JAKARTA, Berita HUKUM - Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah mendaulat Amien Rais sebagai seorang tokoh reformis. Hal ini disampaikannya dalam diskusi yang diselenggarakan Komite Pemenangan Pemilu Nasional (KPPN) PAN di Jakarta, Rabu (9/5).
Amien, kata Fahri, merupakan tokoh reformasi yang relevan sekali. Pasalnya, Amien memahami sikap sesuai dengan zaman, seperti pada masa reformasi 1998 yang membutuhkan adanya suksesi kepemimpinan, bahkan masih menjadi tokoh reformis.
"Saat menjelang sidang MPR tahun 1997, Pak Amien mengatakan kesalahan fatal jika MPR kembali memilih Soeharto sebagai presiden," ujar Fahri di Kantor DPP PAN, Jakarta.
Fahri menyatakan, tidak ada tokoh yang berani menyatakan hal seperti itu pada saat itu. Meski begitu, Amien berani mengungkapkannya dengan lantang.
Fahri pun mempertanyakan sikap beberapa pihak yang mengkritik Amien. Padahal, Amien tidak hanya mengkritik pemerintahan Orde Baru, namun juga siapapun pemimpin yang tengah berkuasa di Indonesia.
"Kalau anggap Pak Amien kritis terhadap Jokowi, dia juga kritis terhadap Soeharto, Pak Habibie, Gus Dur, Bu Mega, dan Pak SBY dikritis, karena dia membangun sikap kritis," ungkap Fahri.
Ia menuturkan, Amien pun sempat ditawari posisi penting pada saat transisi kekuasan. Meskipun demikian, Amien malah memilih untuk mendirikan PAN agar demokrasi dan reformasi Indonesia sehat.
"Ketika Pak Harto mundur, saya lihat Pak Amien digoda luar biasa. Dia tidak mau langsung pindah menjadi ketua DPA (Dewan Pertimbangan Agung, red), dia bikin partai politik," sebut Fahri.
Dalam mengakhiri pidatonya Fahri mengatakan, Halau hari ini pak Amien dia kritis itu karena dia tidak berubah. Memang peran sejarah dia dalam bangsa ini luar biasa, karena dia membangunkan kreatifitas dan sikap krtis publik kepada pemerintahan yang bisa cenderung menyimpang. Apalagi sekarang ini penyimpangannnya cendrung kasat mata. Dan untuk mengahiri pernyataan ini, wahai orang -orang yang ingin mengkritik pak Amien dan mendelegitimasinya.. tanya bozz kalian pak Jokowi itu ada dimana dalam Reformasi," pungkasnya.
Terkait Wakil Ketua Umum PAN Taufik Kurniawan membalas 'serangan' yang dilakukan Ketua DPP Gerindra Desmond J Mahesa kepada Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais. Taufik mempertanyakan keberadaan 'penyerang' Amien saat masa reformasi.
"Biar saja anjing menggonggong kafilah berlalu. Orang-orang yang bicara saat ini reformasi, di mana mereka posisinya?" kata Taufik, Rabu (9/5).
Taufik meegaskan, mereka siap diajak bicara buka-bukaan soal reformasi. Menurut dia, PAN sudah banyak memberikan kader terbaiknya untuk kepentingan NKRI, sejak reformasi itu. Dari muncul tokoh Hatta Rajasa, Bambang Soedibyo, Hasballah M Saad, sekarang ada Zulkifli Hasan.
"Posisi Pak Amien saat itu bisa disebut total football. Pak Amien bukan berposisi sebagai pengamat saat itu, tapi pelaku," ungkap Taufik yang juga Wakil Ketua DPR itu.
Terkait dengan persoalan amendemen UUD 1945, Taufik mengatakan, kepemimpinan MPR bersifat kolektif-kolegial. Kata Taudik, Amien bukan pengambil keputusan tunggal. Amien juga senantiasa mengedepankan kepentingan bangsa dibandingkan kepentingan pribadi atau kelompoknya.
"Kalau pengin jadi presiden saja, kalau Pak Amien bersedia, di Hotel Mulia Pak Amien Rais sudah jadi presiden, tapi beliau meminta restu kepada ibundanya terlebih dahulu. Ternyata sejarah Pak Amien Rais lebih baik berkhidmat di ketua MPR," tutur Taufik.
Tidak itu saja, Taufik menegaskan, Amien bukanlah orang yang haus kekuasaan. Terbukti, Amien hanya menjabat ketua umum PAN sekali saja. Padahal, saat itu bisa saja Amien terus memperpanjang kekuasaannya. "Sekarang kan banyak ketua umum yang tidak mau diganti, dan itu pelajaran," paparnya.
Taufik meminta agar hati-hati untuk berbicara. "Diam tidak berarti kita mendiamkan," ungkapnya.
Lihat Video penjelasan lengkap dari Fahri Hamzah saat diskusi, Klik :
facebook pagenya.(rt/politiktoday/bh/sya)