JAKARTA, Berita HUKUM - Memang pada akhir-akhir ini musibah masih tetap mengikuti semua. Disamping covid-19 yang belum selesai juga menghadapi bencana-bencana alam yang diakibatkan oleh tangan manusia maupun alam yang menghendaki terjadi dan sulit dihentikan oleh Manusia. Muhammadiyah telah memiliki pandangan dan sikap perihal kebencanaan ini.
Dalam menghadapi bencana, Muhammadiyah sudah menerbitkan yang disebut fikih kebencanaan. Di sana memuat bagaimana cara kita memandang bencana. Baik secara teologis maupun keilmuan dalam dan juga cara menyikapinya baik secara aktif maupun antisipatif, juga teknis.
"Jadi pada waktu Munas Tarjih ke-29 di Yogyakarta lahirlah fikih Kebencanaan. Oleh karena itu, pantaslah apabila Muhammadiyah dalam menyikapi bencana melakukan pertolongan melalui MDMC. Karena itu kita akan sangat prihatin dengan kondisi saat ini," jelas Dadang Kahmad, Ketua PP Muhammadiyah dalam program catatan akhir pekan yang disiarkan langsung TV Muhammadiyah.
Muhammadiyah dalam fikih bencanaan membahas cara memandang bencana. Diantaranya yakin bahwa semua yang ditakdirkan Allah itu yang terbaik bagi manusia. Bahkan Allah menegaskan bahwa apa yang tidak disenangi manusia, entah keburukan apapun, termasuk bencana, ada kebaikan yang banyak.
Sehingga dengan bencana yang ada ini jangan dipahami sebagai kutukan Tuhan tetapi sebagai ujian saja. Mudah-mudahan semua manusia teringatkan kembali kepada Allah swt.
Dadang mengajak kita untuk refleksi juga bahwa terkadang adanya bencana ini karena kesalahan manusia juga, tidak bisa menjaga bumi seperti contohnya banjir di Kalimantan.
Kemudian, lanjut Dadang, sebetulnya daerah-daerah berbahaya itu tidak boleh dihuni. Di Indonesia sebagai negara rawan bencana pasti sudah ada petanya dimana ring of fire ada dan tidak boleh dihuni . Tapi manusia juga masih menempati tempat-tempat yang rawan bencana. Kalau di Jepang sudah ada pedoman umum, agar tidak tinggal di tempat rawan bencana sehingga mereka diberi petunjuk untuk membangun rumah yang aman.
"Saya pikir Muhammadiyah perlu memberikan petunjuk-petunjuk terkait hal seperti ini," kata Dadang.
Tiga Sikap Muhammadiyah Terhadap Bencana
Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) telah bekhidmat dalam penanganan kebencanaan baik di dalam maupun luar negeri. Ini menjadi salah satu aksi nyata Muhammadiyah untuk hadir meringankan kesengsaraan umum.
Tidak hanya melalui MDMC, ada Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) dan Lembaga Amil Zakat Infaq Shodaqoh Muhammadiyah (Lazismu). Tiga bidang dalam Muhammadiyah ini menjadi ujung tombak dalam melayani kebutuhan masyarakat.
"Ketiganya sangat sinergis untuk memerangi kesulitan masyarakat sehingga PKO itu tidak hanya urusan rumah sakit saja tapi juga ketiga majelis itu atau organ yang langsung menangani kesulitan masyarakat baik karena bencana alam maupun benaca akibat kelalaian manusia," jelasnya.
Untuk menggalang dana terkait, Dadang mengarahkan LazisMu membuat gerakan secara khusus dan akan efektif sejalan dengan pengumpulan dana rutin bulanan. "Dianjurkan amal usaha Muhammadiyah untuk memberikan dana-dana ini untuk kepentingan lazismu membantu masyarakat. Lazismu nanti berkoordinasi baik secara daerah wilayah untuk menyalurkan dana-dana itu," kata dia.
Gerakan semacam ini, sambung Dadang, efektif jangankan untuk didalam negeri, di luar negeri seperti bantuan Rohingnya dari Muhammadiyah bisa sampai 15 Miliar lebih.
"Apalagi untuk dalam negeri masyarakat kita itu sangat peka walaupun di masa pandemi begini tetap saja semangat menolongnya itu sangat kuat," kata Dadang.
