JAKARTA, Berita HUKUM - TNI AD langsung membentuk tim investigasi jatuhnya helikopter Bell 205 di Kalasan, Sleman, Jumat (8/7). Bahkan, tim tersebut telah diberangkatkan ke Jogja malam ini.
Kadispen TNI AD, Brigjen Sabrar Fadhilah, menyebutkan langkah yang dilakukan TNI setelah evakuasi adalah melokalisasi tempat jatuhnya helikopter. Hal itu untuk mempermudah tim investigasi menyelediki tempat kejadian untuk menemukan penyebab kecelakaan.
"Langkah berikutnya adalah melokalisasi jatuhnya pesawat, tentu untuk langkah berikutnya untuk investigasi. Segera dibentuk investigasi penyebab jatuhnya pesawat, yang malam ini tim investigasi dari Puspenerbat sudah dikirim ke Jogja," kata Sabrar dalam konferensi pers di Mabes TNI AD, Jakarta, Jumat malam.
Investigasi itu juga terkait adanya penumpang sipil dalam helikopter militer itu, yaitu perempuan bernama Francisca Nila Agustin. Sabrar mengaku belum bisa menjelaskan secara detail adanya warga sipil dalam heli pengamanan Presiden dengan alasan masih dalam penyelidikan.
"Beri kami waktu, itu masih dalam investigasi kami. Kalau identitasnya sudah kami dapatkan," tegasnya saat dihubungi Harian Jogja melalui ponselnya, Jumat malam.
Berdasarkan sumber Harian Jogja, dalam manifest sesuai dengan Surat Perintah Terbang nomor SPT/1175/VII/2016 yang dikeluarkan oleh Pusat Penerbangan Angkatan Darat pada tanggal 5 Juli 2016, hanya ada lima penumpang. Mereka terdiri atas Kapten Cpn Titus B. Sinaga selaku komandan pesawat, Letda Cpn Angga Juang sebagai Wakil Komandan Pesawat, serta tiga anggota yaitu Serka Rochmad, Kopda Sukoco dan Serda Yogi.
Mereka ditugaskan untuk mengoperasikan satu helikopter Bell 205 HA 5073, dalam rangka kunker Presiden RI di Surakarta dan Kota Jogja, sejak 6 Juli hingga 11 Juli 2016. Meski demikian, ada satu korban seorang wanita sipil berprofesi sebagai bidan yang tidak masuk dalam manifes penumpang ikut dalam penerbangan tersebut dan menjadi korban.
HA 5073 dipastikan telah berusia 40 tahun. Menurut Sabrar berasal dari pabrikan tahun 1976. "Heli tersebut pabrikan Amerika Serikat buatan tahun 1976," ungkap dia.
Bell 205 A-1 didatangkan dari Amerika Serikat yang dibeli bekas dari salahsatu penerbangan sipil kurun waktu 1977 hingga 1978. Ketika itu, heli tersebut kemudian diretrofit agar tampak baru di hanggar Industri Pesawat Terbang Nusantara dengan jumlah 18 unit. Modifikasi itu menghasilkan Bell 205 mampu menggotong senapan mesin kaliber 7,6 milimeter dan menjadi salahsatu tulang punggung kavaleri udara di Skuadron Udara 11/Serbu Puspenerbad di Semarang Jawa Tengah.
Tetapi dalam perkembangannya Bell 205 terus berjatuhan, salah satunya pada 2004 silam di Aceh yang menewaskan delapan anggota TNI. Selanjutnya Bell 205 dengan nomor ekor HA 5073 ikut menyusul jatuh di Dusun Kowang, Tamanmartani, Kalasan.
Keberadaan Francisca Nila Agustin, 24, dalam helikopter TNI AD yang jatuh di Kalasan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jumat (8/7) menjadi tanda tanya. Pasalnya, Nila adalah satu-satunya warga sipil yang ikut dalam penerbangan helikopter militer yang dipakai untuk pengamanan kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu.
Ternyata, Francisca diketahui bekerja pada salah satu klinik di kawasan Colomadu, Karanganyar. Perempuan lajang itu merupakan warga RT 001/RW 001 Dusun Serangan, Desa Blulukan, Colomadu, Karanganyar.
