BERLIN-Jerman akan mendukung proses rekonstruksi Libia dan sedang mempertimbangkan untuk ambil bagian dalam misi PBB ke negara Afrika utara tersebut. Demikian kata Kanselir Jerman Angela Merkel, Sabtu (27/8) atau Minggu (28/8) WIB.
Seperti dikabarkan Associated Press, Merkel menegaskan bahwa Jerman sangat menghargai sekutu-sekutunya yang tergabung dalam fakta pertahanan Atlantik utara (Nato) serta peran mereka dalam membantu pemberontak Libia yang tengah berupaya mengusir rezim Moamar Khadafi.
Ia juga membela keputusan Jerman untuk tidak ambil bagian dalam operasi militer yang digelar Nato dan menegaskan siap mempertimbangkan permintaan untuk bergabung dengan misi perdamaian PBB di Libia selama beberapa lam ke depan.
Merkel pun mengusulkan, agar sejumkah perhimpunan bangsa-bangsa yang tergabung dalam PBB, Liga Arab, dan Uni Afrika untuk segera mengambil peran terdepan dalam membantu rekonstruksi Libia.
Keberadaan Khadafi sendiri, kini masih teka-teki. Begitu pula putra kesayangannya. Pemimpin Libya yang berkuasa lebih dari 40 tahun itu, dikabarkan berada di sebuah negara Afrika untuk meminta suaka politik. Namun, hal ini belum bisa dipastikan, karena kabar itu diragukan sejumlah pihak.
Sementara dari Tripoli dikabarkan, para pemberontak sukses mengusir pasukan yang setia kepada Moamar Khadafi hingga pingir kota Tripoli. Namun, kondiisnya ibu kota Libya itu sangat memprihatinkan, karena seiring semakin langkanya bahan bakar minyak, air, dan listrik. Tripoli pun nyaris lumpah akibat ak ada lagi pasokan kebutuhan masyarakat ini.
Sejak beberapa hari ini, mayoritas wilayah Tripoli tidak mendapatkan aliran listrik dan air. Jalan-jalan dipenuhi dengan bangkai mobil terbakar dan sampah. Sampah di jalan-jalan kota tersebut sudah tidak diangkut selama berbulan-bulan. Mayat juga menumpuk di rumah sakit yang kini kosong. Sedangkan toko-toko telah tutup.
Harga BBM telah naik tinggi. Di Tripoli, harga 20 liter bensin naik menjadi 120 dinar (sekitar Rp 857.800 ribu) atau naik 28 kali lipat dari sebelum krisis politik terjadi di Libia.
Kelompok pemberontak yang sekarang menguasai sebagaian besar Libia mengaku berencana menyerang kota kelahiran Khadafi, Sirte. Kota ini merupakan benteng terakhir mantan pemimpin negara tersebut.
Para pemberontak sekaran berada di Bin Jawad, kota yang terletak sekitar 150 kilometer di timur Sirte. Mereka tengah menunggu bantuan Nato untuk mengebom peluncur rudal Scud dan gudang senjata di kota Sirte. Setelah Nato membersihkan jalan, para pemberontak siap memasuki Sirte.
Sebelumnya, dua rudal Scud diluncurkan dari Sirte. Itu merupakan kali pertama sepanjang perang sipil yang telah berlangsung selama enam bulan. "Kami khawatirkan adalah senjata kimia dan rudal jarak jauh," ujar salah seorang pemimpin pemberontak Fadl-Allah Haroun.(mic/sya)
|