Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Politik    
Muhammadiyah
Haedar Nashir: Perlu Rekonstruksi Nilai dan Visi Pembangunan Politik Nasional
2016-08-11 07:05:58
 

Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah saat foto bersama pada dalam acara Diskusi Terbatas bertempat di Gedung Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres).(Foto: Istimewa)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Telah banyak perubahan yang dialami oleh Indonesia setelah 71 tahun merdeka. Perubahan yang dilakukan salah satunya yaitu terkait dengan partisipasi keadilan yang berhubungan erat dengan pembangunan politik nasional.

"Setidaknya ada tiga hal yang ingin kita elaborasi dalam hal merekonstruksi kembali pembangunan politik nasional yang berbasis kepada kemajemukan partisipasi keadilan," ungkap Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah pada Kamis (4/8) bertempat di Gedung Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) dalam acara Diskusi Terbatas yang mengangkat tema "Pembangunan Politik Nasional Berbasis Kemajemukan Bangsa Menuju Partisipasi yang Berkeadilan".

Haedar mengungkapkan, pertama, kita harus mencoba merekonstruksi pemikiran pembangunan politik bangsa secara umum. "Kalo kita tidak merekonstruksi pemikiran pembangunan politik, maka kita akan berjalan pragmatis," ungkap Haedar.

"Berjalan pragmatis dalam hal ini yaitu spekulatif, ketika akan jatuh kita juga ikut jatuh, ketika bangkit kita juga akan bangkit," tambah Haedar.

Kedua, kemajemukan tidak lahir dari realitas yang tumbuh sekarang. "Kemajemukan yang terjadi mengikuti arus yang ada, antara mayoritas dengan minoritas, maupun antar etnik," jelas Haedar.

Ketiga, jika menyangkut pautkan dengan partisipasi politik, lebih khusus lagi rekonstruksi keadilan, rekonstruksi mau tidak mau harus bisa menemukan titik temu diantara tiga hal, yaitu value (nilai), realitas, dan strategi.

"Terkait dengan value didalamnya terdapat spirit dan jiwa yang menjadi kunci fundamental mengarahkan jalan bangsa kedepan," ungkap Haedar.

"Selain itu konstruksi dalam hal realitas, yang berkaitan dengan realitas budaya dan ekonomi," kata Haedar.

"Dan yang terakhir adalah strategi, strategi dalam hal ini menentukan kedua tuntutan tersebut kolaborasi antara value dan juga realitas. Jika terjadi kekeliruan dalam menentukan strategi maka akan memunculkan permasalhan-permasalahan baru di masyarakat," tutup Haedar.(adam/muhammadiyah/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Muhammadiyah
 
  Kalender Hijriah Global Tunggal: Lompatan Ijtihad Muhammadiyah
  Jusuf Kalla Sebut Pikiran Moderat Haedar Nashir Diperlukan Indonesia
  Tiga Hal yang Perlu Dipegang Penggerak Persyarikatan Setelah Muhammadiyah Berumur 111 Tahun
  106 Tahun Muhammadiyah Berdiri Tegak Tidak Berpolitik Praktis, Berpegang pada Khittah
  Siber Polri Tetapkan A.P Hasanuddin sebagai Tersangka Ujaran Kebencian terhadap Muhammadiyah
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2