MDMC, Lazismu, dan MPM, Trisula Muhammadiyah untuk Meringankan Kesengsaraan Umum
Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) telah bekhidmat dalam penanganan kebencanaan baik di dalam maupun luar negeri. Ini menjadi salah satu aksi nyata Muhammadiyah untuk hadir meringankan kesengsaraan umum.
Tidak hanya melalui MDMC, ada Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) dan Lembaga Amil Zakat Infaq Shodaqoh Muhammadiyah (Lazismu). Tiga bidang dalam Muhammadiyah ini menjadi ujung tombak dalam melayani kebutuhan masyarakat.
"Ketiganya sangat sinergis untuk memerangi kesulitan masyarakat sehingga PKO itu tidak hanya urusan rumah sakit saja tapi juga ketiga majelis itu atau organ yang langsung menangani kesulitan masyarakat baik karena bencana alam maupun benaca akibat kelalaian manusia," jelas Dadang Kahmad, Ketua PP Muhammadiyah.
Untuk menggalang dana terkait, Dadang mengarahkan LazisMu membuat gerakan secara khusus dan akan efektif sejalan dengan pengumpulan dana rutin bulanan. "Dianjurkan amal usaha Muhammadiyah untuk memberikan dana-dana ini untuk kepentingan lazismu membantu masyarakat. Lazismu nanti berkoordinasi baik secara daerah wilayah untuk menyalurkan dana-dana itu," kata dia.
Gerakan semacam ini, sambung Dadang, efektif jangankan untuk didalam negeri, di luar negeri seperti bantuan Rohingnya dari Muhammadiyah bisa sampai 15 Miliar lebih.
"Apalagi untuk dalam negeri masyarakat kita itu sangat peka walaupun di masa pandemi begini tetap saja semangat menolongnya itu sangat kuat," kata Dadang.
Melalui MDMC, Sistem Tanggap Bencana Sudah Dilakukan Sedemikian Rupa
Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) telah membentuk sistem yang sedemikian rupa untuk koordinasi penanggulangan bencana. Bahkan persiapan itu telah dilakukan sebelum terjadinya bencana. Misalnya, dalam urusan penghimpunan dana, MDMC membuat semacam fundrising untuk kepentingan ini.
Dijelaskan Dadang Kahmad, dalam penghimpunan dana terhimpun MDMC bekerjasama dengan tokoh dan pihak-pihak tertentu. Mengapa ini dilakukan? Tidak lain sebagai tindakan persiapan jika saja bencana terjadi, dana sudah tersedia, dan Muhammadiyah tinggal melakukan tugasnya untuk menyalurkan bantuan.
"Melalui koordinasi MDMC dari tingkat pusat sampai kebawah, secara berurutan seperti itu. Jadi Alhamdulillah itu berjalan dan terus berjalan walaupun kita tidak gembar gemborkan pasang bendera lalu pake baju disorot televisi sehingga tidak diketahui," kata Ketua PP Muhammadiyah ini.
Muhammadiyah, menurutnya, akan terus bergerak membantu daerah bencana sampai recovery seperti halnya yang dulu dikerjakan di Palu dan NTB. "Sampai ribuan rumah darurat kita bangun supaya masyarakat memiliki tempat berteduh," sambung Dadang.
Meski begitu, Muhammadiyah tetap mengharapkan masyarakat bisa menyadari factor resiko bencana dan tanggap bencana yang terjadi disekitarnya. Sehingga, Dadang mengimbau masyarakat yang berada di daerah ring bencana untuk berhati-hati.
"Kita harus betul-betul memperhitungkan jalinan relasi antara manusia dengan alam. Jangan sampai merusak alam sehingga menjadikan banjir, kebakaran, dan lainnya seperti tanah longsor," ujarnya.
Tak henti-hentinya pula Dadang mengajak masyarakat yang terdampak bencana untuk positif thingking bahwa bencana ini akan melahirkan kebaikan.
Dadang juga mengajak masyarakat khususnya warga Muhammadiyah untuk sama-sama mengurangi penderitaan para korban dengan mengeluarkan donasi berapa saja kemampuan kita.
Itulah ringkasan lengkap tentang pandangan dan sikap Muhammadiyah dalam menanagani bencana yang terjadi. Paparan ini disampaikan Dadang Kahmad, dalam program Catatan Akhir Pekan yang disiarkan langsung oleh TV Muhammadiyah, Senin (1/2).(muhammadiyah/bh/sya) |