Oleh : J.Faisal, M.Pd,
Ketua Yayasan LPK AL Fattaah, dan Pemerhati Pendiidikan
MESKIPUN Tidak ada definisi mengenai mutu atau kualitas yang diterima secara universal, dari definisi-definisi yang ada terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-elemen sebagai berikut ; Mutu atau kualitas meliputi usaha memenuhi atau melebihi harapan pelanggan. Mutu mencakup produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungan. Mutu merupakan kondisi yang selalu berubah (misalnya apa yang dianggap merupakan kualitas saat ini mungkin dianggap kurang berkualitas pada masa mendatang).
Perencanaan mutu atau kualitas yang benar menghasilkan kemampuan dalam proses untuk memenuhi tujuan mutu di bawah kondisi operasi tertentu. Pengendalian mutu terdiri dari mengukur performa mutu aktual, membandingkannya dengan suatu standar, dan melakukan tindakan atas setiap penyimpangan.
Dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan, proses, luaran, dan dampaknya. Mutu masukan dapat dilihat dari beberapa sisi, antara lain masukan sumber daya manusia seperti kepala sekolah, siswa, dan guru.Sedangkan mutu luaran dilihat dari hasil proses pendidikan itu. Hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu melahirkan keunggulan akademik dan ekstrakurikuler pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.
Mutu Total Pendidikan (Total Quality Education) juga dipahami sebagai suatu proses yang melibatkan pemusatan pada pencapaian kepuasan harapan pelanggan pendidikan, perbaikan terus menerus, pembagian tanggung jawab dengan para pegawai dan pengurangan pekerjaan tersisa dengan pengerjaan kembali.
Dalam mengimplementasikan manajemen mutu pendidikan, banyak komponen-komponen yang harus diperhatikan antara lain mencakup kepemimpinan, pendidikan dan latihan, infrastruktur, iklim organisasi, fokus kepada pelanggan, metode ilmiah dan alat-alatnya, data yang bermakna, serta tim penyelesaian masalah.
Menurut Glasser ada 14 butir rumusan untuk mencapai mutu pendidikan prima, yang termasuk dalam strategi Total Quality Education (TQE), yaitu sebagai berikut ; Merancang secara terus-menerus berbagai tujuan pengembangan siswa, pegawai, dan layanan pendidikan. Mengadopsi filosofi baru yang mengedepankan kualitas pembelajaran dan kualitas sekolah. Guru harus menyediakan pengalaman pembelajaran yang menghasilkan kualitas kerja. Menjalin kerja sama yang baik dengan pihak-pihak yang berkepentingan (stake holders) untuk menjamin bahwa input dan output yang diterima berkualitas.
Melakukan evaluasi secara berkesinambungan, Para guru, staf, dan murid harus dilatih dan dilatih kembali dalam pengembangan mutu. Kepemimpinan lembaga, yang mengarahkan guru, staf, dan siswa mengerjakan tugasnya dengan lebih baik. Mengembangkan kekuatan staf, guru, dan siswa. Menghilangkan penghalang kerja sama di antara staf, guru, dan siswa, atau antarketiganya. Hapus slogan, desakan atau target yang bernuansa pemaksaan dari luar.
Kurangi angka-angka kuota, ganti dengan penerapan kepemimpinan, karena penetapan kuota justru akan mengurangi produktivitas dan kualitas. Hilangkan perintang-perintang yang dapat menghilangkan kebanggaan para guru atau siswa terhadap kecakapan kerjanya. Sejalan dengan kebutuhan penguasaan materi baru, maka harus disediakan program pengembangan diri dalam lembaga sekolah tersebut. Pengelola harus memberikan kesempatan kepada semua pihak untuk mengambil bagian atau peranan dalam pencapaian kualitas.
Manajemen pendidikan mutu terpadu harus berlandaskan kepada kepuasan pelanggan sebagai sasaran utama. Pelanggan dapat dibedakan menjadi pelanggan dalam (internal customer) dan pelanggan luar (external customer). Dalam dunia pendidikan yang termasuk pelanggan dalam adalah pengelola institusi pendidikan itu sendiri, misalkan manajer, guru, staff, dan penyelenggara institusi. Sedangkan yang termasuk pelanggan luar adalah masyarakat, pemerintah dan dunia industri. Jadi, suatu institusi pendidikan disebut bermutu apabila antara pelanggan internal dan eksternal telah terjalin kepuasan atau jasa yang diberikan.
Di sisi lain ada empat bidang utama dalam penyelenggaraan pendidikan yang dapat mengadopsi prinsip-prinsip TQE. Pertama, adalah penerapan TQE untuk meningkatkan fungsi-fungsi administrasi dan operasi atau secara luas untuk mngelola proses pendidikan secara keseluruhan. Kedua, adalah mengintegrasikan TQE dalam kurikulum. Ketiga, adalah penggunaan TQE dalam metode pembelajaran di kelas. Keempat, menggunakan TQE untuk mengelola aktifitas riset dan pengembangan.
