Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Nusantara    
Penistaan Agama Islam
Bantahan Telak Terkait Statement Nusron Wahid di ILC
2016-10-13 04:33:06
 

Nusron Wahid di ILC.(Foto: Istimewa)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Statement Nusron Wahid di ILC TV One pada, Selasa (11/10) malam lalu yang mengaku bahwa dia seorang yang pernah belajar sastra dan tafsir di salah satu perguruan tinggi Islam, namun pada kenyataannya teori yang dikemukakannya berdasarkan analisa teks bertolak belakang dengan teori sesungguhnya ungkap Dr. Miftah el-Banjari, berikut bantahannya : .

Dia katakan bahwa sebuah teks hanya diketahui oleh pemilik teks dan hanya pembuatnya yang berhak menafsirkannya. Jika demikian teks al-Qur'an hanya benar-benar diketahui oleh Allah semata dan hanya Allah yang mutlak menafsirkan, lantas apa gunanya al-Qur'an diturunkan jika tidak bisa dipahami?!!

Hal ini paradoks dengan kaidah yang biasa dipegang oleh para pentakwil liberal. Di dalam ilmu Nash [textologi] para pentakwil liberal biasanya mengandalkan kaidah "Teks Anda bukanlah milik Anda secara mutlak" artinya sebuah teks entah itu ayat suci atau teks puisi dan lain sebagainya bukanlah milik si penulisnya sepenuhnya yang memungkinkan setiap pembaca untuk menafsirkannya. Teori diatas adalah senjata para kaum liberal untuk menafsirkan al-Qur'an sekehendak mereka. Seharusnya Nusron tetap berpegang pada kaidah ini sebagai orang yang memiliki haluan liberal dalam pemikiran.

Lucunya, dia malah membantah dan menggunakan pembenaran lainnya demi membela kepentingan syahwat politiknya. Dari sini statement tadi malam, publik semakin melihat tampak "kebodohanya" ketika berbicara dalam konteks sastra maupun ilmu tafsir. Apalagi syahwat politiknya yang memuncak dan cenderung menghalalkan segala cara.

Begitu pula saat Nusron berbicara bahwa tidak ada para penafsir yang menafsirkan bahwa kata "Aulia" di dalam surah al-Maidah 51 itu bermakna "Pemimpin", pernyataan ini paradoks dengan faktanya. Dalam Mu'jam al-Wasith kata Aulia merupakan plural/jamak dari kata Wali. Salah satu makna wali adalah wali al-amr yang berarti pemimpin.

Ketika menafsirkan surah al-Maidah 51, para mufasir sepakat bahwa kata Aulia di sana bermakna pemimpin. Di dalam Tafsir Jalalain, Imam Suyuthi menjelaskan kata aulia di sana adalah pemimpin dalam segala aspek. Imam Baghawi dalam tafsir Baghawi pun menafsirkan hal yang sama. Demikian pula tafsir kontemporer semisal Imam as-Sa'adi juga menafsirkan bahwa kata Aulia di sana adalah mengangkat pemimpin dalam pengertian yang umum dan luas. Lebih lengkap baca juga artikel berikut:

Hampir semua tafsir, baik klasik maupun kontemporer sepakat bahwa kata "Aulia" bermakna pemimpin. Lucunya Nusron tadi malam mengatakan tidak ada para penafsir yang mengatakan demikian. Pertanyaannya dimanakah Nusron Wahid saat gurunya menjelaskan ayat ini, jadi sampai tidak membaca keterangan para mufasir atau jangan-jangan dia telah melakukan pembohongan publik dengan mengatakan pernah belajar, tapi justru bertentangan dengan teori yang ada. Seharusnya Nusron yang tidak memilki kapasitas berbicara ilmu sastra Arab dan ilmu tafsir tidak usah berbicara tentang teori, karena jika teorinya keliru maka publik akan semakin melihat kekonyolannya.

Tak jauh berbeda, ketika Nusron berargumen bahwa di Pemerintah Daulah Islamiyyah Utsmaniyyah di Turki pernah ada seorang Gubernur Kristen yang diangkat oleh Khalifah. Argumen ini seakan menjadi pembenaran mutlak bahwa Islam tidak melarang mengangkat seorang pemimpin muslim di tengah mayoritas muslim. Spekulasi informasi itu belum lagi dikaji secara runtut kronlogis yang melatar belakanginya. Gubernur non-Muslim yang ditunjuk oleh kekhalifahan Daulah Ustmaniyyah memang untuk memimpin wilayah non-muslim sendiri. Jadi di sini Nusron tidak cermat saat berbicara fakta sejarah.

