JAKARTA-Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) belum berencana untuk mengirimkan tim untuk meninjau langsung kondisi terkait dengan konflik berdarah menjelang pemilihan umum kepala daerah (pemilukada) yang terjadi di Kabupaten Puncak Jaya, Papua. Bawaslu masih harus memantau laporan yang disampaikan Panitia Pengawas Pemilu (Panwaslu) setempat.
"Kami tunggu dulu laporan mereka seperti apa, kalau semua kejadian kita turun apa gunanya kita membentuk panwas di sana," kata Ketua Bawaslu Bambang Eko Cahyo Widodo kepada wartawan di Jakarta, Senin (1/8) kemarin.
Bambang mengakui, pihaknya telah menerima laporan mengenai konflik antardua kelompok warga di Kabupaten Puncak Jaya itu, dpicu oleh dukungan ganda atas calon kepala daerah dalam pemilu kada di daerah tersebut. “Kami masih harus melihat situasi untuk mengirim tim dari pusat melihat langsung pelanggaran pemilukada di sana, karena bentrokan terjadi diduga diwarnai konflik antarsuku,” jelasnya.
Sedangkan mengacu pada Ketua KPUD yang diduga merupakan anggota partai politik, Bambang membenarkan hal tersebut. Ada laporan ke pihaknya, kata Bambang, yang menyatakan status ketua KPUD itu. "Tapi itu sudah kiami rekomendasikan kepada KPU provinsi untuk segera diganti. Saat ini belum (dilaksanakan rekomendasinya). Itu urusan KPU Provinsi. Kami sudah lama melaporkan itu pada mereka, agar ditindaklanjuti," jelas Bambang.
Dalam kesempatan terpisah, Wakil Ketua DPR Priyo Budi Santoso meminta semua pihak terkait harus bisa menahan diri, agar tidak berjatuhan lagi korban jiwa. Semua pihak diminta berpikir jernih dan semua calon bupati, wali kota dan gubernur tidak membenturkan rakyat hany untuk meraih kekuasaan sebagai kepala daerah.
“Tega-teganya calon pemimpin harus mengorbankan nyawa masyarakat lugu di Papua yang ujung-ujungnya untuk kepentingan kekuasaan. Rakyat jangan sampai dikorbankan demi kepentingan politik sesaat," tandasnya Ketua DPP Partai Golkar ini.
Sebelumnya diberitakan, terjadi bentrokan antara dua kelompok di Kampung Kimak, Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak, Papua. Dalam peristiwa itu, 17 orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka terkena panah dan lemparan batu. Konflik itu sendiri bermula Partai Gerindra yang semula mengusung Simon Alom sebagai calon bupati, mengalihkannya kepada Elvis Tambuni. Lalu, keputusan ini memicu protes yang berakhir dengan bentrokan.(rob/dbs
|