AMERIKA SERIKAT, Berita HUKUM - Dari Washington DC, President of the Indonesian Students Association in the North America, Gugun Gumilar mengungkapkan bahwa pihak Kolombia merasa khawatir soal laporan-laporan yang mengatakan bahwa negara itu menjadi target pengintaian elektronik rahasia yang dijalankan oleh Amerika Serikat dan akan meminta penjelasan dari sekutu dekatnya itu.
Kementerian luar negeri, dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Selasa malam, mengatakan Kolombia menolak semua itu. "Tindakan pengintaian karena hal itu melanggar hak-hak kerahasiaan pribadi orang serta perjanjian-perjanjian internasional soal telekomunikasi," kata Gugun, mengutip laporan AFP, Kamis (11/7) waktu Indonesia
"Kolombia akan meminta pemerintah Amerika Serikat untuk memberikan penjelasan yang sesuai," katanya.
Pernyataan itu dikeluarkan menyusul munculnya sebuah laporan oleh surat kabar Brazil O Globo.
Laporan O Globo itu mengatakan Kolombia merupakan salah satu dari target utama operasi pengintaian elektronik yang dilakukan AS di Amerika Latin.
Laporan itu didasarkan atas materi yang dibocorkan Edward Snowden, bekas pegawai kontrak Badan Keamanan Nasional Amerika Serikat (NSA).
Snowden mengungkapkan bahwa NSA sedang melancarkan operasi penyadapan data telepon dan Internet secara besar-besaran.
Melalui program pengintaian Internet yang disebut sebagai PRISM, NSA "mengambil data-data terkait penjualan minyak dan militer di Venezuela, energi dan obat-obatan terlarang di Meksiko, serta memetakan pergerakan-pergerakan Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia (berhaluan kiri)," kata O Globo.
NSA bisa mengeluarkan perintah kepada perusahaan-perusahaan Internet seperti Google dan Facebook untuk mendapatkan akses ke surat-surat elektronik, percakapan dalam jaringan, gambar-gambar, berkas dan video yang diunggah oleh para pengguna luar negeri.
"Dokumen-dokumen itu menunjukkan adanya kegiatan "pengumpulan data secara terus-menerus di Kolombia antara tahun 2008 dan kuartal pertama tahun ini," kata O Globo.
Data yang dimaksud adalah termasuk sambungan telepon, surat elektronik serta penyadapan satelit, kata koran tersebut, jelas Gugun Gumilar yang belum lama ini meraih Beasiswa Unggulan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud RI) 2013.
Ditambahkannya bahwa, Washington telah membantu Bogota memerangi perdagangan obat-obatan terlarang dan kelompok-kelompok bersenjata ilegal melalui Plan Colombia, yaitu program kerjasama militer.
Di bawah program itu, Kolombia telah menerima lebih dari delapan miliar dolar (Rp79,6 triliun) sejak tahun 2000.(bhc/mdb) |