Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Cyber Crime    
Perang Cyber
Internet Melambat Akibat Serangan 'Cyber' Terbesar
Thursday 28 Mar 2013 10:59:01
 

Ilustrasi.(Foto: Ist)
 
RUSIA, Berita HUKUM - Ahli keamanan komputer menyebut internet di seluruh dunia melambat akibat serangan cyber terbesar dalam sejarah internet, Kamis (28/3).

Pertikaian antara kelompok anti spam dan perusahaan penyelenggara internet telah memicu serangan balas dendam yang mempengaruhi internet lebih luas.

Serangan ini berdampak pada layanan populer seperti Netflix dan para ahli mengkhawatirkan bisa meningkat dengan mempengaruhi sistem perbankan dalam jaringan dan surat elektronik.

Spamhaus, sebuah kelompok nirlaba basis London dan Jenewa yang bertujuan untuk membantu penyedia surat elektronik menyaring surat sampah dan konten yang tidak diinginkan mengaku baru-baru ini memblokir server yang dikelola Cyberbunker, sebuah penyelengara internet asal Belanda.

Cyberbunker mengklaim pihaknya merupakan perusahaan penyelenggara internet segala rupa kecuali pornografi anak atau terkait terorisme.

Sven Olaf Kamphuis, yang mengaku sebagai juru bicara Cyberbunker dalam sebuah pesan mengatakan bahwa Spamhaus menyalahgunakan posisinya, dan semestinya tidak diizinkan untuk memutuskan ''apa yang boleh dan tidak boleh di internet''.

Serangan kuat

Spamhaus sendiri memblokir dengan alasan Cyberbunker, bekerjasama dengan ''geng kriminal'' dari Eropa Timur dan Rusia, sebagai pihak di belakang serangan cyber.

Steve Linford, kepala eksekutif Spamhaus, kepada BBC mengatakan skala serangan ini belum pernah terjadi sebelumnya.

"Kita dalam serangan cyber selama lebih dari seminggu,'' katanya.

"Tetapi mereka tidak bisa meruntuhkan kami. Teknisi kami melakukan pekerjaan yang luar biasa untuk menangkal serangan.''

Linford mengatakan pasukan polisi internet dari lima negara kini tengah menyelidiki serangan cyber ini.

Para penyerang ini menurut Linford menggunakan taktik yang dikenal dengan Distributed Denial of Service (DDoS), yang membanjiri target serangan dengan lalu lintas besar sebagai upaya untuk membuatnya jadi tidak terjangkau.

Linford mengatakan kekuatan serangan cukup kuat untuk menghentikan infrastruktur internet pemerintah.

"Jika ditujukan ke Downing Street (kantor pemerintahan Inggris) maka mereka akan dengan cepat mati,'' katanya. ''Sepenuhnya tempat itu tidak tersedia sambungan internet''.(bbc/bhc/rby)



 
   Berita Terkait > Perang Cyber
 
  Ketua DPR: Perang Masa Depan ke Arah Perang Cyber
  Serangan Siber Global 'Bisa Terjadi Lagi Hari Senin'
  Panglima TNI: Serangan Cyber Membahayakan Keutuhan Negara
  Inggris dan AS akan Jalani Simulasi Perang Siber
  November: Isu Penyadapan dan Perang Cyber Memanas
 
ads1

  Berita Utama
Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

Istana Dukung Kejagung Bersih-bersih di Pertamina: Akan Ada Kekagetan

Megawati Soekarnoputri: Kepala Daerah dari PDI Perjuangan Tunda Dulu Retreat di Magelang

Usai Resmi Ditahan, Hasto Minta KPK Periksa Keluarga Jokowi

 

ads2

  Berita Terkini
 
BNNP Kaltim Gagalkan Peredaran 1,5 Kg Sabu di Samarinda dan Balikpapan

Kasus Korupsi PT BKS, Kejati Kaltim Sita Rp2,5 Milyar dari Tersangka SR

Tolak Tawaran Jadi Duta Polri, Band Sukatani Akui Lagu "Bayar Bayar Bayar" Diintimidasi

10 Ribu Buruh Sritex Kena PHK, Mintarsih Ungkap Mental Masyarakat Terguncang

Anak 'Crazy Rich' Alam Sutera Pelaku Penganiayaan, Sudah Tersangka Tapi Belum Ditahan

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2