"Saya juga tidak tahu karena setahu saya Mbak Nila bekerja di klinik deket sini. Kalau pengin jelas nanti tanya ke orang tuanya yang saat ini lagi njemput Ke Jogja," ujar ketua RT 001, Jimanto, Jumat malam.
Sepengetahuan Jimanto, Nila dikenal baik dalam pergaulan di masyarakat kampung tersebut. Karena itu warga banyak yang mengenal nama Francisca yang sering dipanggil dengan sebutan Nila. Dia menjelaskan Nila adalah putra kedua dari tiga bersaudara pasangan Sri Marjono dan Sri Widati.
Namun hingga informasi ini diperoleh pukul 22.15 WIB, belum diketahui kapan dan di mana Francisca akan dimakamkan. Pasalnya, keluarga yang menjemput belum pulang sehingga puluhan warga yang melayat hanya mempersiapkan menata kursi.
Sejumlah anggota TNI dan Polri kemarin malam beberapa di antaranya juga bertanya-keberadaan Nila. Namun karena keluarga Nila tak ada yang di rumah karena menjemput korban ke Jogja, mereka juga tak mendapat kepastian.
Berdasarkan sumber Harian Jogja, dalam manifest sesuai dengan Surat Perintah Terbang nomor SPT/1175/VII/2016 yang dikeluarkan oleh Pusat Penerbangan Angkatan Darat pada tanggal 5 Juli 2016, hanya ada lima penumpang. Mereka terdiri atas Kapten Cpn Titus B. Sinaga selaku komandan pesawat, Letda Cpn Angga Juang sebagai Wakil Komandan Pesawat, serta tiga anggota yaitu Serka Rochmad, Kopda Sukoco dan Serda Yogi.
Sementara, Helikopter itu dibuat oleh perusahaan Amerika Serikat, Bell, yang diberi tipe Bell 205. Helikopter ini dikenal juga dengan sebutan Huey. Bell 205-A1 merupakan versi sipil dari helikopter legendaris perang Vietnam, Bell UH-1 Iroquois (Huey).
Helikoper ini berkapasitas 1 pilot, 1 ko-pilot dan penumpang maksimal 12 orang. Jumlah penumpang berkurang jika digunakan untuk mengangkut logistik. Berat maksimal helikopter saat tinggal landas seberat 9.000 pounds (4000 kg). Kecepatan maksimal 217 km/ jam. Sedangkan daya jelajahnya adalah 500 km.
Ketinggian operasional maksimal helikoper ini 19 ribu kaki dari permukaan laut atau sekitar 5900 meter dari permukaan laut. Bell 205 mulai diterbangkan pertengahan 1950-an dan menjadi tulang punggung pasukan Amerika Serikat (AS) saat Perang Vietnam.
Di Indonesia, Helikopter ini dibeli TNI pada dasawarsa 1970-an. Bell 205 A-1 menjadi kekuatan skadron udara 11/Serbu Penerbad bermarkas di Semarang, Jawa Tengah. Dilansir Indomiliter, tahun 1977 - 1978 18 unit Bell 205 A-1 dibeli secara second (bekas) dari pasar penerbangan sipil di AS.
Baru kemudian setelah didatangkan ke Tanah Air, heli disulap ala jagoan film "Tour of Duty" di hangar IPTN (sekarang PT Dirgantara Indonesia). Bell 205 A-1 dikonversi menjadi UH-1 dengan konfigurasi militer, berupa tempat duduk disesuaikan untuk juru tembak pada door gun, serta instalasi dudukan untuk senapan mesin FN MAC GPMG kaliber 7,62 mm pada pintu kanan dan kiri.
Merujuk ke sumber di majalah Angkasa edisi Juni 1995, disebutkan Penerbad akan mendapat tambahan 20 unit heli Bell 205 A-1 dari AS yang nantinya akan dikonversi menjadi versi UH-1.
Meski kini Penerbad telah dibekali versi Bell yang lebih maju, yakni NBell-412 dengan dua mesin serta 4 bilah baling-baling, tapi nampaknya keberadaan Bell 205 A-1 punya kesan tersendiri. Heli ini telah menjadi tumpangan setia bagi Kopassus dalam beragam gelar operasi.(harianjogja/tribun/mal/bh/sya) |