JAKARTA, Berita HUKUM - Diskusi serta launching buku karya Eduardus Lemanto
yang berjudul, "Presiden "Manusia 1/2 Binatang" yang menganalisa pada kajian filsafat Kekuasaan. Acara yang berlangsung di hotel Borobudur Jakarta, yang dihadiri para undangan dengan nara sumber diantaranya; pakar Hukum tata negara Prof. Dr. Mahfud, MD mantan ketua Mahkamah Konstitusi, serta Rocky Gerung.
Seperti yang disampaikan Prof. Dr. Mahfud, MD bahwa buku ini pada hakekatnya memang menilik pada, kajian filsafat kekuasaan.
"Yang saya tangkap dari intisari buku ini menceritakan, dimana pemimpin yang tidak mau menjadi dirinya sendiri, karena dirinya sudah dianggap disandera. Presiden itu seperti Pinokio, sesudah roh iblis masuk, maka kita sulit untuk berharap, jadi intinya kita sulit berharap. Walaupun kita punya visi dan misi yang bagus, maka kita langsung mengkonfirmasikan ide kita ini," papar Mahfud diatas podium ceramahnya di ruang Musro, Rabu (5/1).
Namun, lanjutnya lagi bahwa pemilihan Presiden itu sebenarnya bukan langsung dipilih oleh rakyat, melainkan melalui elit-elit para partai politik, ibarat disandera preman. Bukan hanya presiden, ketika tampil tidak hanya menjadi dirinya sendiri itu yang terjadi dengan "rasis" yang melalui proses penyandaraan, karena pemimpin tersendera untuk melakukan itu, seperti halnya menyelesaikan kasus tapi harus dapat teror, maka dengan sendirinya masalah-masalah itu tidak dapat diselesaikan secara cepat, bahkan tidak terselesaikan.
"Seperti halnya ketika pihak Presiden kita disadap oleh pihak Australia, kita marahnya setengah mati. Nah! sekarang siapa yang tahu kabar itu, siapa yang minta maaf? Nah, kita sekarang ini sebagai bangsa, kita itu tersandera," ujarnya, dengan mencotohkan kejadian yang sudah berlalu tanpa yang menghasilkan.
Perilaku-perilaku itu seringkali tidak bisa diselesaikan dengan cara-cara normal. Karena itu, dalam penanganan kasus-kasus, semacam itu bukanlah aib jika diberlakukan cara-cara di luar kebiasaan. Lagi-lagi, ini menyangkut kebutuhan yang mendesak bagi berdirinya republik yang sehat. Karena itu, tampak tidak keliru, jika kita perlu membubuhkan kembali penegasan Niccolo Machiavelli yang mengatakan bahwa, "Manusia itu hanya akan berbuat buruk jika tidak dipaksakan berbuat baik," pungkasnya. (bhc/Bar)
|