JAKARTA, Berita HUKUM - Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian meminta jajaran Brimob bersiaga menghadapi maraknya demonstrasi pada Jumat 4 November mendatang serta jelang Pilkada serentak 2017. Ia mewanti-wanti agar petugas yang bersentuhan langsung dengan massa tidak dilengkapi persenjataan.
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian menginstruksikan pasukan Brimob terutama yang berhadapan langsung dengan para pengunjuk rasa tidak membawa senjata.
"Instruksi saya untuk pasukan yang berhadapan dengan demonstran enggak boleh bawa senjata, apalagi peluru tajam karena ada tim dipersiapkan khusus bila terjadi kontingensi," kata Jenderal Tito di Mako Brimob Kelapa Dua Depok, Jawa Barat, Senin (31/10), saat mengecek kesiapan Korps Brimob dalam mengamankan rencana aksi unjuk rasa pada 4 November 2016.
Jenderal Tito menegaskan, Polisi jangan bermain-main dengan senjata. Jangan sampai petugas menembakan peluru dengan mudah tanpa dasar yang kuat.
"Rekan-rekan harus betul-betul memastikan SOP kita," tegas Tito.
Senjata baru bisa digunakan jika ada perintah dari pimpinan. Perintah langsung akan turun dari komandan jika situasi keamanan dianggap sudah tidak kondusif dan membahayakan.
Selain itu, jajaran Brimob harus mematuhi perintah atasan, jangan bertindak sendiri.
"Saya minta rekan-rekan solid secara internal. Tidak boleh ada perpecahan," kata Kapolri, Senin (31/10).
"Kami akan dialog terus, supaya bisa merekam situasi. Berkaitan dengan Pilkada DKI akan ada mobilisasi massa. Demo itu bagian sah dalam negara demokrasi dan diizinkan oleh undang-undang. Itu harus kami amankan dan kawal," kata mantan Asrena Kapolri ini dikutip antara.
Tito juga mengingatkan Korps Brimob untuk melindungi para pengunjuk rasa selama mereka melakukan aksi secara damai dan aman.
"Yang demo adalah saudara kita, kami harus lindungi, layani, dan ayomi mereka sesuai aturan UU. Koridor kami hanya satu, sistem hukum. Kami wajib memberikan perlindungan," katanya.
Ia berharap jajaran Brimob mampu mengamankan jalannya aksi unjuk rasa agar tidak berujung anarkis.
"Waspadai jangan sampai demo jadi anarkis, kacau. Kekacauan bisa terjadi karena beberapa faktor. Faktor pendemonya sengaja lakukan aksi provokatif. Saya minta rekan-rekan enggak terpancing, yang akan dimanfaatkan oknum-oknum sehingga terjadi bentrok. Ini perlu kita waspadai. Rekan sekalian harus menyikapi pengamanan demo dengan kepala dingin," katanya.
Ia berharap aksi unjuk rasa pada 4 November dapat berjalan aman dan damai sehingga situasi di Ibu Kota Jakarta tetap kondusif.
Beberapa ormas Islam berencana untuk mengadakan unjuk rasa besar-besaran menuntut tindakan hukum terhadap Gubernur DKI Jakarta Basuki T. Purnama di Jakarta Pusat di antaranya di Balai Kota, Istana Presiden, Monumen Nasional, dan beberapa daerah lain seperti Jakarta Timur, Jakarta Utara, Bekasi, dan Tangerang, pada 4 November 2016.
Tito mengatakan, kemungkinan masa-masa gejolak di masyarakat jelang Pilkada akan berlangsung lama.
Satuan polisi dan Brimob diminta menyiapkan "amunisi" agar prima saat turun ke lapangan untuk mengamankan aksi unjuk rasa.(dbs/kompas/arah/bh/sya) |