JAKARTA (BeritaHUKUM.com) – Sejumlah kasus dugaan korupsi yang menjerat elite Partai Demokrat (PD) dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) meruntuhkan rasa kepercayaan masyarakat. Padahal, masalah serupa juga menimpa partai politik lainnya. Namun, PD dan PKS yang selalu mecitrakan dirinya bersih, menerima dampak yang sangat besar dari kasus itu.
"Sebenarnya kasus korupsi itu melibatkan semua partai. Tapi PD dan PKS yang mencitrakan dirinya bersih, mendapat efek cukup besar dari pemberitaan kasus tersebut. Padahal, kasus korupsi hampir melibatkan seluruh parpol yang ada,” kata peneliti senior Centre for Strategic and Internasional Studies (CSIS) Philips Vermonte di Jakarta, Sabtu (25/2).
Menurut dia, tanggapan dan antusias berbeda akan ditunjukkan masyarakat jika kasus-kasus korusi itu dialami kader Partai Golkar atau PDIP dan partai lainnya. Pasalnya, masyarakat sudah mengetahui kader partai itu kerap terseret kasus dugaan korupsi. Sedangkan selama ini, publik jarang mendengar kader PD dan PKS terseret kasus korupsi.
“Masyarakat sudah tidak kaget dengan berita kader partai Golkar terseret korupsi. Sebab, kasus-kasus korupsi banyak menimpa kader partai itu. Tapi dampaknya berbeda dengan partai yang bersih dan partai yang beriklan antikorupsi. Ternyata orang yang didalam iklan antikorupsi itu, malah terkena kasus kasus korupsi,” imbuhnya.
Dijelaskan Vermonte, dengan kesan dan fakta yang mengisyaratkan partai politik tak pernah lepas dari kasus korupsi, membuat masyarakat tak percaya parpol yang ada. Atas dasar ini, dibutuhkan sikap tegas yang diambil oleh partai bersangkutan. “Tidak hanya PD dengan Angelina Sondakh-nya, tapi partai lainnya juga harus menunjukan sikap tegasnya terhadap kadernya yang diduga terlibat,” ujar dia.
Vermonte menyoroti anjloknya elektabilitas PKS, karena persepsi masyarakat terhadap partai uang memiliki slogan bersih itu telah luntur.Kini, publik melihat bahwa PKS tak jauh berbeda dengan partai lain yang kerap melakukan korupsi. “Janji PKS sebagai partai bersih, sekarang mulai digerogoti kadernya sendiri yang terlibat kasus-kasus dugaan korupsi,” tuturnya.
Namun, kata Vermonte, PKS belum terlalu terpuruk dengan kondisi tersebut. PKS bisa kembali bangkit, asalkan partai itu mampu menunjukkan kepada masyarakat bahwa tidak mentoleransi kadernya yang tersangkut kasus hukum. "Pesan ini sama untuk partai lain, berhenti korupsi. Masalahnya bukan lagi mendapat suara banyak, tapi partai harus berhenti korupsi, karena membuat rakyat antipati terhadap partai," paparnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, hasil jajak pendapat yang dilakukan Lembaga Survei Indonesia (LSI) tentang perolehan suara parpol pada Februari 2012, menunjukkan suara PD merosot deras dan kini hanya 13 persen, sementara PKS merosot pula menjadi 3,7 persen. Sedangkan survei yang dilakukan CSIS juga serupa. Kisaran suara PD tinga 13 persen dan suara PKS hanya 3,1 persen.(inc/rob)
|