ADONARA, Berita HUKUM - Bentrokan antara warga 2 (dua) suku di Adonara Kabupaten Flores Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali pecah. Bentrokan kali ini terjadi di Desa Sandosi, Kecamatan Witihama, Flores Timur (Flotim), pada, Kamis (5/3) sekitar pukul 10.30 WITA antara Suku Kaelaga dan Suku Lamatokan hingga membuat 6 orang dari kedua suku tewas mengenaskan di lokasi kejadian.
Informasi yang diperoleh Pewarta BeritaHUKUM dari warga Adonara melulu telepon selulernya pada, Kamis (5/3) sore mengatakan bahwa, bentrokan di Desa Sandosi Kecamatan Witihama antara suku Kwaelaga dan suku Lamatokan.
Bentrokan berawal dari perebutan lahan, dikatakan sumber bahwa berawal pekan lalu Suku Kwaelaga membuka lahan perkebunan, saat itu beberapa warga dari suku Lamatokan juga datang di lahan yang sama. Ketika itu warga dari suku Lamatokan mengatakan bahwa, "kalau minggu depan kalian datang menanam (tubak) maka kami juga datang tubak (menanam)," jelas sumber yang minta namanya tidak ditulis.
Kejadian hari ini tadi ketika warga suku Kwaelaga datang untuk menanam di lokasi tersebut, datanglah warga dari suku Lamatokan sehingga bentrokan terjadi yang mengakibatkan 6 orang jatuh korban meninggal dunia. "4 korban dari Suku Kwaelaga dan 2 korban dari Suku Lamatokan," terang Sumber.
Kopolsek Adanara Timur Kompol Ferdy, ketika di konfirmasi pewarta melalui telepon selulernya pada Kamis (5/3) sore membenarkan akan kejadian tersebut menyangkut perebutan lahan, sehingga jatuh korban dari kedua belah pihak, jelas Ferdy.
“Benar kejadian bentrokan antara Suku Kwaelaga dan Suku Lamatokan di Desa Sondat, Kecamatan Witihama yang sementara laporan dari anggotanya dilapangan sementara 4 korban. Jumlah korban yang pasti belum ada laporan jadi sementara kami berikan laporan ke Kapolres juga demian,” ujar Kapolsek Adonara Timur Kompol Ferdy.
Sementara, DanRamil TNI Adonara Ignasius yang dikonfirmasi pewarta pada Kamis (5/3) malam, mengatakan dirinya beserta jajaran TNI dan Polri masih berada di lokasi kejadian dan akan memberikan keterangan setelah datanya rampung, terang Danramil Ignasius.
“Saya bersama jajaran masih berada di TKP, jadi nanti baru akan disampaikan keterangan,” ujar Ignas singkat.
Kapolres Flores Timur, AKBP Deny Abrahams kepada wartawan (5/3) malam mengatakan bahwa, bentrokan terjadi akibat sengketa tanah antara dua suku di Desa Sandosi di Kecamatan Witihama Pulau Adonara yang mengakibatkan enam warga yang tewas. Dari ke 6 korban tersebut yakni 2 korban yaitu, Wilem Kewasa Ola (80) dan Yosep Helu Wua (80), berasal dari suku Lamatokan. Dan 4 korban dari Suku Kwaelaga yaitu, Moses Kopong Keda (80), Jak Masan Sanga (70), Yosep Ola Tokan (56) dan Seran Raden (56), terang Kapolres Deny.
“Bentrokan dua suku tersebut yang mengakibatkan 6 orang meninggal dunia dari dua suku, 2 korban dari Suku Lamatokan dan 4 korban dari Suku Kwaelaga. Saat ini kondisi sudah aman dan dan ke enam mayat sudah di evakuasi di desa setempat,” ujar Kapolres Flotim AKBP Deny Abrahams.
Kapores Deny juga menambahkan bahwa untuk mengantisipasi bentrokan susulan maka pihaknya sudah menerjunkan pasukan dari Bri-mob Polres Flores Timur (Flotim) sebanyak dua SST dan di tambah bantuan dari Polres Sikka dan Polres Lembata sudah diterjunkan ke Lokasi kejadian, tegas Deny.(bh/gaj) |