JAKARTA, Berita HUKUM - Aksi massa kepedulian terhadap rakyat Mesir kembali memenuhi Bundaran Hotel Indonesia, mendesak pihak militer Mesir untuk mengakhiri pembantaian terhadap rakyatnya sendiri.
Kendaraan yang akan melalui Bundaran HI harus mengantri, karena sebagian ruas jalan dipenuhi massa aksi, dimana bus Transjakarta yang menggunakan jalurnya ikut antri.
Namun kondisi tersebut terlihat tertib. "Seperti ini pasti tersendat. Tapi kami usahakan agar tetap bisa berjalan lancar," kata Kapolsek Menteng, AKBP Budi Irawan kepada Wartawan, Senin (19/8).
Dalam aksi kepedulian terhadap Mesir tersebut, Hidayat Nur Wahid menilai militer Mesir telah bertindak tidak profesional dalam membubarkan aksi demonstrasi, dan bersepakat dengan pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Wiranto, yang menyebut militer Mesir harus belajar kepada militer Indonesia yang tidak menggunakan peluru tajam dalam mengamankan demonstrasi.
"Saya sepakat dengan pernyataan Pak Wiranto, militer Mesir harus belajar kepada militer Indonesia dalam mengamankan demonstrasi," kata Hidayat.
Seperti diketahui, aksi ribuan massa umat Islam Indonesia Peduli Rakyat Mesir hari ini adalah lanjutan dari aksi Jumat (16/8) kemarin. Ribuan massa umat dari Komite Nasional untuk Kemanusiaan dan Demokrasi (KNKDM), Southeast Asia, Lembaga Kemanusiaan Nasional PKPU, Dompet Dhuafa, Lajnah Majelis Mujahidin, Rumah Zakat, Front Pembela Islam, Aksi Cepat Tanggap, Yayasan Dana Sosial Al-Falah membanjiri Bundaran HI Jakarta Pusat.
Massa menyerukan agar tragedi di Mesir dapat segera dihentikan, dan tercatat aksi kepedulian terhadap Mesir ini di berlangsung di beberapa kota di Indonesia, seperti diantaranya di kota Yogyakarta, Padang, Gorontalo, dan Banjarmasin. Untuk langkah awal, Aksi Cepat Tanggap telah mengirimkan tenaga-tenaga medis ke Mesir untuk membantu korban dan membawa bantuan sumbangan dari rakyat Indonesia.
Selain itu, bentuk kepedulian terhadap rakyat Mesir ini juga menggema hingga ke banyak negara, diantaranya Pakistan, Turki, India, Bangladesh, Prancis dan Malaysia. Sumber BeritaHUKUM.com di Malaysia, Abdul Najal Punjung mengatakan mayoritas umat Islam di Malaysia turut mengecam kebiadaban militer Mesir di bawah komando Al Sisi. Selain itu aksi solidaritas Muslim Malaysia juga menolak rampasan kuasa (kudeta) terhadap Presiden terpilih Muhammad Mursi.
"Ini gerakan rakyat secara sukarela untuk memperjuangkan kebenaran dan keadilan, serta menolak rampasan kuasa," ujar abdul.
Sama seperti di Indonesia, masyarakat Malaysia mendesak PBB untuk segera mengambil langkah menghentikan pembantaian di Mesir dan bukan sekedar retorika.
"Kami juga dalam Himpunan Munajat sampaikan rasa tidak puas hati, kami marah dengan ketua tentera As sisi, dan mendesak PBB dan negara-negara Islam yang lain," tambah Abdul.
Sementara itu sumber BeritaHUKUM.com di Prancis, Najlae mengatakan bahwa aksi kepedulian umat Islam Prancis juga telah berlangsung di lokasi menara Eifel, Paris. Namun semua berlangsung dengan penuh kehati-hatian.
"Karena mereka sangat berhati-hati di sini, dan ada pihak yang mengatakan bahwa gerakan persaudaraan adalah teroris dan memberikan informasi kepada orang-orang pro kudeta," kata Najlae kepada Wartawan, Selasa (20/8) dini hari, waktu Indonesia.
Najlae menambahkan bahwa, dirinya berusaha mencari kebenaran informasi. "Saya coba memposting semua berita yang saya miliki dari kelompok Mesir dan menerjemahkannya dalam bahasa Inggris untuk memberikan pandangan lain," pungkasnya.(bhc/mdb) |