Jika dia mau membaca lebih teliti lagi, memang diantara para pendapat Imam Mazhab seperti Imam Syafi'e, Imam Hanbali dan Hanafi pada dasarnya memperbolehkan mengangkat pemimpin non-muslim dengan syarat. Pertama: Selama di satu wilayah muslim tidak ada yang mampu mengemban tugas sebagai seorang teknorat atau birokrat yang mengerti sistem pemerintahan. Kedua: Selama orang non-muslim yang dimaksudkan adalah kafir dzimmi yang tidak memusuhi Islam.

Nah kedua persyarat ini tidak terdapat dalam diri Ahok. Saat ini masih banyak pemimpin muslim yang bisa setara, bahkan menandingi Ahok. Sebut saja, Ridwan Kamil walikota Bandung atau Ibu Risma walikota Surabaya. Sedangkan Ahok dengan statementnya beberapa hari yang dinilai telah melecehkan al-Qur'an dan umat Islam jelas menunjukkan sikap permusuhannya terhadap Islam. Jadi sekali lagi, jelaslah bahwa statement Nusron sangat mudah terbantahkan dan menunjukkan dia bukanlah orang yang tepat berbicara tentang kepemimpinan Islam. Demikian sebagaimana yang dilansir jurnalmuslim.com dari sumber miftahelbanjary.

Sementara, situs tarbiyah.net terkait ucapan Nusron Wahid.di ILC juga melansir tulisan dengan judul: 8 Menit Bicara di ILC Ini 8 Kesalahan Nusron Wahid.

Meskipun dengan gaya Arogan mengklaim "saya sampaikan ini dengan kebenaran", ternyata sejak awal bicara di ILC, banyak kesalahan dalam ucapan Nusron Wahid.

8 menit bicara, ternyata ada 8 kesalahan Nusron Wahid. Rata-rata ada satu kesalahan pada setiap menit.

1. Umat Islam Biasa Salah Paham atau Pahamnya Salah

Di awal paparannya, Nusron Wahid mengatakan: "Umat Islam ini memang biasa ramai. Ramainya umat Islam selalu disebabkan oleh dua hal; kalau nggak salah paham ya pahamnya salah"

Benarkah umat Islam biasa ramai dalam konotasi negatif? Dan ramainya karena salah paham atau pahamnya salah? Seakan-akan umat Islam jarang benar.

Mari kembali membaca sejarah. Sejak zaman Rasulullah, umat Islam membalikkan kondisi zaman dari zaman jahiliyah menuju peradaban yang gemilang. Ketika Eropa masih mengalami masa kegelapan (dark age), umat Islam telah mencapai kemajuan dan kejayaan; mulai dari perekonomian hingga sains.

Di Indonesia, Islam masuk dan menyebar dengan cepat melalui dakwah damai Wali Songo. Bukan dibawa oleh penjajah dan tanpa kekerasan. Lalu ketika ada penjajahan, dengan diiringi takbir, umat Islam-lah yang mengusir penjajah.

Hingga saat ini, kaum minoritas juga terlindungi oleh umat Islam di Indonesia. Berbeda jauh dengan negeri-negeri yang ketika umat Islam minoritas, lalu terzalimi seperti di Rohingya.

2. Teks apa pun bebas tafsir

Selanjutnya Nusron Wahid mengatakan: "Saya ingin menegaskan di sini, yang namanya teks apapun itu bebas tafsir. Bebas makna. Yang namanya Al Quran yang paling sah untuk menafsirkan, yang paling tahu tentang Al Quran itu sendiri adalah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya. Bukan Majelis Ulama Indonesia."

Teks apa pun bebas tafsir? Lalu yang dimaksud adalah, Al Quran bebas tafsir sehingga siapa pun bebas menafsirkannya karena yang paling tahu tentang Al Quran adalah Allah dan RasulNya?

Justru karena yang paling tahu tentang Al Quran adalah Allah dan RasulNya, maka Al Quran tidak bebas tafsir dan tidak bebas makna. Tetapi tafsirnya harus sesuai dengan firman Allah (Al Quran) dan sabda Rasulullah (hadits). Dan yang paling tahu tentang Al Quran dan hadits adalah para ulama. Bukan sembarang orang. Dan karenanya ada syarat yang berat bagi seseorang (ulama) yang ingin menjadi mufassir Al Quran.

Tidak lantas dengan alasan bebas tafsir siapapun boleh menafsirkan lalu tidak ada benar dan salah. Sampai-sampai Ibnu Katsir mencantumkan hadits ini di muqaddimah tafsirnya:

Dalam hadits disebutkan,

"Barangsiapa berkata tentang Al Qur'an dengan logikanya (semata), maka silakan ia mengambil tempat duduknya di neraka" (HR. Tirmidzi)

3. MUI harus tabayun dengan memanggil Ahok

Nusron Wahid dengan melotot menyebut MUI harusnya tabayun dengan memanggil Ahok sebelum mengeluarkan sikap resmi. (Baca: MUI Keluarkan Sikap Resmi Soal Ucapan Ahok Terkait Al Maidah 51)

Benarkah setiap non muslim yang melecehkan Islam harus ditanya apa maksud sesungguhnya ketika dia mengucapkan kata-kata itu? Ternyata tidak. Ketika Abu Lahab melontarkan kata-kata yang tidak pantas kepada Rasulullah, Allah tidak memerintahkan Rasulullah memanggilnya untuk tabayun. Namun Allah langsung menurunkan surat Al Lahab.

