Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
EkBis    
Rupiah
Fadli Zon Minta Pemerintah Bentuk Strategi Kembalikan Nilai Tukar Rupiah
2018-09-03 12:03:05
 

Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon.(Foto: Jayadi/Rni)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon meminta keseriusan sikap pemerintah terhadap menguatnya nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah. Ia mengingatkan kembali pada sejarah kelam Indonesia ketika krisis moneter melanda dan salah satu penyebabnya adalah karena melemahnya nilai tukar rupiah.

Menurut Wakil Ketua Bidang Korpolkam ini, pemerintah sama sekali tidak melakukan upaya intervensi terhadap menguatnya nilai dolar AS. Ia mengultimatum pemerintah untuk membuat langkah-langkah strategis untuk membuat nilai tukar rupiah kembali kondusif.

"Pemerintah harus berbuat sesuatu. Kelihatan dari langkah-langkah yang ada itu tidak ada intervensi kebijakan yang bisa paling tidak menahan laju depresiasi ini. Ini yang menurut saya bahwa pemerintah harusnya serius," tuturnya saat ditemui di Gedung Nusantara III DPR RI, Senayan, Jakarta, Jumat (31/8).

Politisi Partai Gerindra ini bahkan menyebut bahwa alasan perang dagang global yang disebut pemerintah untuk menenangkan suasana publik merupakan alasan klasik. Ia menyebutkan bahwa negara lain pertumbuhan ekonominya tetap tumbuh walaupun menghadapi perang dagang tersebut.

"Alasan klasik saja itu. Semua negara juga kena dampak itu kok. Tetapi India bisa naik 7 persen, kenapa Filipina bisa di atas 6,5 persen. Mereka terkena dampak juga. Turki bahkan mengalami perang dagang yang hebat, tetapi ia punya strategi untuk meng-counter itu. Jadi, getting intervention rights. Kalau kita ini tidak jelas interventionapa," tegas Fadli.

Politisi dapil Jawa Barat V ini berharap adanya keseriusan dari pemerintah untuk menghadapi fenomena ini. Apalagi dengan adanya kegiatan impor, menurutnya kebijakan tersebut sangat membahayakan karena sama sekali tidak pro terhadap para petani dan rakyat kecil.

"Terlebih fenomena ini ini diselingi juga dengan impor. Di gudang itu sudah banyak beras kita. Kebijakan ini hanya semakin menyusahkan rakyat kecil saja. Di tengah petani akan panen, pemerintah masih mau impor lagi. Saya kira sangat membahayakan tentunya bukan saja terhadap kedaulatan pangan, tetapi juga terhadap kurs kita yang semakin melemah," pungkasnya.(eps/sf/DPR/bh/sya)





 
   Berita Terkait > Rupiah
 
  Efektivitas Peluncuran Uang Kertas Pecahan Rp 75 Ribu Edisi Khusus Dipertanyakan
  Rupiah Terus Anjlok, Defisit Anggaran Melebar dan Kasus Corona Bertambah
  Tekapar 127 Poin, Rupiah Menjadi Mata Uang Paling Lemah di Asia
  Kritik dan Tertawai Cetak Uang Braille, TKN Jokowi - Ma'ruf Sangat Below Standar Pengetahuan
  IPI: Ada 2 Faktor Penyebab Melemahnya Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2