IRAK, Berita HUKUM - Kelompok yang menamakan diri Negara Islam di Irak dan Suriah atau ISIS menyerbu kompleks gedung pemerintah dan kepolisian di kota Ramadi, Irak. Mereka membobol pertahanan kompleks perkantoran setelah serangkaian serangan bom mobil. Setidaknya terjadi enam pengeboman bunuh diri dengan mobil dan juga serangan mortir.
Serangan dimulai Kamis malam dan berlangsung hingga Jumat sore (15/5) waktu setempat. Kini bendera ISIS berwarna hitam berkibar di kompleks gedung pemerintah.
Dalam pernyataannya, ISIS mengukuhkan telah menguasai kompleks yang di dalamnya antara lain terdapat kantor gubernur dan markas kepolisian. Ditambahkan kelompok ISIS membunuh sejumlah pejuang propemerintah, namun tidak dirinci berapa jumlah pastinya.
Kemenangan kelompok yang menyebut diri Negara Islam disebarkan melalui pengeras suara di masjid-masjid kota Ramadi.
Namun demikian, laporan-laporan menyebutkan pertempuran di beberapa lokasi masih berlangsung. Ramadi merupakan kota strategis sebagai ibu kota provinsi terbesar di Irak, Anbar.
Kejatuhan Ramadi menjadi pukulan berat bagi pemerintah Irak yang berusaha mempertahankan Provinsi Anbar agar tidak jatuh ke tangan ISIS.
Sementara, sebelumnya kelompok yang menamakan diri Negara Islam atau ISIS ini mengeluarkan rekaman audio, yang mereka katakan adalah suara pemimpin mereka, Abu Bakr al-Baghdadi.
Klaim ini tidak bisa diverifikasi secara independen, meski para analis mengatakan rekaman tersebut mirip suara Al-Baghdadi.
Ia dilaporkan luka parah dalam serangan udara Maret lalu, namun wartawan BBC mengatakan suaranya tak terdengar seperti orang yang dalam keadaan kritis.
Pesan ini mengacu pada aksi militer koalisi pimpinan Arab Saudi di Yaman, yang dimulai pada 26 Maret, yang berarti suara ini tak mungkin direkam sebelum kurun waktu tersebut.
"Rekaman suara" Al-Baghdadi ini dikeluarkan hanya sehari setelah pejabat Irak mengatakan wakil Al-Baghdadi, Abu Alaa al-Afri, tewas dalam serangan udara Amerika Serikat di Provinsi Nineveh, Irak utara, hari Rabu (13/5).
Militer Amerika mengatakan belum bisa mengukuhkan kematian Al-Afri dan klaim seperti ini yang dikeluarkan pejabat-pejabat Irak di masa lalu, kadang tidak akurat.(BBC/bh/sya) |