JAKARTA, Berita HUKUM - Wakil Ketua DPR-RI Fadli Zon menjadi pembicara utama dalam Mukernas Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia(KAMMI) 2016, di Gedung Asrama Haji Bekasi Jumat, (19/2). Dalam kesempatan itu, dia mengajurkan kepada para peserta mukernas dari berbagai perwakilan kepengurusan daerah mulai dari Aceh sampai Papua untuk kembali meneladani ideologi demokrasi yang diajarkan oleh Bapak Pendiri Bangsa Mohammad Hatta.
Anggota Dewan dari Dapil Jawa Barat V ini mengungkapkan, bahwa demokrasi yang diajarkan oleh Bung Hatta merupakan basis ideologi politik yang brilian. Demokrasi yang dimaksud adalah demokrasi sosial, yakni himpunan antara demokrasi politik dan demokrasi ekonomi.
"Demokrasi kita bukan demokrasi an sich demokrasi politik, yang hanya mengutamakan kebebasan, tapi juga bukan hanya sekedar demokrasi ekonomi yang mengedepankan persamaan. Demokrasi kita kata Bung Hatta adalah gabungan dari demokrasi politik dan demokrasi ekonomi, yaitu menjadi demokrasi sosial," tegas Fadli disambut tepuk tangan riuh dari peserta mukernas.
Politisi dari Farksi Partai Gerindra ini menjelaskan, demokrasi sosial berbasis pada tradisi dan budaya gotong royong dan musyawarah mufakat yang telah ada pada kearifan nusantara. Dia juga mengatakan, Negara Indonesia memilih demokrasi menjadi pilihan dalam sistem politik nasional telah melewati proses perdebatan panjang.
Fadli yang semasa kuliah pernah menjadi Sekretaris Umum di Senat Mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Indonesia ini, mengutip pemikiran Bung Hatta, karena dia mengakui bahwa pemikirannya cukup tajam dan konseptual dalam persoalan kenegaraan. Dia menyimpulkan pemikiran Bung Hatta ada empat poin yang inti dari semua itu adalah kebahagiaan seluruh masyarakat Indonesia.
Empat poin tersebut adalah, kecukupan pangan, kecukupan sandang, hunian yang layak untuk segenap rakyat, dan kesehatan serta jaminan hari tua. "Itu kata Bung Hatta tentang kebahagiaan," ujar Fadli.
Fadli yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) pada tahun 2010 - 2015 ini mengatakan, sebenarnya tujuan bangsa ini bernegara, bukan hanya untuk kesejahteraan saja, tapi lebih dari itu adalah kebahagiaan untuk seluruh rakyat Indonesia. Meskipun dia mengakui yang dimaksud kesejahteraan itu relatif menurut penilaian seluruh orang.
"Kesejahteraan itu memang relatif antara satu orang dengan orang lain, tapi intinya hidup kita di Indonesia tidak tersia-sia dan ada jaminan terhadap hidup kita," jelas Fadli.
Masih mengutip pemikiran Bung Hatta, Fadli yang pernah menjadi Dewan Redaksi, Majalah Sastra Horison ini, mengatakan para bapak pendiri Bangsa Indonesia tidak tekstual mengadopsi kapitalisme, liberalisme, dan komunisme. Tapi para pendiri bangsa melakukan asimilasi terhadap nilai-nilai positif yang terkandung dari banyak ideologi, dengan mempertimbangkan budaya lokal nusantara.
Dalam ceramahnya Fadli juga mengajak mahasiswa untuk memiliki nalar kritis menghadapi globalisasi. "Kita menghadapi globalisasi dan demokratisasi. Kita menganggap bahwa demokrasi adalah jalan yang benar, tetapi kita juga harus kritis, demokrasi macam apa yang cocok untuk indonesia?" tanya Fadli kepada para kader KAMMI (eko,mp/dpr/bh/sya)/ |