ACEH, Berita HUKUM - Dituding telah melakukan pencemaran lingkungan, Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) Meunasah Ranto, Lhoksukon, Aceh Utara, dilaporkan warga ke pihak yang berwajib.
Informasi yang diterima pewarta BeritaHUKUM.com, dalam sepekan terakhir jalan masuk menuju SPBU rusak parah hingga menyebabkan genangan air dan mengganggu lingkungan masyarakat setempat.
Tak hanya itu, genangan air yang diduga limbah dari SPBU juga kerap terjadi kecelakaan bagi pengendara sepeda motor ketika melintasi jalan itu, bahkan beberapa warung kopi disamping SPBU pun menjadi tergenang oleh air yang ditimbulkan dari SPBU.
"Pemilik SPBU tak peduli dengan lingkungan, akibatnya usaha warkop saya menjadi terganggu," ujar M. Jafar (40Th), salah seorang pemilik Warkop, kepada pewarta BeritaHUKUM.com, Rabu (14/8).
Dia mengatakan, jalan masuk SPBU hancur terhitung sejak 5 bulan, namun kondisi ini dibiarkan begitu saja oleh pengelola SPBU, ditambah lagi di musim penghujan pada sepekan terakhir ini genangan air makin meluas.
"Sudah saya beritahu ke SPBU, ke KLH juga sudah, namun saya rasa KLH bermain," ucapnya. Karena tidak mendapat tanggapan dari SPBU, Jafar mengaku telah melaporkan persoalan itu ke pihak yang berwajib.
Sementara itu, Jamaluddin, selaku Pengawas SPBU mengatakan bahwa sebelumnya pihaknya pernah berencana membuat got (parit) tembus ke sungai sepanjang sekitar 75 meter. Namun tiba-tiba pemilik tanah tidak memberikan lagi.
"Entah apa alasanya, sehingga pembangunan got pun urung dikerjakan, dan padahal saya yang tanggung biayanya," ujarnya.
Menurut dia, bukan masyarakat yang komplain, namun yang membesar-besarkan masalah adalah Jafar saja. "Si Jafar lebih baik membuat got di depan warungnya sendiri, supaya air tidak mengalir ke warkopnya," ucapnya.
Agar masalah ini selesai, imbuhnya, solusi lain untuk menghadapi keluhan warga, yaitu Pemerintah harus membuat got di seapanjang jalan Nasional Banda Aceh-Medan.
Menanggapi hal ini, pewarta BeritaHUKUM.com, belum berhasil mengkonfirmasi Kepala Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Aceh Utara, saat dihubungi pun telepon selulernya tidak aktif.
Amatan pewarta, di lokasi genangan air tersebut hanya diterangi dengan lampu yang redup, dan oleh warga sudah ditanami pohon pisang. Dengan kondisi seperti itu, tidak menutup kemungkinan dapat menyebabkan bahaya kecelakan setiap pengendara yang melintasinya.(bhc/sul)
|