JAKARTA, Berita HUKUM - Film Si Anak Kampong yang disutradarai oleh Damien Dematra, kembali meraih penghargaan international di ajang festival film international. San Francisco Film Awards memilih Si Anak Kampoeng (The Village Boy) sebagai pemenang dalam kategori Faith and Spirituality bersama dengan film besutan sineas Rusia, Roman Khrushch yang berjudul Pechorin.
Menurut Laurel Kapros, Awards Director San Fransisco Film Awards, Si Anak Kampoeng memiliki nilai psikologis dan spiritual tinggi, dan disajikan dengan cara yang artistik dan indah. Film ini pun akhirnya berhasil dipilih sebagai film yang akan tayang dan dinilai sebagai ‘film yang benar-benar luar biasa’.
Sebelumnya, Si Anak Kampoeng yang diperani Radhit Syam (alm.) ini diproduksi bersama oleh Damien Dematra Production dan Maarif Institute ini diharapkan dapat melahirkan "Buya Buya Kecil" baru yang berani bermimpi dan berjuang dengan tekun untuk meraih mimpinya.
Sebelumnya, Si Anak Kampoeng telah meraih puluhan penghargaan. Tercatat, di antaranya adalah Silver Screen Award dari Nevada International Film Festival (2014);Film Cerita Terbaik dan Sutradara Terbaik untuk Damien Dematra, dan Editor Terbaik untuk Virda Anggraini dan Damien Dematra dari London International Film Festival (2013); nominasi dari Jaipur International Film Festival, India (2012), terpilih dalam International Social Uprising Resistance and Grassroots Encouragement, USA (2012); 4 penghargaan dari Los Angeles Movie Awards; sebagai salah satu film terbaik di Interculture International Film Festival, Perancis (2011); terpilih oleh American International Film Festival, USA; penghargaan dari Lucerne International Film Festival, Swiss, World Kids Film Festival, India, dan berbagai penghargaan internasional lainnya.
Film berdurasi 105 menit ini merupakan kisah hidup tentang keceriaan, penderitaan, dan perjuangan manusia menemukan diri dan panggilan hidupnya tanpa terkekang waktu dan tempat, karena setiap orang berhak berjuang, menyatakan dirinya, dan mengikuti jalannya.
Memotret perjuangan masa kecil Ketua Tim 9 yang populer dipanggil Buya, kisah ini dimulai dari kelahiran seorang anak kampoeng, putra Ma'rifah Rauf, seorang yang terpandang di Nagari Sumpur Kudus, Sumatera Barat, pada tahun 1930-an. Kehidupan sang bocah berputar pada kesehajaan dan keceriaan tentang belajar, mengadu ayam dan sapi, memancing, menyambit rumput, dan menembak; sampai kematian dan perang revolusi mengoyakkan kehidupannya. Ia dipaksa berubah. Dalam sebuah titik kisar kehidupan, pilihan demi pilihan dihadapkan padanya. Ia harus mengambil salah satu sebagai keputusan hidup yang ternyata mengubah jalan hidupnya selamanya.
Damien berharap film ini dapat menginspirasi generasi muda akan pentingnya pendidikan, cita-cita dan memberikan penghargaan yang tinggi terhadap nilai nilai keberagaman.(dbs/bhc/rat)
|