BANDUNG, Berita HUKUM - Jelang Pilpres 2019, Joko Widodo (Jokowi) mendapat ancaman serius dari pendukungnya sendiri yang ramai-ramai meninggalkannya.
Salah satunya yang dilakukan para aktivis yang tergabung dalam Pro Demokrasi (Prodem) belum lama ini.
Akan tetapi, hal itu ditanggapi dingin poitisi PDI Perjuangan, Eva Kusuma Sundari.
Kendati kehilangan dukungan dari Prodem, hal itu sama sekali tak akan menjadi masalah sama sekali.
Malah, ia menyebut ada dukungan lainnya untuk Jokowi yang tumbuh di seluruh Indonesia.
Pendapat itu kemudian ditanggapi Kordinator Komunitas Relawan Sadar (Korsa), Amirullah Hidayat.
Amirullah mengatakan, pernyataan Eva itu justru disebutnya sebagai ekspresi ketakutan kehilangan basis dukungan.
Demikian disampaikan Amirullah di sela acara Bandung Informal Meeting di Hotel Savoy Homann, Minggu (18/3).
"(Pernyataan itu) adalah suatu penyataan ketakutan rezim Jokowi terhadap kondisi saat ini," ucapnya.
Menurutnyanya, hengkangnya para relawan pro Jokowi itu dilakukan melalui mempertimbangkan dengan pikiran sehat melihat kondisi negera yang hancur karena ulah Jokowi.
"Apalagi kita selaku relawan mengambil sikap keluar dari barisan Jokowi karena masih menggunakan nurani yang paling dalam,"
Ia menyebut, pemerintahan Jokowi tidak dapat terus dilanjutkan pasca 2019.
"Jika tidak, maka negeri ini akan hancur dan tergadai pada pihak asing," sambungnya.
Amirullah menambahkan, pernyataan seperti yang disampaikan Eva adalah kamuflase PDIP untuk menutupi rasa takut.
"Saya tahu pasti, kini ada kondisi galau di tubuh rezim Jokowi setelah satu persatu relawan menarik diri,"
"Masih banyak kelompok relawan yang mengikuti langkah kami," demikian Amirullah Hidayat.
Sebelumnya, Eva tak mau ambil pusing dengan kabar ditariknya dukungan Prodem kepada Jokowi itu.
Menurutnya, relawan pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta yang benar-benar tulus itu akan terus bertambah.
"Hilang satu tumbuh seribu. Relawan ada yang berpolitik dan ada yang memang pendukung murni," ujarnya, Minggu (18/3).
Eva menengarai, ada sesuatu di balik penarikan dukungan dimaksud yang lebih bersifat politis.
"Jadi biarin saja pasti ada kepentingan subyektif," sambungnya.
Diberitakan, silang Monas di depan Istana Negara menjadi lokasi tobat nasuha sejumlah aktivis yang sebelumnya mendukung Joko Widodo.
Jumat siang (16/3) lalu mereka berkumpul dan menyampaikan penyesalan mereka karena pernah mendukung Jokowi sebagai Presiden RI.
Sejumlah polisi mengawal jalannya demonstrasi yang digelar kelompok Pro Demokrasi atau Prodem itu.
Mereka membawa sejumlah spanduk yang berisi kecaman pada pemerintahan Jokowi. Antara lain berbunyi, "Bersihkan NKRI dari Antek-antek Neolib", "Lindungi Buruh Indonesia, Stop Buruh Asing", juga "Hapus UU ITE, UU MD3, UU Ormas".
Spanduk lain bertuliskan "Tolak UU Produk Haram Demokrasi" dan "Trisakti dan Nawacita Omong Kosong".
Agus "Lenon" Edy Santoso yang menjadi salah satu orator mengucapkan terima kasih kepada polisi yang telah mengawal aksi mereka.
"Tinggal satu tahun lagi. 2019 kita akan menyongsong presiden baru," ujar Agus Lenon.
"Dari semua janji-janji Jokowi adalah janji-janji palsu," katanya lagi.
Agus Lenon lantas mengajak teman-temannya untuk mengawal kehadiran presiden baru Indonesia.
Lalu kepada aktivis Syafti "Ucok" Hidayat yang berdiri di sampingnya, Agus Lenon mengatakan, dukungan mereka kepada Jokowi di masa lalu terbukti salah.
"Kita memang salah dulu Cok. Hari ini Cok, kita tobat nasuha," demikian Agus Lenon. [dem/ruh/pojoksatu/rmol/bh/sya)
|