VIETNAM, Berita HUKUM - Pemerintah Cina telah mengevakuasi lebih dari 3.000 warga negaranya dari Vietnam menyusul gelombang kerusuhan anti-Cina, demikian laporan media negara itu. Kantor berita Xinhua mengatakan, Beijing telah menyewa pesawat komersial dan kapal laut untuk membantu membawa lebih banyak warganya.
Setidaknya dua warga Cina tewas dan 100 lainnya terluka, selama serangkaian serangan terhadap pabrik-pabrik asing pekan lalu.
Aksi kekerasan ini diawali unjuk rasa warga Vietnam memprotes pembangunan anjungan pengeboran minyak oleh Cina di wilayah perairan yang diperebutkan.
Pada Sabtu (17/5), pemerintah Vietnam melalui Perdana Menteri Tan Dung telah menyerukan agar protes itu diakhiri.
Para pejabat mengatakan "tindakan melawan hukum itu" harus dihentikan karena dapat merusak stabilitas nasional. Tetapi, kelompok pembangkang tetatp mengancam akan menggelar aksi demonstrasi di kota-kota besar pada Minggu (18/5).
Dalam beberapa hari terakhir, aksi anti-Cina itu telah berubah menjadi aksi pembakaran setidaknya 15 pabrik milik negara asing -termasuk Cina, Taiwan dan Korea Selatan- di beberapa kawasan industri Vietnam.
Sentimen anti-Cina
Para wartawan mengatakan, aksi anti-Cina tampaknya membuat otoritas Vietnam sangat khawatir, karena negara itu sangat bergantung investasi asing untuk pertumbuhan ekonominya.
Namun, Cina telah mendesak pemerintah Vietnam untuk mengambil tindakan lebih keras untuk menghukum para perusuh.
Protes dipicu oleh keputusan Cina untuk memindahkan anjungan pengeboran minyak di Haiyang Shiyou ke kawasan perairan yang dipersengketakan oleh kedua negara di Laut Cina Selatan.
Hal ini setidaknya telah menyebabkan konfrontasi langsung antara kapal-kapal Vietnam dan Cina awal bulan ini.
Cina menegaskan akan melanjutkan pengeboran minyak di wilayah perairan itu, walaupun Vietnam dan Taiwan mengklaim itu adalah wilayahnya. Sentimen anti-Cina saat ini sangat tinggi di masyarakat Vietnam terkait soal sengketa perbatasan laut tersebut, kata para wartawan.(BBC/bhc/sya) |