Ketika orang-orang Yahudi di Madinah berkhianat, mereka juga tidak dipanggil oleh Rasulullah untuk ditanya apakah maksud mereka berkhianat. Karena tentu mereka akan mengelak.

4. Yalunahum yalunahum yalunahum yalunahum

Nusron Wahid mengatakan: "Untuk membuktikan apa yang saya sampaikan, saya ingin mengutip sebuah hadits Nabi. Nabi pernah mengatakan, khairul quruuni qarni tsummal ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum yalunahum yalunahum yalunahum."

Nusron Wahid mengatakan itu dengan maksud menunjukkan bahwa di zaman khalifah Abbasiyah ada gubernur non muslim dan ia mengklaim zaman itu zaman terbaik.

Adakah hadits seperti yang disebutkan Nusron Wahid itu? Yang adalah "khairul quruuni qarni tsummal ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum" menunjukkan bahwa sebaik-baik masa adalah masa Rasulullah (sahabat), kemudian masa tabi'in dan kemudian masa tabi'ut tabi'in.

5. Gubernur non muslim pada masa Abbasiyah

Nusron Wahid menceritakan bahwa pada masa Abbasiyah, Khalifah ke-16 Al Mu'tadid Billah menunjuk non muslim (Kristen) bernama Umar bin Yusuf menjadi Gubernur di Irak. Dengan contoh ini, Nusron ingin menunjukkan bahwa boleh memilih gubernur non muslim.

"Apakah di waktu itu tidak ada Surat Al Maidah 51 Apakah pada masa itu tidak ada ulama-ulama yang menafsirkan Al Maidah? Mohon maaf, apakah ulama-ulama yang pada masa itu, kalah shalih kalah alim dengan ulama-ulama hari ini?" kata Nusron sambil melotot.

Mestinya, jika Nusron Wahid konsisten dengan hadits yang ia kutip (khairul quruuni qarni tsummal ladziina yaluunahum tsummal ladziina yaluunahum), cukuplah itu menjadi jawaban. Bukankah Umar bin Khattab pernah menyuruh Abu Musa Al Asy'ari memecat sekretarisnya karena ia Nasrani lalu Umar membaca Surat Al Maidah ayat 51? Lalu kisah pemecatan ini diabadikan Ibnu Katsir dalam tafsirnya.

Mana yang lebih baik, masa Umar yang merupakan masa sahabat atau masa daulah Abbasiyah? Jika Nusron Wahid konsisten, jawaban atas pertanyaan ini akan membuatnya malu untuk berteriak-teriak di depan ulama.

6. Syariat Islam dihormati dalam ranah privat

Apakah pernyataan bahwa syariat Islam harus dihormati dalam ranah privat bukan merupakan bagian dari propaganda sekulerisme? Bukankah dalam ranah publik pun syariat Islam juga harus dihormati?

Kalaupun benar syariat Islam harus dihormati (hanya) dalam ranah privat, mengapa Nusron Wahid mempersoalkan orang yang tidak memilih Ahok dengan alasan Surat Al Maidah ayat 51? Bukankah itu privasi orang tersebut?

7. Ayat Al Maidah tidak ada kaitannya dengan politik

Nusron Wahid mengatakan, "Ayat Al Maidah (51) tidak ada kaitannya dengan politik"
Apakah kaitannya dengan ekonomi? He he

8. Al Maidah 51 multi tafsir

Nusron Wahid mengatakan, "Al Maidah 51 multi tafsir"

Cobalah buka tafsir-tafsir yang menjadi rujukan umat Islam? Mulai dari Ibnu Katsir, Ath Thabari, Al Maraghi, hingga Fi Zhilalil Quran dan Tafsir Al Azhar. Di manakah letak multi tafsirnya?(IbnuK/Tarbiyah.net/jurnalmuslim.com/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Penistaan Agama Islam
 
  DICARI!!, Setelah M Kece, Pria Ini Jadi Buronan Netizen Gegara Hina Nabi Muhammad
  HNW Apresiasi Kinerja Polri Tangkap Terduga Penista Agama
  Sukmawati, Potret Sosial-Politik dan Hukum Kita
  Bareskrim Polri Tetapkan Ustadz Bachtiar Nasir sebagai Tersangka Dugaan TPPU
  Jubir PA 212 Kembali Mendatangi PMJ untuk Menanyakan LP Ketua BTP Mania, Immanuel Ebenizer
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2