JAKARTA, Berita HUKUM - Tokoh Reformasi Prof. Dr Amien Rais mengatakan, rakyat Indonesia belum merasakan hasil dari Nawa Cita (sembilan harapan) yang digagas oleh Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) selama kepemimpinannya. Padahal, kata Amien, Nawa Cita itu merupakan program prioritas suguhan Jokowi ketika Pemilihan Presiden 2014 yang menginginkan Indonesia berdaulat secara politik, ekonomi dan kebudayaan.
Namun, menurut mantan Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah ini, bukan Nawa Cita yang kini dirasakan oleh rakyat Indonesia, melainkan Sembilan Musibah atau Sembilan Sengsara.
Ini Sembilan Musibah atau Sembilan Sengsara versi Amien yang disampaikan saat pengajian bulanan PP Muhammadiyah, di Jakarta, Jumat (13/5), malam, sebagai berikut:
1. Sengsara politik yang secara kekuasaan, secara sistemik memecah kekuasaan. Yaitu digambarkan dengan banyaknya organisasi partai yang terpecah belah. "Ini buat saya very-very stupid policy," tegas Amien.
2. Musibah sosial, menurut Amien, terdapat ketimpangan yang tinggi antara orang kaya dan orang tidak punya.
3. Musibah ekonomi. Ekonomi di Indonesia, kata dia, diibaratkan kue yang dibagi-bagi.
4. Sengsara hukum, yang memberi keadilan tidak sesuai. "Ke atas tumpul, ke bawah tajemnya bukan main," kata Amien.
5. Sengsara pendidikan. Amien menuturkan, kemampuan anak Indonesia dalam membaca itu masih rendah. Bahkan, di Asia, kata dia, Indonesia merupakan negara ketiga terendah dalam hal membaca.
6. Sengsara kecerdasan. Misalnya, sambung Amien, biaya pajak tambang di Indonesia tidak masuk akal karena terlalu kecil, sedangkan di luar negeri biaya pajak tambang bisa mencapai 7%. Hal ini membuat Indonesia seolah tak dapat menggunakan akal sehatnya.
7. Musibah akhlaq, yang benar dan yang batil hampir sama.
8. Musibah kemanusiaan. "Kita ini, seperti tidak fokus," ujarnya.
9. Krisis kepemimpinan.
Dalam kesempatannya, Amien mendorong, agar umat Islam Indonesia bersatu memimpin bangsa Indonesia. "Saya bermimpi, kita ini, kalo umat Islam Indonesia mau bersatu, itu tidak ada yang bisa mengalahkan kita," kata Amien di hadapan warga Muhammadiyah.
Sementara, Politisi senior mantan ketua MPR RI Amien Rais juga angkat bicara terkait peristiwa serangan yang menyasar toko Muhammadiyah pimpinan Ustadz Aban di Garut, Kamis (12/5) kemarin. Penyerangan tersebut ditandai dengan berbagai pengrusakan terhadap sejumlah buku-buku Islam bahkan kitab suci al-Quran.
Amien mengaku yakin pelaku penyerangan bertujuan untuk memprovokasi kerusuhan.
"Saya kira, pelakunya itu punya target membuat kerusuhan," ujar Amien saat diwawancarai setelah menjadi pembicara pada acara pengajian Muhammadiyah yang bertema "18 Tahun Reformasi" di kantor Muhammadiyah di Menteng, Jakarta, pada Jumat (15/5) malam.
Menurut Amien, tindakan-tindakan seperti itu bukan hanya kali itu. Sejauh ini, kata dia, umat Islam sudah sering menjadi sasaran provokasi untuk menciptakan instabilitas sosial di masyarakat.
"Seperti misalnya melemparkan mayat babi ke mesjid. Itu keji sekali, sehingga kadang orang itu terpaksa marah. Tapi yang jelas orang itu povokator," ungkapnya.
Amien meminta agar pemerintah menangkap pelaku penyerangan. Dengan begitu, kata dia, pemerintah dapat mengantisipasi upaya masyarakat menjadi hakim sendiri.
"Saya berharap pelakunya segera ditangkap, dikasih hukuman," ucapnya. (IlmaAghniatunnisa/RidloAbdillah/muhammadiyah/mnx/teropongsenayan/bh/sya) |