JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Istri Umar Patek, Ruqayyah binti Husen Luseno alias Fatimah Zahra menolak dakwaan penuntut umum. Sangkaan terhadap terdakwa Ruqayyah dengan pasal pemalsuan itu tidak jelas alias sumir, karena dirinya tidak terlibat pemalsuan dan terbukti sah sebagai warga negara Indonesia (WNI).
Pendapat ini disampaikan kuasa hukum terdakwa Ruqayyah, Asludin Hatjani dalam sidang perkara dugaan pemalsuan dokumen yang berlangsung di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur, Senin (07/11). Penyataan pihak pembela ini merupakan nota keberatan (eksepsi) atas dakwaan JPU Syahrial Syakur yang disampaikan dalam sidang pekan lalu.
Dalam persidangan yang diketuai majelis hakim Suharjono dengan hakim anggota Triwidodo serta Hasnawati itu, pembela terdakwa Ruqayyah menyatakan bahwa kliennya telah enikah dengan Umar Patek yang berkewarganegaraan Indonesia selama 14 tahun. Berdasarkan fakta tersebut, surat dakwaan yang menyebutkan Ruqayyah berkewarganegaraan Filipina adalah tidak logis.
Selain itu, lanjut dia, Ruqayyah tidak mengetahui pemalsuan identitas untuk kepentingan pembuatan paspor. "Kalau terjadi pemalsuan, seharusnya yang menjadi terdakwa adalah suaminya yakni Umar Patek, Hari Kuncoro dan La Ode yang kini menjadi buronan. Dia hanya ikut saja, saat disuruh tanda tangan," jelas Asluddin, koordinator Tim Pembela Muslim (TPM) Poso itu.
Atas jawabatan pihak kuasa hukum Ruqayyah ini, JPU akan memberikan jawabannya pada sidang selanjutnya. Majelis hakim yang diketuai Suharjono pun menetapkan untuk menunda dan melanjutkannya pada Kamis (10/11) nanti. Agenda sidnag untuk mendengarkan tanggapan jaksa atas eksepsi terdakwa itu.
Sebelumnya, terdakwa Ruqayyah didakwa telah melakukan pelanggaran atas pemalsuan identitas dalam pembuatan surat perjalanan atau paspor. Ia dijerat pasal berlapis, yakni pasal 266 ayat (1) dan ayat (2) KUHP, pasal 263 ayat (2) KUHP, pasal 55 huruf c dan pasal 55 huruf a UU Nomor 5 Tahun 1992 tentang Keimigrasian.
Ruqayyah juga dijerat pasal 266 ayat (1) tentang memasukkan keterangan palsu ke dalam suatu akta otentik mengenai sesuatu hal. Ruqayyah dicatat jaksa memberi data palsu saat membuat paspor di Kantor Imigrasi Kelas I Jakarta Timur pada 13 Juli 2009.
Dalam data KTP, KK (kartu keluarga), akte kelahiran dan NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak) itu, Ruqayyah bernama Fatimah Zahra Anis. Pada 31 Agustus 2010, paspor tersebut digunakan Ruqayyah berangkat ke Pakistan bersama suaminya, Umar Patek.
Seperti diberitakan sebelumnya, Ruqayyah binti Husein Luceno merupakan warga negara Filipina. Perempuan berusia 31 tahun dan suaminya Umar Patek ditangkap di Kota Abbottabad, Pakistan pada 25 Januari mengakhiri perburuan selama 10 tahun untuk tersangka teroris paling diburu di Asia Tenggara. Umar Patek dituding membuat bom yang digunakan dalam aksi pengeboman di Bali yang menewaskan 202 orang.(tic/stt)
|