JAKARTA, Berita HUKUM – Bertempat di Pusat Dokumentasi HB Jassin, Komplek Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Sabtu (18/05), digelar acara tasyakuran ulang tahun yang ke 57, sekaligus 40 tahun perjalanan Pipiet Senja dalam berkarya.
Hadir dalam acara tersebut para sastrawan senior yang nota bene sahabat Pipiet Senja,sanak keluarga dan tamu undangan dan handaitolan pengagum Pipiet Senja. Acara yang dikemas secara sederhana, seolah menjadi curhat dan kangen-kangenan bagi para sahabat dan rekan Pipiet Senja yang nota bene kalangan penulis dan para sastrawan, dari berbagai tingkat usia.
Salah seorang penulis kawakan yang juga sahabat Pipiet Senja, K.Usman, yang kesehariannya di sapa ayah di lingkungan para penulis muda, menuturkan, mengaku salut atas konsistensi seorang Pipiet Senja.
“Pipiet merupakan seorang yang setia pada profesinya, dalam bidang kepenulisan, melalui karya-karyanya,” jelas K.Usman. Lebih lanjut, pria yang kini sudah menulis sekitar 300-an buku juga memaparkan banyak hal terkait dengan dunia kepengarangan di Indonesia. Menurut K.Usman, memang benar bahwa penghargaan negara terhadap para pengarang/penulis sangat memperihatinkan. K.Usman, juga pernah mengalami hal yang sangat mengenaskan terkait penghargaanya sebagai pengarang dari pemerintah.
Menurut K.Usman, Pipiet Senja adalah seorang yang menghargai sisa umurnya, ditengah beban penderitaannya sebagai penyandang penyakit Thalasemia, masih terus produktif berkarya. Menurut K.Usman banyak yang menekuni dunia kepengarangannya, karena untuk merefleksikan kecintaannya pada dunia penulisan.
“Pengarang Indonesia yang hidup benar benar dari pengarang mungkin cuma 5, pengarang yang setia pada profesi, hidupnya mengenaskan, alangkah mahalnya untuk jadi pengaran yang benar-benar, karena tidak ada penghargaan sama sekali,untuk para pengarang,”papar K.Usman.
Sementara itu, wartawan senior yang juga sudah banyak menerbitkan buku, Linda Jalil, memberikan kesaksian, bahwa Pipiet Senja mulai menulis sejak tahun 1975, menulis bagi Pipiet, lanjut Linda, sebagai terapi. Seorang Pipiet adalah semangatnya,selain itu juga banyak menginspirasi kaum muda, yang dalam bahasa Pipiet Senja, “menteror” untuk agar para penulis muda lebih percaya diri dan mampu menerbitkan karyanya menjadi sebuah buku.
Sekilas Sosok Pipiet Senja
Pipiet Senja, lahir di Sumedang, 16 Mei 1956 dari pasangan Hj.Siti Hadijah dan SM. Arief (alm) seorang pejuang’45. Novel yang telah ditulisnya ratusan, tapi yang telah diterbitkan sebagai buku baru 105 judul, antara lain Jejak Cinta Sevilla, Dalam Semesta Cinta, Jurang Keadilan, Cinta Dalam Sujudku, Catatan Cinta Ibu dan Anak, Tuhan Jangan Tinggalkan Aku, Kepada YTH Presiden RI, Orang Bilang Aku Teroris, Menoreh Janji di Tanah Suci, dsb. Sahabat kaum TKW Hong Kong, Macau, dan Taiwan, aktivis Forum Lingkar Pena, sering diundang seminar kepenulisan ke pelosok Tanah Air dan mancanegara. Ibu dari Haekal Siregar dan Adzimattinur Siregar yang juga penulis. Manininya Zein dan Zia. Ngepos di penerbit Zikrul Hakim, Jakarta.
Kisah perjalanan kepenulisannya dilalui dengan berbagai kepiluan, bagaimana seorang Pipiet Senja yang menderita Thalasemia, dan sudah divonis oleh dokter umurnya tidak lama lagi. Dengan segala keprihatinannya menajlani kehidupan Pipiet Senja tetap semangat dalam berkarya. Diakui Pipit, penghargaan dari negara kepada pengarang memang sangat minim, namun Pipiet sangat bersyukur, rekan-rekan seprofesinya memiliki semangat kepedulian dan kekeluargaan yang begitu besar terhadap sesama pengarang. Bahkan diawal karier kepenulisannya, Pipiet tidak segan-segan mememinta honornya terlebih dulu kepada redaktur media atau penerbit yang akan menerbitkan naskahnya, hal ini semata-mata untuk mencukupi kehidupanya sehari-hari bersama anak-anaknya.
Hal lain yang tidak pernah dilupakan Pipiet, sebagaimana juga diungkapkan oleh anak-anaknya Butet dan Haekal, bagaimana ia harus mengumpulkan koran dan kertas-kertas bekas, untuk diloakan ke tukang sayur agar Pipiet dan keluarganya bisa membeli lauk pauk untuk makan.
Rentang waktu empat puluh tahun perjalanan Pipiet Senja, bukan waktu yang pendek, sleama rentang tersebut berbagai kisah, pilu, sedih dan gembira seolah semua terangkum dalam berbagai karya-karya Pipiet Senja dalam bentuk buku kumpulan cerpen, novel, memoar. Disamping itu dalam usianya yang sudah memasuki masa senja, Pipiet Senja seolah tidak pernah mau untuk berhenti berkarya, seklaigus memberikan inspirasi dan motivasi bagi anak-anak muda agar mereka mampu menerbitkan buah karya.
Menulis bagi Pipiet Senja bukan saja untuk tujuan materi semata, tetapi juga ada misi dan visi yang lebih besar, paling tidak melalui huruf demi huruf, kata demi kata yang ditulisanya menjadi amal kebajikan. (bhc/rat)
|