JAKARTA (BeritaHUKUM.com) - Demi mengejar popularitas dan uang, perkembangan industri hiburan Film, Sinetron, Teater di Indonesia, secara kuantitas sangat pesat dan dinamis. Namun turun drastis dalam menjiwai Seni Peran atau disebut soul acting'.
Rendahnya soul acting hingga mengalami mati suri pada gaya hidup industri hiburan ini, disampaikan Panitia 42 Tahun Institut Kesenian Jakarta (IKJ)melalui siaran berita kepada wartawan di Jakarta, Minggu (18/3).
Menurut Panitia 42 Tahun IKJ, guna mengembalikan kualitas seni peran pada jagat hiburan Seni, Film dan Teater, IKJ akan mengadakan apresiasi seni dan pemberian penghargaan.
Komitmen pemberian penghargaan, diharapkan mendorong apresiasi masyarakat terhadap perkembangan seni peran. Adapun apresiasi akan dilaksanakan pada bulan April 2012.
IKJ Siap Tanggung Jawab
Mati surinya seni peran dalam jagat media hiburan menjadi keprihatinan IKJ sebagai salah satu pengisi dan penghasil sejumlah pekerja seni yang berkualitas, baik secara akademik dan peran nyata. Keprihatinan itu dinilai akibat lebih mementingkan Bisnis dan Popularitas.
Terlebih maraknya trend pertumbuhan industri hiburan kreatif yang kurang dimbangi oleh perkembangan unsur Seni Peran dan merupakan etalase utama dari Media Hiburan. Akan sejumlah fakta tersebut, IKJ turut bertanggung jawab guna mengembalikan esensi Seni peran dalam panggung media hiburan.
Pencapaian beberapa aktor besar Indonesia yang pernah menekuni kuliah Seni Peran di Jurusan Teater IKJ seperti: Didi Petet, Mathias Muchus, Eeng Saptahadi, Fanny Fadilla, Yadi Timo, Cok Simbara, Edi Riwanto, Derry Drajat, Sys NS, Agus PM TOH, Epy Kusnandar, Yayu AW Unru, Anna Pinem, Eno TB, Jose Rizal, Edwin, Jody dan lainnya. (Boy)
|