Republik Kongo (BeritaHUKUM.com) Sedikitnya 206 warga sipil tewas dan ribuan lainnya terpaksa melarikan diri setelah ibu kota Republik Kongo, Brazzavile, diguncang ledakan dahsat. Kejadian yang sangat mematikan itu dipicu meledaknya bangunan penyimpan amunisi. Kejadian Minggu (4/3) pagi waktu setempat tersebut membuat Kongo berduka.
Dilaporkan setelah kejadian, Menteri Pertahanan Charles Zacharie Boawo muncul di televisi nasional. Kemunculannya guna meminta agar warga Negara diminta tetap tenang.
Sesaat setelah kejadian berlangsung, timbul kekacauan diakibatkan paniknya ribuan warga yang ada di ibukota tersebut. Sebuah rumah sakit setempat melaporkan sedikitnya 237 pasien cedera dalam ledakan itu dan telah menyimpan 136 mayat akibat ledakan. "Adanya ledakan bukan berarti ada perang atau kudeta.. Ini adalah insiden yang disebabkan oleh kebakaran di depot amunisi. Kami minta warga harap tenang ,” papar Boawo. Banyak bangunan di bagian utara Brazzaville luluh lantak. Presiden Denis Sassou-Nguesso telah mengunjungi kamar mayat, rumah sakit dan rumah sakit militer.
Korban Terjebak Reruntuhan Bangungan.
Juru bicara Kepresidenan, Didier Boutsindi, melalui siaran pers internasional meyebutkan bahwa paska ledakan, timbulnya korban banyak diakibatkan karena tertimpa bangunan. "Banyak orang beriman yang terjebak di puing-puing gereja," kata Boutsindi. "Beberapa orang mati telah dikeluarkan dan saya menyatakan ada lebih banyak kematian di dalamnya," tambahnya kemudian.
Dalam kejadian ledakan depot amunisi itu, paman Didier Boutsindi ikut menjadi korban dan tewas. Sementara Badan resmi Xinhua News mengutip informasi pejabat kedutaan Cina di Kongo, yang mengatakan tiga pekerja Cina tewas dan puluhan terluka dalam ledakan itu. Ledakan juga terdengar di Kinshasa, ibukota Kongo tetangga.
Juru bicara pemerintah Lambert Mende mengatakan ledakan meniup beberapa jendela di pusat kota, tapi itu tidak ada kematian dilaporkan dan bahwa situasi telah kembali normal setelah ledakan. (AP/Time/boy)
|