JAKARTA, Berita HUKUM - Acara silaturahmi Tokoh Bangsa yang ke-7 dengan tema 'Problematika Bangsa dan Solusinya', Grace Natalie memperkenalkan dirinya sebagai Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), "Perkenalkan saya Grace, Ketua Umum PSI. Saya perempuan, muda, non-Muslim dan Tionghoa," ungkap Grace, dalam keterangannya di Kantor Pusat Dakwah PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (26/3).
Pantauan pewarta BeritaHUKUM dalam acara tersebut hadir sejumlah tokoh nasional; seperti Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin, Ketua MPR Zulkifli Hasan, Ketua Komisi Yudisial Suparman, Mahfud MD, Jimly Asshiddiqie, Franz Magnis Suseno, Fuad Bawazier, Bambang Sudibyo, Akbar Tandjung, dan Fadel Muhammad, politikus Yenny Wahid dan sejumlah tokoh lain.
"Jika bukan karena ajaran Muhammadiyah, tentu Sekjen PSI Raja Juli Antoni kader Muhammadiyah tulen, tidak akan merelakan Kursi Ketua Umum PSI kepada seorang perempuan seperti saya," sambung Grace Natalie (32), yang juga mantan presenter TVOne tersebut.
Di hadapan para tokoh tersebut, Grace berbicara mewakili dua identitas. Yaitu, sebagai minoritas dan sebagai mayoritas. "Saya minoritas marjinal karena saya perempuan dan non muslim. Saya mayoritas karena saya anak muda," jelasnya.
"Saya juga berterimakasih dengan NU dan Muhamadiyah para kaum tua ini. untuk kaum muda masih terus berjalan proses deklarasi, agar kami yang muda-muda ini direstui, kami tidak ingin jadi penguasa, tapi mencari orang-orang terbaik bangsa untuk menjadikan bangsa ini lebih maju," tutupnya.
Sementara, Pimpinan Pusat Muhammadiyah mengumpulkan tokoh-tokoh bangsa untuk mendiskusikan dan mencari solusi atas beragam problematika yang tengah dihadapi bangsa Indonesia.
"Silahturahmi ini mengambil tema sentral problematika bangsa dan solusinya. Problematika itu lebih dari sekadar masalah, tapi ada dimensi bahwa masalah itu sudah sangat akut, kronis, kompleks, dan rumit," kata Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin di Kantor PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (26/3).
Menurut Din, kehadiran tokoh-tokoh itu mengatasnamakan pribadi, bukan institusi atau tempat di mana mereka bernaung saat ini.
"Silahturahmi ini memang terbatas karena keterbatasan tempat, sehingga tidak bisa menampung semua tokoh," katanya.
Din mengatakan seluruh tokoh akan mendiskusikan sejumlah problematika bangsa.
Mereka, katanya, juga berupaya bersama-sama mencari solusi, untuk selanjutnya bisa disampaikan kepada pemangku amanat.
"Kita sengaja tidak tentukan problematika yang dibahas secara spesifik. Biar itu nanti terbuka, sekaligus membicarakan solusinya. Paling tidak menjadi acuan di lembaga di mana kita berada untuk terlibat dalam pelaksanaan solusi itu," kata dia.(dbs/bh/bar) |