Beranda | Berita Utama | White Crime | Cyber Crime | EkBis | Opini | INDEX Berita
Eksekutif | Legislatif | Gaya Hidup | Selebriti | Nusantara | Internasional | Lingkungan
Politik | Pemilu | Peradilan | Perdata| Pidana | Reskrim
Nusantara    
Mudik
Jokowi Janji 2 Tahun akan Selesaikan Kemacetan di Brebes, Netizen: Nggak Usah Janji2, Rakyat Bosan!
2016-07-08 19:22:10
 

Presiden Jokowi bersma para Menterinya saat di Tol Brebes Timur.(Foto: Istimewa)
 
JAKARTA, Berita HUKUM - Kemacetan di Brebes, Presiden Jokowi menanggapi dengan berjanji akan menyelesaikan masalah kemacetan tersebut dalam 2 (dua) tahun

Banyak Netizen sudah menanggapi dingin janji Presiden Jokowi

Akun dengan nama Kusno Wibowo memberikan kritikannya.

"Nggak usah janji-janji lagi dech pak. rakyat bosan."

"Dulu Bpk Janji ga akan ada impor Daging,Beras,Kedelai dll ujung2 nya impor jg."

"Dulu janji Rakyat Miskin ga digusur, ujung2nya digusur juga."

"Dulu Janji Rakyat akan lbh sejahtera, Ujung2 na sengsara juga."

"Dulu Janji semua akan lebih mudah, ujung2nya lebih susah juga."

"Dulu Janji Nawacita ujung2nya ngutang (parah) juga,,,jadi Piye iki Pa?"

"Rakyat hanya butuh hasil kerja nyata bukan halusinasi."

Mungkin bukan soal janji lagi yang harus diberikan oleh Presiden Jokowi, tetapi merangkul dan mengajak duduk dan bekerja sama dengan seluruh lapisan rakyat, bagaimana cara menyelesaikan persoalan kemacetan dan peristiwa mudik tiap tahunnya.

Tapi hal itu sepertinya tak mungkin dilakukan oleh Presiden Jokowi, beliau lebih cenderung menyukai groundbreaking dan peresmian dengan gunting pita, bukan dengan pengawasan langsung (terjun kelapangan langsung) pada saat peristiwa mudik seperti yang dilakukan oleh Presiden sebelumnya dengan pos komando mudiknya.

Kembali lagi, masihkah masyarakat percaya dengan janji Jokowi akan menyelesaikan kemacetan brebes dalam 2 tahun kedepan?.

Sementara, Kemunculan setidaknya tiga pemberitaan media dunia terkait Indonesia dalam hitungan tak sampai sebulan, semestinya bisa membuat Indonesia bangga. Sayangnya, tak satupun dari ketiga berita tersebut berisikan sesuatu yang patut membuat Indonesia bangga.

Bahkan sebaliknya, tiga tulisan media asing, The Australian dari Australia, The Daily Mail dari Inggris dan NOS (Nederlandse Omroep Stichting) dari Belanda menguliti kebobrokan pemerintah Indonesia. Bahkan, Greg Sheridan dari The Australian secara khusus membidik Jokowi sebagai tokoh di balik kehancuran situasi Indonesia saat ini.

"Kepemimpinan Jokowi sudah hancur dan tak dapat diharapkan lagi. Ekonomi Indonesia stagnan. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal pertama merosot ke angka 4.7%. Banyak lembaga internasional memprediksi, total pertumbuhan tahun ini akan di bawah 5%. Pertumbuhan ekonomi pada kepemimpinan SBY sekitar 6%.." demikian tulis Greg dalam opininya yang ditulis tanggal 25 Juni 2016 lalu.

Tak hanya mengulas soal kegagalan Jokowi di bidang ekonomi, dalam bidang politik pun Jokowi dianggap kedodoran menghadapi kekuatan politik Megawati yang masih mendominasi dirinya. Greg mempersoalkan penempatan para menteri di kabinet Jokowi dan menulis tajam bahwa Jokowi gagal melindungi KPK dari jerat kekuasaan.

Sementara Richard Shears dari Daily Mail online mengisahkan tragedi mudik di ruas tol Brebes dan mengungkap dengan penuh empati musibah tersebut. Berbanding 180 derajat dengan pejabat Indonesia, yang tanpa malu justru saling melempar tanggungjawab.

"Terjebak dalam mobil dan bus dalam suhu tinggi , banyak penumpang dan pengemudi pingsan. Korban meninggal mulai terus meningkat karena orang-orang enggan untuk meninggalkan kendaraan mereka karena kemacetan yang hanya maju seinchi demi seinchi dari jam ke jam", tulis Richard pada berita yang dirilis kemarin, Kamis 7 Juli 2016.

