JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Munculnya nama ipar Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam audit forensik skandal Bank Century, membuat sibuk jajaran Partai Demokrat. Petinggi partai itu merasa tidak yakin dengan temuan itu, tapi akan meminta klarifikasi BPK untuk mendapat kejelasan atas hal itu.
"Siapa ipar SBY itu? Tidak ada namanya yang disebut-sebut. Saya akan tanya ke BPK untuk mengetahui siapa inisial (HEW) itu. Kami khawatir dengan rumor ini yang akan berkembang macam-macam," kata Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Marzuki Alie di gedung DPR, Jakarta, Jumat (23/12).
Marzuki tidak yakin dengan inisial HEW itu adalah ipar dari Presiden SBY, yakni Hartanto Edhie Wibowo yang tersangkut aliran dana Century. Alasannya, dalam laporan hasil audit forensik BPK itu, tidak secara jelas penyebutan nama. Semuanya dinyatakan hanya dengan inisial dan hal itu dapat berarti macam-macam, bukan sekedar Hartanto. “Nanti saya akan minta klarifikasi,” imbuh Ketua DPR ini.
Sementara itu, Wakil Sekjen Partai Demokrat Ramadhan Pohan mengaku, tidak mengetahui adanya aliran dana Rp 100 miliar kepada PT Media Nusa Pradana (MNP). Dirinya hanya mengurus hal-hal terkait redaksi koran tersebut. Sedangkan urusan keuangan menjadi urusan pemimpin perusahaan.
"Mengenai fakta ada atau tidak ada, saya tidak tahu. Iklan dan segala macam itu urusan pimpinan perusahaan. Dalam pemberitaan soal Century, saya juga kencang banget. Kalau benar ada apa-apa, pasti berita itu biasanya ada cawe-cawe, tapi kami tidak seperti itu,” tandasnya.
Sebelumnya, inisial HEW muncul dalam informasi dalam hasil audit forensik BPK atas pencairan talangan dana (bailout) sebesar Rp 6,7 triliun kepada Bank Century. Inisial HEW serta SKS—yang diduga istri HEW—disebutkan dalam transaksi penukaran valas dan penyetoran hasil penukaran valas yang menjadi nasabah Bank Century sejak Januari 2007.
Dalam dokumen itu dikatakan ada penyetoran tunai melalui aplikasi pengiriman uang atas nama SKS yang dilakukan di Bank Century cabang Pondok Indah ke rekening Hartanto di BCA Cabang Times Square di Cibubur pada 25 Januari 2007 sebesar Rp 452 juta. Penyetoran yang sama juga dilakukan pada 30 Juli 2007 sebesar Rp 368 juta, serta BII cabang Mangga Dua pada 22 November 2007 sebesar Rp 469 juta.
Sedangkan terkait dengan PT MNP yang merupakan perusahaan penerbit harian Jurnal Nasional (Jurnas), juga disebutkan menerima aliran dana Bank Century. Hal ini juga termuat dalam laporan audit investigasi BPK terhadap skandal Century. Ramadhan Pohak sendiri pernah menjabat pemimpin redaksi Jurnas periode 2006-2009.(mic/rob)
|