Menurut Edmond, peningkatan mutu berbasis pendidikan atau sekolah merupakan alternatif baru dalam pengelolaan pendidikan yang lebih menekankan kepada kemandirian dan kreatifitas sekolah. Konsep ini diperkenalkan oleh teori Effective School yang lebih memfokuskan diri pada perbaikan proses pendidikan.
Beberapa indikator yang menunjukkan karakter dari konsep manajemen ini antara lain sebagai berikut; (I) lingkungan sekolah yang aman dan tertib, (ii) sekolah memiliki misi dan target mutu yang ingin dicapai, (iii) sekolah memiliki kemampuan yang kuat, (iv) adanya harapan yang tinggi dari personel sekolah (kepala sekolah, guru, dan staf lainnya termasuk siswa) untuk berprestasi, (v) adanya pengembangan staf sekolah yang terus menerus sesuai tuntutan IPTEK, (vi) adanya pelaksanaan evaluasi yang terus menerus terhadap berbagai aspek akademik dan administratif, dan pemanfaatan hasilnya untuk penyempurnaan / perbaikan mutu, dan (vii) adanya komunikasi dan dukungan intensif dari orang tua murid / masyarakat.
Pendidikan ini menuntut adanya perubahan sikap dan tingkah laku seluruh komponen sekolah; kepala sekolah, guru, dan tenaga staf administrasi termasuk orangtua dan masyarakat dalam memandang, memahami, membantu sekaligus sebagai pemantau yang melaksanakan monitoring dan evaluasi dalam pengelolaan sekolah yang bersangkutan dengan didukung oleh pengelolaan sistem informasi yang presentatif dan valid. Akhir dari semua itu ditujukan kepada keberhasilan sekolah untuk menyiapkan pendidikan yang berkualitas atau bermutu bagi masyarakat.
Strategi Meningkatkan Mutu Penddikan :
Strategi yang dikembangkan dalam penggunaan manajemen mutu terpadu dalam dunia pendidikan adalah, institusi pendidikan memposisikan dirinya sebagai institusi jasa atau dengan kata lain menjadi industri jasa. Yakni institusi yang memberikan pelayanan (service) sesuai dengan apa yang diinginkan oleh pelanggan (customer). Jasa atau pelayanan yang diinginkan oleh pelanggan tentu saja merupakan sesuatu yang bermutu dan memberikan kepuasan kepada mereka.
Peningkatan mutu total harus berorientasi kepada kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga layanan pendidikan suatu lembaga haruslah memperhatikan kebutuhan dan harapan masing-masing pelanggan. Kepuasan dan kebanggaan dari mereka harus menjadi landasan dan acuan untuk lebih meningkatkan program peningkatan mutu layanan pendidikan.
Dalam mengadopsi manajemen mutu terpadu terhadap pendidikan, setidaknya ada empat alasan menurut Joseph C. Field yang menjadi pertimbangan dalam rangka penerapannya, yaitu: Para pendidik harus bertanggung jawab terhadap urusan pekerjaan mereka secara proaktif. Mereka harus membangun penyelesaian masalah yang masuk akal (reasonable) dengan mengidentifikasi dan menunjukkan penyelesaian akan persoalan yang dihadapi.
Pendidikan membutuhkan proses penyelesaian masalah yang bijaksana dalam rangka mengidentifikasi dan memberikan penyelesaian masalah. Organisasi sekolah harus menjadi model organisasi pengajaran yang tepat untuk semua, baik tingkat dasar, menengah, dan tinggi. Persekolahan telah dikalahkan oleh lembaga-lembaga rumah tangga yang memberi latihan, kelompok konsultan pengajaran privat dengan berbagai praktik pekerjaan khusus, sehingga telah menggantikan sekolah umum.
Untuk mengatasi hal-hal yang dikemukakan hanya mungkin dilaksanakan dengan mengintegrasikan “Total Quality” (mutu terpadu) ke dalam sekolah, terutama bila disadari bahwa sistem yang ada sekarang belum bekerja dengan baik. Karena itu, aplikasi mutu terpadu harus bisa melahirkan sistem yang terbaik.
Mutu total dalam pendidikan sesungguhnya merupak salah satu kunci utama kesuksesan sebuah bangsa untuk dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lainnya di era globalisasi saat ini. Mutu produk pendidikan yang berkualitas yang dihasilkan dari berbagai lembaga pendidikan suatu bangsa ditentukan oleh kompetensi manajemen, kepemimpinan, visi, dan integrasi kepribadian para manajer, guru dan dosen dan seluruh pegawai dalam mengelola pendidikan.
Bila diterapkan secara tepat, TQE dapat digunakan sebagai perangkat untuk membangun aliansi antara pendidikan, bisnis dan pemerintahan. Aliansi pendidikan memastikan bahwa para profesional sekolah atau wilayah memberikan sumber daya yang dibutuhkan untuk mengembangkan program-program pendidikan.(bhc/rat)
|