hari dan barang-barang rumah tangga yang disandingkan dengan jumlah uang yang dibutuhkan untuk membelinya.
Di gambar atas, Anda sudah tahu berapa harga daging sapi. Kita lanjutkan dengan daging ayam.
Daging ayam seberat 2,4kg di ibukota, Caracas, harganya setara US$2,22, atau Rp 32.000. Namun dalam mata uang Bolivar Venezuela, harganya 14.600.000 (empat belas juta enam ratus ribu!) Bolivar. Hak atas fotoREUTERSImage captionUang yang dibutuhkan untuk membeli daging ayam seberat 2.4kg adalah Rp32 ribu, tapi dalam mata uang Venezuela adalah 14,6 juta Bolivar, yang tidak akan bisa masuk dompet.
Kamis lalu, harga satu gulung tisu toilet adalah sebesar 2.600.000 (2,6 juta) Bolivar. Dan seperti terlihat pada foto: uang kertas yang dibutuhkan untuk mendapatkan satu gulung kertas tisu WC itu bahkan ukurannya lebih besar -padahal uang kertas itu menggunakan bahan yang jauh lebih bagus mutunya, lebih kuat, dan masih perlu dicetak dan memerlukan tinda, mesin air, listrik, dsb.
Mungkin ada yang berpikir, ketimbang menggunakan kertas toilet itu, ya uangnya saja... Hak atas fotoREUTERSImage captionHarga satu gulung tisu toilet adalah sebesar 2,6 juta Bolivar -kertas tisu itu dan uang kertas yang diperlukan untuk membelinya, ketika disandingkan mungkin akan membuat Anda berubah pikiran sebelum pergi ke warung.
Anda perlu 3 juta Bolivar untuk membeli 10 buah wortel ini -yang padahal dalam mata uang rupiah, kurang dari Rp7.500. Hak atas fotoREUTERSImage captionDiperlukan uang sekitar 3 juta Bolivar untuk membeli wortel-wortel ini.
Orang-orang Venezuela telah menimbun persediaan sembako di rumah-rumah mereka, sebelum pemberlakuan mata uang baru, karena cemas bahwa sistem perbankan yang sarat beban dan membingungkan bisa membuat perdagangan mustahil terjadi dan barang-barang bisa langka.
Nah, bagaimana dengan 1kg beras? Anda bisa memperolehnya dengan harga 2,5 juta Bolivar (sekitar Rp6.000). Hak atas fotoREUTERSImage captionBeras 1kg dijual dengan harga 2.500.000 Bolivar.
Pada bulan Juli tahun ini inflasi mencapai 82.700%.
Alicia Ramirez, 38 tahun, seorang karyawati kantoran, berbicara kepada Reuters di sebuah supermarket di kota Maracaibo, di bagian barat negeri itu: "Saya datang untuk membeli sayuran, tetapi saya pulang saja karena tidak mau mengantre sepanjang itu."
"Orang-orang menjadi sinting," tandasnya.
Untuk membeli sebungkus pembalut keperluan perempuan, Anda membutuhkan uang 3,5 juta Bolivar (yang kalau dirupiahkan, setelah dikonversi ke dolar Amerika terlebih dahulu, sekitar Rp8.000). Hak atas fotoREUTERSImage captionUntuk membeli sebungkus pembalut wanita saja Anda membutuhkan uang 3,5 juta Bolivar.
Harga sekilo tomat? Bisa mencapai 5 juta Bolivar (atau sekitar Rp11.000). Hak atas fotoREUTERSImage captionHarga sekilo tomat? Bisa mencapai 5 juta Bolivar, yang lebih berat dari satu kilogram.
Hari Senin diumumkan sebagai hari libur nasional dan internet banking pun berhenti beroperasi selama beberapa jam. Lalu serangkaian uang kertas baru diterbitkan.
Sebelum itu, Bolivar lama masih laku, namun dengan nilai begitu payah, sehingga, contoh lagi, untuk satu kilogram keju yang dengan Dolar Amerika bisa dibeli dengan 2,5 dolar, atau sekitar Rp20.000, Anda perlu membawa uang Venezuela sebanyak 7,5 juta Bolivar. Hak atas fotoREUTERSImage captionHarga satu kilogram keju ada 7.500.000 Bolivar -keju itu bisa hancur kalau trtimpa uang yang diperlukan untuk membelinya.
Untuk kebutuhan si kecil, popok bayi, harganya 8 juta Bolivar. Hak atas fotoREUTERSImage captionPopok dapat dibeli seharga 8.000.000 Bolivar jumlah uangnya kalau ditumpuk begitu empat kali lebih besar dari barangnya.
Foto-foto karya fotografer Reuters, Carlos Garcia Rawlins
Venezule didera krisis ekonomi parah, antara lain ditandai dengan inflasi yang meroket. Dengan mata uang setempat, tisu dijual 2,6 juta sementara daging ayam 14,6 juta.
Di tengah krisis, banyak warga memilih meninggalkan negara tersebut.
Apa akar dari krisis ekonomi Venezuela?
