JAKARTA, Berita HUKUM - Benarkah ada sinergi positif apabila kopi dan buku bacaan dipadukan? Itulah yang dibuktikan dalam Peringatan Hari Aksara Internasional atau Literacy Day, jatuh pada tanggal 8 September di Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kuningan, Jakarta Selatan. Perpustakaan KPK menggelar acara peringatan tersebut dengan menggandeng komunitas #Ngopidikantor.
“Komunitas baca biasanya erat kaitannya dengan minum kopi, aktivitas sambil minum kopi. Di sini kita mengajak semua orang bagaimana mengenalkan, menumbuhkan kepedulian terhadap budaya membaca,” ujar Fungsional Biro Humas Zulkarnain Meinardy di Auditorium KPK, Senin (14/9) lalu.
Zulkarnain mengatakan Perpustakaan KPK memiliki literatur buku yang sangat lengkap mengenai antikorupsi. Ada sekitar 6.859 literatur buku yang ada di Perpustakaan KPK. Terdiri dari Koleksi Umum: 4.383 buku, Koleksi Khusus: 824 buku, Peraturan terkait hukum dan Perundang-Undangan: 705 buku, Artikel: 643 buku, Referensi: 189 buku, Daerah dan Institusi: 117 buku dan Publikasi Lokal: 841 buku.
Kegiatan ini, kata Meinardy, juga digunakan untuk memperkenalkan layanan baru Perpusatakaan KPK “Pinjam Antar”. Layanan ini dikhususkan bagi pegawai yang tidak berkantor di Kavling C1. “Buku akan diantarkan. Sehingga minat baca pegawai tidak terhalang jarak,” katanya.
Adapun produk-produk perpustakaan KPK antara lain Newsletter Perpustakaan, Bedah buku, Publikasi Lokal Universitas dan CEKATAN. CEKATAN singkatan dari Cara Cepat Akses Perpustakaan, dimana publik dapat mengakses literatur buku-buku Perpustakaan KPK secara online melalui di http://perpustakaan.kpk.go.id atau http://acch.kpk.go.id .
Hadirnya komunitas #Ngopidikantor menambah hangat suasana kekeluargaan antar sesama pegawai KPK. Mereka saling membahas buku-buku sambil minum kopi. Adapun kopi yang disuguhkan oleh komunitas ini yakni Arabika Toraja yang diracik dengan berbagai alat seduh manual yakni V60, Kalita Wave, Vietnamese Drip, French Press, tubruk dan Moka Pot. Uniknya, suguhan kopi tersebut tidak ditambahkan rasa pemanis seperti whipped cream, creamer atau susu (latte).
Alasannya, kata anggota komunitas #Ngopidikantor Eko Punto Pambudi, tipe peminum kopi di KPK banyak termasuk klasifikasi Third Wave. Dimana penikmat kopi ini sosok yang menelaah rasa, kenikmatan, dan apresiasi atas semua proses yang dilalui kopi. Bagi penikmat kopi ini, semua yang terlibat dalam tahapan proses tersajinya kopi adalah sebuah seni.
“Mereka memperhatikan proses, mulai dari petani, roaster sampai barista, karena proses yang beda akan menghasilkan rasa yang berbeda,” ujarnya.(kpk/bh/sya)
|