JAKARTA, Berita HUKUM - Panitia Konsilidasi Relawan Nusantara memandang perlu bahwa, jalannya pemerintahan dan birokrasi kini sudah tidak berada pada rel yang sesuai agenda 'jalan perubahan' seperti yang tergambar pada visi dan misi pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) dan Jusuf Kalla (JK) tempo dulu, disaat masa pencapresan Jokowi-JK, saat memberikan janji-janji politiknya pada rakyat Indonesia.
"Warga negara ini punya kewajiban untuk memperbaiki kondisi dan keadaan negara ini. Negara ini tidak mungkin bisa berjalan efektip jika tidak memiliki pemerintahan yang efektip," kata Edysa Tarigan, selaku ketua Konsolidasi Relawan Nusantara seusai mengadakan dialog, diskusi terbuka yang bertajuk 'Bubarkan Kantor Staf Kepresidenan', 'Bentuk Badan Relawan Nusantara' di Wisma Proklamasi,' di Menteng Jakarta pusat pada, Juma't (22/5).
Tujuan Konsolidasi Relawan Nusantara ini sebenarnya, ialah agar bagaimana menyelamatkan kepemimpinan nasional yang sekarang ini yang dituding sedang corat-marut, agar mampu menjalankan amanat penderitaan rakyat, sehingga berjalan dengan sesuai tujuan negara ini dibentuk.
Harapnya juga supaya kedepannya pemerintahan ini bisa bekerjasama dengan rakyat, "Kenapa relawan harus bisa menjadi mitra presiden, karena Presiden adalah manifestasi dari kesadaran rakyat itu sendiri, atau relawan tadi," jelasnya.
Jadi relawan tersebut, masih ada berkumpul, seperti ditingkat desa-desa dan ada yang sudah membentuk kelompok sampai ditingkat kecamatan, bahkan sampai ketingkat nasional, jadi kalau presiden mau menjadikan mereka mata, telinga dan mulutnya, maka demikian sebaliknya rakyat juga akan menjadikannya Presiden menjadi bagian dari tubuhnya juga, yaitu mata, mulut dan telinganya, yang artinya pemerintah dan rakyat tidak terpisahkan dan penghubungnya itulah relawan tersebut.
Menurut Edysa Tarigan yang akrab disapa EQ ini juga menangapi, bahwasanya posisi relawan itu bukan seperti yang dibayangkan kebanyakan khalayakan umum."Dimana kalau ada bencana lalu, setelah menolong orang bencana lalu bubar, tapi ini tidak! Justru ini manifestasi politik rakyat yang harusnya Jokowi itu pergunakan dengan baik," terangnya.
Namun, menurut EQ yang juga perintis Forum Kota (Forkot) ini juga menilai, untuk evaluasi semester masa pemerintahan yang sudah dijalankan Jokowi hingga sekarang ini, ia memandang bahwasanya seperti yang Jokowi janjikan belum tampak sekali hasilnya, pasalnya resultnya itu belum mengarah, tapi masih hanya sebatas teks-teks saja.
"Karena kalau yang diajarkan secara akademik untuk bisa mengukur langkah-langkah itu, mungkin gak dengan langkah resultan yang seperti begini, vaktornya bisa menjawab pada tujuan tadi," katanya.
Persepsinya, untuk menjawab masalah ini dalam keseluruhannya, Presiden harus bisa mulai mempertimbangkan kebutuhan negara yang akhirnya bisa membentuk secara efektif kementerian yang sudah dibentuk, dan yang tidakkalah penting lagi ialah, meskinya Presiden menunjuk orang-orang yang jadi dikabinetnya itu seharusnya yang mengerti persoalan-persoalan bangsa ini.
"Prinsip dasarnya yang mau kami sampaikan dan yang lainnya sedang lagi kami rumuskan juga, yang mana prinsip dasarnya ialah siapapun menteri-menterinya itu, harus mengerti betul dan mau menjalankan, pertama ideologi negara, yang kedua tujuan negara, itu inti prinsip pertama, dan siapapun mereka, pak Jokowi harus tunjuk itu sebagai para menterinya," tekannya.
Solusinya, menurut EQ yang memaparkan, agar seperti kekuatiran atau ketakutan Presiden Jokowi saat ini bisa teratasi dari intervensi pihak lain ataupun oknum yang tidak bertanggung jawab ini ialah seharusnya pemimpin negara dari kesatuan bhineka tungal ika, yang berazaskan demokrasi ini mau mengindahkan dan percaya pada kekuatan relawan-relawan sebagai kekuatan aslinya.
"Jokowi harus berani, jangan takut, kenapa pak Jokowi sepertinya ketakutan dengan kekuatan-kekuatan dalam tanda petik tertentu, karena ia tidak percaya dengan para relawan sebagai kekuatan aslinya, nah kembalikan kekuatan relawan ini kepada pak Jokowi supaya ia percaya diri. Karena ingat, kekuatan rakyat tidak ada satupun yang mampu membendung, bahkan bedil atau tank pancer sekalipun, tidak ada yang bisa membendung kekuatan rakyat," pungkasnya.(bh/bar) |