Venezuela kaya minyak. Negara itu terbukti memiliki cadangan minyak terbesar di dunia. Tetapi kekayaan ini yang menjadi akar kebanyakan masalah ekonominya.
Keuntungan minyak Venezuela merupakan 95% dari pemasukan ekspor. Ini berarti ketika harga minyak tinggi, banyak uang yang mengalir ke pemasukan pemerintah Venezuala.
Ketika President Hugo Chavez dari kelompok sosialis berkuasa, dari bulan Februari 1999 sampai meninggal dunia di bulan Maret 2013, dia menggunakan sebagian dana tersebut untuk membiayai sejumlah program sosial guna mengurangi ketidaksetaraan dan kemiskinan dengan murah hati.
Dua juta rumah didirikan lewat program pemerintah Mision Vivienda (Misi Perumahan), menurut angka resmi.
Tetapi ketika harga minyak anjlok pada tahun 2014, pemerintah tiba-tiba dihadapkan lubang besar pembiayaan dan harus memotong sejumlah program yang populer.
Apakah ketergantungan terlalu tinggi pada minyak, satu-satunya masalah?
Tidak, banyak kebijakan lain yang diperkenalkan Hugo Chavez juga menjadi negatif. Hak atas fotoAFPImage captionHugo Chavez meninggal karena kanker pada tahun 2013.
Untuk membuat kebutuhan pokok terjangkau masyarakat miskin, pemerintah menetapkan harga barang dan jasa, mematok dana yang rakyat keluarkan untuk mendapatkan barang-barang seperti tepung, minyak goreng dan keperluan mandi.
Tetapi ini berarti banyak perusahaan tidak lagi meraup keuntungan saat memproduksi barang-barang ini, sehingga mereka bangkrut.
Hal ini, ditambah kelangkaan mata uang asing untuk mengimpor bahan kebutuhan pokok, menyebabkan kelangkaan.
Pemerintahan Chavez pada tahun 2003 memutuskan untuk mengendalikan pasar mata uang asing.
Sejak saat itu, warga Venezuala yang bermaksud menukar mata uang lokal, bolivar, dengan dolar harus mendaftar ke badan mata uang yang dijalankan pemerintah.
Hanya pihak-pihak yang dipandang memiliki alasan kuat untuk membeli dolar, misalnya untuk mengimpor barang, diizinkan untuk menukar bolivar mereka berdasarkan nilai tukar tetap yang ditentukan pemerintah.
Karena banyak warga Venezuela yang tidak dapat membeli dolar dengan bebas, pasar gelap berkembang dan inflasi meningkat.
Mengapa inflasi tidak terkendali?
Tingkat inflasi tahunan Venezuela saat ini adalah yang tertinggi di dunia dan sepertinya hal ini tidak akan berubah dalam waktu dekat. Hak atas fotoREUTERSImage captionPerusahaan minyak negara PDVSA pernah menjadi sumber uang.
Bank Sentral Venezuela tidak menerbitkan data statistik sejak tahun 2015, tetapi ahli ekonomi dari Johns Hopkins University, Steve Hanke memperkirakan angkanya melonjak sampai hampir 18.000% pada bulan April.
Inflasi tinggi didorong oleh kesediaan pemerintah mencetak uang tambahan dan kesiapannya untuk secara teratur meningkatkan upah minimum guna mendapatkan kembali dukungan warga miskin Venezuela.
Pemerintah juga semakin kesulitan mendapatkan pinjaman setelah kegagalan sejumlah obligasi.
Karena pemberi pinjaman semakin tidak menginginkan mengambil risiko menanam uang di Venezuela, pemerintah kembali mencetak uang, sehingga semakin menurunkan nilainya dan melonjakkan inflasi.
Apa ada titik terang di masa depan?
Harga minyak telah meningkat dan seharusnya menyuntikkan dana yang sangat diperlukan pemerintah.
Tetapi kurangnya penanaman modal prasarana umum berarti produksi pemerintah minyak negara PDVSA menurun, sehingga semakin sulit untuk bangkit.
Ditambah lagi ratusan ribu warga Venezuela meninggalkan negaranya, menimbulkan kelangkaan penduduk berkualitas dan masa depan menjadi tidaklah terlalu menggembirakan. Hak atas fotoAFPImage captionPresident Maduro memiliki pendukung setia.
Menyebarnya tuduhan korupsi dan sikap tidak bersahabat pemerintah terhadap bisnis swasta juga mengasingkan calon penanam modal asing.
Sejumlah negara telah mengatakan mereka tidak akan mengakui pemerintahan baru, di antaranya Brasil, Kanada, Chile dan Panama.
Tetapi yang dapat benar-benar menghentikan langkah pemerintah Venezuela kemungkinan besar adalah sanksi Amerika Serikat terhadap industri minyak Venezuela.
AS menyatakan pemilu Venezuela sebagai sebuah "penipuan", sehingga kemungkinan hal ini akan segera terjadi.(BBC/bh/sya)
PT. Zafa Mediatama Indonesia Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359 info@beritahukum.com