Senada dengan Richard dari Daily Mail. Michel Maas, koresponden NOS menuliskan bahwa kegiatan mudik yang rutin terjadi setiap tahun dan sudah dipahami oleh rakyat Indonesia sebagai suatu tradisi yang akan menyebabkan kemacetan panjang.

Tetapi mudik tidak pernah begitu dramatis seperti tahun ini," ulas Michel Maas.

Lebih lanjut, Michel Maas membahas mengenai kondisi dalam kendaraan pemudik yang terjebak macet selama belasan jam sehingga menyebabkan jatuhnya korban tewas. Sebuah kenyataan yang dibantah keras oleh Menteri Jonan.

"Media berbicara tentang kondisi kemacetan lalu lintas yang benar-benar mengerikan. Bayangkan. dua belas orang dalam van dengan pintu tertutup rapat dalam suhu 35 derajat," ulas Maas.

Maas pun menulis, sudah saatnya pemerintah Indonesia membangun jaringan jalan yang layak dan memperhatikan arus lalu lintas saat jutaan mobil berada di titik kemacetan yang sama. Maas mengungkapkan, pemerintah Indonesia berkilah telah melakukan yang terbaik untuk mencegah kemacetan lalu lintas di jalur mudik. Namun sayangnya, alih-alih memberi solusi, pemerintah malah menyalahkan tingkat pertumbuhan penduduk yang besar dan peningkatan jumlah kendaraan pemudik dari tahun ke tahun.

Sayangnya, meski telah ditulis dan diulas media asing, Jokowi tak juga memberikan pernyataan apapun, termasuk ungkapan belasungkawa bagi korban yang meninggal. Jokowi lebih suka menyibukkan diri dengan pencitraan sebagai presiden sederhana yang merakyat.

Kini mata dunia sudah terbuka. Jokowi bukanlah Presiden merakyat seperti yang selama ini berusaha dicitrakannya. Karena dunia tahu, tak ada satu pun presiden yang dekat dengan rakyat namun tidak memberi pernyataan apapun saat nyawa rakyatnya melayang karena kecerobohan dan kelalaian aparat negara yang dipimpinnya.(pos-metro/portalpiyungan/lingkarannews/bh/sya)



 
   Berita Terkait > Mudik
 
  Mudik Lebaran 2024, Korlantas: 429 Orang Meninggal Akibat Kecelakaan
  Gelar Rakor Lintas K/L, Polri Pastikan Mudik-Balik Lebaran 2024 Berjalan Aman dan Nyaman
  Kemenhub Diingatkan Agar Mudik Lebaran 2023 Harus Lebih Lancar dan Terkendali
  Buka Rakernis Korlantas, Kapolri: Wujudkan Mudik 2023 Aman hingga Tingkatkan Pelayanan Publik
  Kapolri Lepas 11.300 Peserta Mudik Gratis Polri 2022 Tujuan Jawa Barat, Jawa Tengah-DIY dan Jawa Timur
 
ads1

  Berita Utama
Digandeng Polri, Ribuan Ojol Deklarasi Jadi Mitra Jaga Kamtibmas di Monas

Purbaya Curiga Ada Rp 285,6 T Uang Pemerintah Pusat di Simpanan Berjangka

Kontingen Atlet Senam Israel Tak Diizinkan Masuk ke Indonesia, Ini Penjelasan Menko Yusril

Aliansi Masyarakat Simalungun Tolak Soal Klaim Tanah Adat dan Mendesak Konsistensi Pemerintah

 

ads2

  Berita Terkini
 
Digandeng Polri, Ribuan Ojol Deklarasi Jadi Mitra Jaga Kamtibmas di Monas

Ratusan Siswa di Yogakarta Keracunan MBG, Wali Kota Hasto Telepon Kepala BGN

Kepengurusan Partai Ummat Kubu Amien Rais 'Digugat' Para Kader Sendiri

Drama Hukum Tak Berujung, Putusan Final MA Ternyata Dapat Ditambah

KPK Sarankan Mahfud Buat Laporan Dugaan Korupsi Proyek Kereta Cepat

ads3
 
PT. Zafa Mediatama Indonesia
Kantor Redaksi
Jl. Fatmawati Raya No 47D Lt.2
Cilandak - Jakarta Selatan 12410
Telp : +62 21 7493148
+62 85100405359

info@beritahukum.com
 
Beranda | Tentang Kami | Partner | Disclaimer | Mobile
 
  Copyright 2011 @ BeritaHUKUM.com | V2