LANGSA, Berita HUKUM - Ketua Departemen Riset Rabithah Thaliban Aceh (RTA), Tgk Zulkhairi MA menegaskan kepada Pemerintah Aceh agar mengkaji kembali lambang yang disahkan DPRA beberapa waktu lalu.
"Pemerintah harus melibatkan ulama dalam mengkaji gambar Singa Buraq itu," Zulkhairi menegaskan, Kamis (18/4).
Menurut dia, gambar pada lambang Aceh yang tengah dalam proses mediasi antara pemerintah pusat dan Aceh harus secepatnya dikaji ulang dengan melibatkan ulama, apakah sudah sesuai dengan semangat maupun cita-cita ke-Islaman rakyat Aceh?.
Berbicara tentang Buraq tentu tidak dapat dipisahkan dari sejarah Islam yang diukir oleh Nabi Muhammad SAW saat beliau melakukan Isra Mi'raj. Namun, tidak ada referensi otentik dalam sejarah Islam bahwa Buraq itu berkepala wanita.
“Buraq hanya dimaknai sebagai kendaraan yang terbangnya secepat kilat, Buraq dalam bahasa Arab berasal dari kata "Barq" yang bermakna kilat,” jelasnya.
Sebab, ilustrasi Buraq yang kepalanya digambarkan dengan kepala wanita bermahkotakan emas ialah merupakan bentuk penghinaan kaum Yahudi kepada Nabi Muhammad SAW setelah beliau melakukan Isra' Mi'raj.
Tgk Zulkhairi yakin bahwa Pemerintah Aceh dan DPRA mengetahui sejarah tersebut. Dia juga berharap jangan sampai lambang Aceh itu kontradiksi dengan semangat masyarakat Aceh yang dikenal oleh dunia kental dengan ke-Islamannya.
“Sebagai gantinya saya kira Pemerintah Aceh dan DPRA bisa berkoordinasi dengan jajaran Ulama Besar di Aceh," dan tentunya Pemerintah Aceh dan DPRA harus siap mendengar masukan dari Ulama, karena tanpa adanya peran dari Ulama dan Umara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara tidak akan berjalan baik.(bhc/sul) |